Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

"Mental Blank" Memang Kerap Muncul Saat Tampil di Depan Banyak Orang

8 Maret 2020   07:00 Diperbarui: 8 Maret 2020   17:55 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gugup ketika berhadapan dengan orang banyak. (sumber: pixabay.com/mohamed_hassan)

Kemarin, saya dan tiga orang Filipina berbicara tentang kontes kecantikan. Kebetulan hari-hari terakhir ini ada pesta provinsi yang juga menyelenggarakan kontes kecantikan.

Seperti kontes kecantikan pada umumnya, sesi tanya-jawab menjadi hal yang paling sensitif dan dinanti-nantikan oleh penonton. Pada situasi itu, masyarakat bisa mengukur kemampuan dan kapasitas seorang kontestan.

Salah seorang berkomentar kalau sesi tanya-jawab akan menjadi standar kalau rupa tidaklah cukup untuk merepresentasi kecantikan atau kegantengan. Kemampuan berpikir yang ditunjukkan lewat penyampaian ide menjadi salah satu faktor dari sisi kecantikan seorang kontestan.

Perbincangan kami pun bermuara pada salah satu kontes kecantikan tingkat kabupaten yang berlangsun bulan lalu. Salah satu kontestan gagal hanya karena memberi jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan. Padahal sebelum sesi tanya-jawab, kontestan itu menjadi favorit publik. Namun semuanya luntur di sesi tanya-jawab.

Seorang ibu yang kebetulan anaknya pernah mengikuti kontes itu berkisah tentang pengalaman anaknya saat mengikuti salah satu kontes kecantikan. Menurutnya, sebelum kontes mereka sudah dipersiapkan dengan pelbagai macam hal.

Hal itu bukan saja soal penampilan fisik, tetapi pengetahaun tertentu dan teknik dalam menjawab pertanyaan. Namun situasi menjadi berbeda saat mereka tampil dan berada di depan umum.

Menurut anaknya itu, dia seolah mengalami "mental blank," yang artinya kehilangan pola pikir untuk sementara waktu karena tekanan dan tuntutan situasi yang dihadapi. 

Hal ini juga disebabkan oleh rasa gugup dengan dibarengi dengan tuntutan untuk menjawab pertanyaan juri dalam tempo waktu yang cukup singkat.

Apalagi di depan banyak orang dan waktu yang diberikan untuk menjawab pertanyaan sangatlah sempit. Tidak heran, menurutnya situasi aktual kerap berbeda saat berada di balik layar.

Di balik layar, seseorang terlihat confident. Tetapi pada saat berhadapan dengan situasi yang sesungguhnya, kenyataan menjadi berbeda.

Hal itu pun diamini oleh salah seorang ibu. Rasa gugup akan menjadi salah faktor penampilan seseorang di depan panggung. Tanpa pengendalian perasaan itu, seseorang bisa saja salah langkah atau menjawab dengan salah.

Perbicangan ini pun mengingatkan saya pada salah satu kontestan Miss Indonesia. Saya sendiri tidak menyaksikan acara tersebut.

Saya menjadi tahu lewat reaksi netizens di media sosial. Banyak orang bereaksi atas acara di media sosial karena salah satu kontestan tidak bisa melafalkan Pancasila.

Tidak sedikit yang bereaksi keras karena peristiwa itu. Tidak tahu pancasila dinilai sebagia kegagalan besar. Betapa tidak, pancasila sudah  menjadi bagian hidup orang Indonesia sejak bangku SD. Paling tidak, sejak berada di sekolah dasar seseorang sudah menghafal Pancasila dengan baik.  

Hemat saya, situasi menjadi berbeda saat apa yang dihafalkan ditampilkan di depan kalayak ramai. Tidak sedikit orang yang gagal mengungkapkan apa yang mereka telah hafal dengan baik hanya karena rasa gugup yang berlebihan.

Reaksi tentang peristiwa pada salah satu kontestan yang tidak melafalkan Pancasila dengan baik tidak berbeda dengan tanggapan orang Filipina mengenai situasi kontestan dalam kontes kecantikan tingkat kabupaten. Pertanyaan sederhana bisa menjadi sulit saat peserta kontes merasa gugup berada di depan umum.

Saya kira banyak orang yang gagal karena mentalitas yang lemah saat berada di depan banyak orang. Persiapan sudah matang, tetapi saat sudah berada di depan panggung, mentalitas itu seolah  luntur dan tak berdaya. Ujung-ujungnya, kehilangan ide untuk melakukan sesuatu.

Bisa saja, ketidakmampuan salah satu kontestan menjawab pertanyaan disebabkan karena tekanan yang berujung pada rasa gugup. Rasa gugup berada di depan umum merupakan situasi yang biasa dihadapi oleh banyak orang.

Karenanya, persoalan utama adalah rasa gugup yang berujung pada "mental blank." Pelajarannya, kita tidak perlu menghakimi berlebihan karena hal itu bisa saja terjadi pada diri kita, terutama yang mempunyai demam panggung yang berlebihan.

Dalam hal ini, tentu saja, mengingatkan kemampuan diri kita sendiri. Kalau kita saja sudah merasa susah gugup berada di depan umum, kita pun tidak perlu menghakimi berlebihan orang-orang yang melakukan kesalahan karena merasa gugup di depan umum.

Penghakiman kita tidak akan menjadi solusi tetapi hal itu malah bisa membuat seseorang trauma. Ujungnya, dia tidak mau lagi tampil di depan umum.

Sebaliknya, kita berusaha melihat kegagalan orang di depan umum dengan pikiran positif. Sambil belajar dari kegagalan itu, kita perlu terus mendukung dan mengarahkan kepercayaan diri orang tersebut agar kegagalan itu tidak menyebabkan dia berada dalam situasi trauma yang berkepanjangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun