Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tanya Seorang Teman Filipina, "Apakah Ada Durian di Indonesia?"

5 Juni 2020   14:45 Diperbarui: 5 Juni 2020   14:36 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi buah durian. Sumber foto: Flickr.com

Alih-alih hendak menunjukkan keberadaan durian sebagai buah khas asal Filipina, penanya malah bingung oleh penjelasan tentang nama durian itu sendiri. Seolah tidak yakin jika namanya sendiri berasal dari bahasa Indonesia.

Saya sendiri beberapa kali mendengarkan pertanyaan yang sama. Berhadapan dengan pertanyaan itu, ataukah pertanyaan-pertanyaan serupa, saya melihat dari dua sisi.  

Pada satu sisi, pertanyaan itu benar-benar mengungkapkan ketidaktahuan tentang situasi. Terasa normal. Toh, siapa pun pasti bertanya kepada kita yang berstatus orang asing, apalagi kalau kita adalah orang baru di lingkungan kita.

Misalnya, juga sewaktu saya berlibur ke kampung halaman di Manggarai, Flores, orang-orang di kampung juga menanyakan apakah orang-orang Filipina makan singkong ataukah tidak.

Tentunya, pertanyaan terasa aneh. Namun, mereka bertanya karena mereka benar-benar tidak mengetahui situasi. Alih-alih mengetahui Filipina, beberapa daerah di Indonesia saja masih buta dari pengamatan mereka. Paling-paling mereka bisa melihat situasi di provinsi lain lewat tayangan di TV atau membaca di internet.

Jadi, saat saya menjawab "ia" atas pertanyaan mereka, mereka begitu kaget. Pasalnya, mereka kerap berpikir jika berada di luar negeri, orang hanya makan roti dan hanya di Indonesia yang makan nasi dan singkong.

Pada sisi lain, pertanyaan itu sebuah bentuk untuk mendapatkan pengakuan diri. Pada saat kita menjawab kita tidak memiliki apa yang ditanyakan, penanya akan berupaya menunjukkan kelebihannya. Terlebih lagi jika barang itu begitu istimewa.

Sewaktu masih kecil, di tahun 90-an, TV belum menjadi barang yang sangat lumrah di lingkungan kami. Hanya beberapa keluarga. Jadi, biasanya saat bermain, salah satu anak yang kebetulan keluarganya mempunyai TV akan bertanya kepada anak yang lain, apakah mereka mempunyai TV di rumah?

Walau tidak dijawab, si anak yang bertanya akan menunjukkan kepada anak-anak yang lain jika mereka mempunyai TV. Tidak sampai di situ, dia akan menjelaskan tentang kelebihan TV dan apa yang dinontonnya. Selain ada upaya untuk menunjukkan kelebihan, ada juga upaya untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain.

Ya, hal yang sama juga sewaktu LRT/MRT belum terbangun di Indonesia. Orang bertanya apakah LRT/MRT sudah terbangun di Indonesia ataukah tidak?

Saat belum, penanya akan menjelaskan banyak hal tentang LRT/MRT. Tetapi sewaktu LRT/MRT sudah terbangun, orang pun mulai enggan bertanya.  

Bertanya itu memang penting. Tetapi tidak sedikit, pertanyaan bukan upaya untuk mencari tahu, tetapi bentuk untuk mendapatkan pengakuan. Pengakuan atas kelebihan dan kepemilikan sebuah barang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun