Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kepala Desa Bermain Sabung Ayam di Kuburan pada Masa Karantina, Teladan Buruk Seorang Pemimpin

14 April 2020   09:28 Diperbarui: 14 April 2020   09:47 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejatinya, pemimpin menjadi teladan utama dan pertama bagi masyarakat. Teladan itu diperlihatkan dalam segala situasi. Terlebih khusus, teladan di tengah situasi krisis wabah virus Corona yang terjadi saat ini.

Misalnya, teladan untuk tinggal di rumah, kecuali ada kebutuhan yang mendesak dan tugas yang berhubungan dengan pekerjaan. Teladan untuk menuruti aturan social/physical distancing lewat membatalkan acara keramaian seperti pesta keluarga sendiri.

Pada saat seorang pemimpin tidak mengikuti aturan dan arahan itu, masyarakat tidak hanya sekadar memberi penilaian. Masyarakat bisa saja meniru hal yang sama.

Mereka tahu apa yang dilakukan itu adalah hal yang salah. Tetapi karena pemimpin yang pertama-tama melakukannya, mereka tidak peduli kalau hal itu salah ataukah benar. Toh, pemimpin mempraktikkan hal tersebut.

Memang, prinsip seperti ini salah. Kita mengikuti aturan bukan karena orang (pembuat aturan), tetapi karena nilai dan makna aturan itu sendiri. Tetapi tanpa melepas itu, masyarakat juga cenderung menilai manfaat aturan dari pembuat aturan itu sendiri.

Tetapi kalau pemimpin sungguh-sungguh mempraktikkan aturan, dia mempunyai integritas diri untuk mengoreksi dan memberikan instruksi kepada masyarakatnya. Masyarakat juga gampang patuh karena mereka melihat pemimpinnya yang menjadi orang terdepan dalam menjalankan aturan.

Misalnya, keputusan bupati di mana saya tinggal di Filipina saat ini. Gara-gara satu pasien yang sakit demam lolos dari pengamatan di pos pengecekan, bupati dan beberapa stafnya yang kebetulan berada di pos pengecekan waktu itu memutuskan untuk melakukan karantina.

Padahal, pasien itu belum dinyatakan positif Covid-19. Pada waktu, pasien itu dinyatakan negatif, bupati dan stafnya pun keluar dari tempat karantina. Contoh yang baik bagi masyarakat. Bupati menjadi orang terdepan melakukan karantina. Dia pun memiliki integritas saat memerintahkan masyarakat untuk melakukan karantina saat dijumpai kasus-kasus yang berhubungan dengan Covid-19.

Singkatnya, di hadapan aturan, relasi pemimpin dan yang dipimpin bisa timbal balik. Pemimpin yang membuat aturan untuk masyarakat. Pemimpin mesti yang pertama menjalankannya. Sementara itu, masyarakat akan menuruti aturan karena mereka melihat pemimpin menjadi yang pertama-tama melakukannya.  

Makanya, kita patut mengapresiasi para pemimpin yang sungguh-sungguh mengikuti aturan dan arahan medis selama wabah virus Corona. Toh, mereka juga manusia.

Sama seperti kita, mereka juga berpeluang dan bahkan rentan untuk terjangkit virus Corona. Terlebih lagi, sebagai seorang pemimpin mereka kerap melakukan kontak langsung dengan banyak orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun