Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Meniru Gaya Hidup Orang Lain Bisa Membebani Hidup Kita

17 November 2019   13:01 Diperbarui: 17 November 2019   13:04 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto Inquirer Lifestyle

Media sosial menghadirkan pelbagai macam tawaran. Tawaran-tawaran itu berupa iklan promosi yang berhubungan dengan realitas hidup harian kita. Kalau kita tidak mempunyai filter diri yang kuat, kita bisa dengan gampangnya terpengaruh pada tawaran yang terjadi.

Saya ingat seorang rekan kerja. Rambutnya mulai rontok. Suatu waktu, dia melihat promosi shampo penumbuh rambut. Promosinya cukup menarik. Dalam promosi itu, bintang iklan memberikan bukti kalau sebelumnnya rambutnya rontok dan berkat shampo yang dipakainya itu, rambutnya kembali tumbuh.
 
Melihat promosi itu, teman ini segera membeli shampo tersebut. Namun setelah dipakai beberapa waktu, rambutnya tidak kunjung tumbuh. Malahan dia mengalami alergi di kepalanya karena ketidakcocokan antara shampo dan kulit kepalanya.

Rekan kerja saya ini begitu cepat percaya pada promosi yang dilihat dan mencoba untuk meniru hal yang sama seturut apa yang dipromosikan. Namun saat kenyataannya bertolak belakang dengan apa yang dipromosikan, muncullah kekecewaan.

Selain itu, media sosial juga memungkinkan siapa saja melihat dan memperhatikan kehidupan orang lain. Apalagi kalau memiliki idola tertentu.

Pelbagai informasi yang bersentuhan dengan idola itu dicari dan dilahap. Pada titik tertentu, ada niat untuk mengidentikkan diri dengan sang idola atau penampilan dan kehidupan orang lain yang nampak di media sosial.

Tidak jarang terjadi karena terlalu mengidolakan orang tertentu atau memperhatikan hidup orang itu, ada kecenderungan untuk meniru cara berpakaian, gaya hidup dan asesoris yang melekat pada orang itu. Apa yang dilakukan dan dimiliki oleh orang yang diidolakan itu menjadi referensi dalam menjalankan kehidupan harian.

Kalau kita termasuk dari orang-orang seperti itu, pertanyaannya, apakah kita merasa bahagia kalau kita meniru gaya hidup orang lain? Ataukah, hal itu hanya menimbulkan beban batin?

Saya yakin meniru gaya hidup orang lain tidak akan memberikan kebahagiaan. Bahkan hal itu bisa menjadi sebab dalam menyangkal identitas diri kita sendiri.

Kita ingin menjadi seperti gaya hidup orang lain, tetapi pada kenyataannya kita tidak bisa mencapai level seperti itu. Kita ingin agar memilii asesoris yang dimiliki orang lain, tetapi pada kenyataannya kemampuan kita begitu terbatas untuk mendapatkan apa yang dimiliki oleh orang lain. Ujung-ujungnya, kita bisa menjadi kecewa dengan diri kita sendiri dan realitas hidup kita.

Kita kecewa dengan diri kita sendiri karena tidak bisa menjadi seperti apa yang dilakukan oleh orang lain. Padahal setiap orang mempunyai keunikannya masing-masing. Karenanya, sangat mustahil meniru orang lain karena setiap orang mempunyai keunikannya. Keunikan ini menjadi sekat yang membedakan setiap orang.

Selain itu, kita bisa saja kecewa dengan realitas hidup kita. Bisa saja kita mulai tidak menerima realitas di mana kita berada karena kita tidak bisa menjadi seperti orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun