Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

WHO, Memahami Antara Social Distancing dan Physical Distancing

21 Maret 2020   15:56 Diperbarui: 21 Maret 2020   15:54 2411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: forbes.com

Tara Parker-Pope, dalam artikelnya, Deciding How Much Distance You Should Keep (the New York Times 19/3/2020) menulis kalau social distancing merupakan upaya untuk menciptakan jarak secara fisik antara orang yang tidak tinggal dalam satu tempat.

Sebagai konsekuensi dari social distancing adalah meliburkan sekolah, membatalkan acara-acara yang melibatkan banyak orang dan lain sebainya. Jadi, orang terpisah secara komunitas sosial.

Meski terpisah pada komunitas sosial tertentu, sebagaian besar orang kembali ke rumah masing-masing. Rumah merupakan salah satu lingkungan sosial. Pada titik seperti inilah, istilah social distancing bisa saja tidak berlaku.  

Badan kesehatan dunia menilai kalau istilah "social distancing" terlalu luas. Salah satu kepala unit dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), Maria Van Kerkhove mengatakan kalau sebaiknya kita menggunakan istilah physical distancing daripada social distancing (ABS-CBN, 21/3/2020).

Dalam pandangannya, physical distancing hanya menekankan jarak fisik antara satu orang dengan orang lain tanpa terpisah secara sosial.

Kalau social distancing, penekanannya bukan hanya jarak fisik antara satu dengan yang lain tetapi ini bisa menciptakan kecenderungan dalam menutup diri secara social.

Dalam physical distancing, kita terpisah secara fisik. Aturannya kalau dalam kerumunanan dan keramaihan, kita menjaga jarak sekitar satu meter.

Jarak yang tercipta itu adalah jarak fisik, tetapi kita tidak terpisah secara sosial. Memang secara fisik kita berpisah, tetapi secara sosial kita masih bisa menjalin relasi. Relasi itu bisa tanpa sentuhan, tetapi lewat bahasa tubuh yang bisa dipahami antara satu sama lain.

Di rumah kita menjaga jarak secara fisik, tetapi kita masih dalam satu komunitas yang sama. Keterpisahan itu tidak menutup diri kita untuk berinteraksi dalam satu rumah. Sembari menjaga jarak secara fisik, kita masih membangun relasi sosial.  

Meski arahan-arahan untuk mencegah virus Corona ini dari bahasa asing, kita pun ditantang untuk menerjemahkan istilah-istilah itu dalam bahasa yang sederhana dan konkret. Jangan sampai, banyak yang tidak mengikuti arahan karena tidak memahami istilah-istilah yang dipakai dan diberikan.

Dalam situasi ancaman virus Corona, kita diminta untuk menjaga jarak secara fisik. Meski kita terpisah secara fisik, kita masih mempunyai kemungkinan berkomunikasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun