Miss Universe, Zozibini Tunzi mengatakan kalau dia bertumbuh di sebuah dunia di mana seorang perempuan yang seperti dirinya tidak pernah dinilai sebagai orang cantik.
Dia juga mengatakan kalau lingkungan di mana dia berada menampilkan figur perempuan yang serupa dengan dirinya seperti warna rambut dan model rambut yang serupa.
Karenanya, dia menginginkan kalau pemikiran tentang kecantikan yang dinilai dari aspek fisik semata mesti dihentikan. Dia menginginkan agar anak-anak melihat dirinya, wajahnya dan menjadikan dirinya sebagai bahan refleksi bagi mereka untuk bisa berkembang.
Kemenangan Tunzi sebagai Miss Universe menjadikannya dirinya sebagai perempuan berkulit hitam pertama asal Afrika Selatan yang menjadi Miss Universe. Â
Lebih jauh, pesan dari kemenangan dari Tunzi sebagai Miss Universe yang baru ini juga ditujukan kepada siapa saja yang selalu berkubang pada pikiran kalau menjadi cantik atau ganteng mesti berkulit putih. Sementara yang tak berkulit putih kerap dikesampingkan bahkan dijadikan bahan lelucon.
Tentang warna kulit sebagai bahan lelucon kadang kali terjadi. Hal ini kadang terjadi saat orang menilai dan mengidentifikasi seseorang berdasarkan warna kulit.
Penilaian dan identifikasi seperti ini tidak seutuhnya benar. Malahan hal ini bisa menimbulkan gap dalam sebuah relasi.
Orang akan cenderung untuk menilai seseorang berdasarkan warna kulit. Ini bermuara pada penggeseran pada orang warna kulit tertentu dan hanya merangkul yang berwarna kulit sama.
Keberhasilan Tunzi menjadi Miss Universe sekiranya membuka mata banyak orang. Warna kulit bukanlah standar utama untuk menilai kecantikan seseorang.
Kecantikan itu dinilai dari dalam dan terpancar lewat tutur kata dan perbuatan. Kecantikan itu nampak lewat pembawaan diri.
Keberhasilan Tunzi juga mengingatkan siapa saja untuk menerima diri apa adanya. Untuk apa menghabiskan banyak uang hanya untuk memutihkan kulit yang seharusnya sangat sulit dilakukan. Dan kalau itu bisa terjadi, banyak uang yang mesti dihabiskan.