Media sosial menjadi salah satu instrumen propoganda dan kampanye politik. Para calon pemimpin politik menjadikan halaman medsos untuk menunjukkan diri.
Di salah satu halaman medsosku, saya memperhatikan munculnya beberapa bakal calon pemimpin daerah. Bertebarnya beberapa poster bakal calon (balon) pemimpin ini di media sosial memantik sejumlah pandangan.
Beberapa di antara mereka adalah wajah lama yang lima tahun lalu tidak terpilih dan ingin maju lagi di tahun ini. Ada juga incumbent yang sudah bertugas lima tahun dan ingin meneruskan perjalanan kepemimpinan pada masa kedua.
Siapa pun yang akan maju dan menjadi calon pemimpin, satu hal yang saya harapkan adalah semoga saja tidak ada janji-janji yang sama dibuat oleh bakal calon yang hadir.
Bayangkan kalau janji lima tahun yang lalu kembali dibuat oleh incumbent. Pastinya, pertanyaan yang muncul adalah apa saja yang telah dibuat sehingga janji yang dibuat lima tahun lalu muncul lagi?
Acap kali janji-janji yang sama dibuat dan hadir lagi, boleh jadi karena masalah itu masih ada atau belum terselesaikan secara tuntas. Atau juga, karena janji-janji itu menjadi senjata ampuh untuk meraih suara dan menarikan perhatian pemilih.
Di tempat saya, tiga janji yang kerap muncul beberapa tahun terakhir. Janji tentang listrik, air dan jalan raya. Sering kali janji ini mencuat ke permukaan, apalagi di tempat-tempat yang belum terjangkau dari salah satu ketiga hal itu.
Kadang rasanya sedih juga, di saat pemerintah pusat mencanangkan internet masuk desa, di beberapa tempat masih ada yang belum terjangkau dengan listrik, kekurangan pasokan air bersih dan keterbatasan akses jalan raya. Padahal ketiga hal ini selalu menjadi bagian dari program dan janji politik dari para calon pemimpin politik.
Tentunya, masyarakat juga akan gampang terjebak pada janji-janji tersebut karena hal itu bersentuhan langsung dengan kehidupan harian mereka.
Tetapi di balik janji-janji yang sama, saya juga berpikir tentang efektivitas para pemimpin dari tahun ke tahun. Entah itu incumbent maupun para pemimpin terdahulu. Mengapa persoalan yang sama selalu hadir pada setiap musim kampanye?
Saya masih ingat komentar salah satu wajih pemilih kepada para calon yang bertarung dalam kontestasi politik. Dia mengatakan kalau sejak di masih remaja hingga dia sudah berkepala empat, para calon pemimpin selalu membuat janji yang sama.