Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Handphone, "Silent Killer" pada Karakter Anak?

14 September 2019   08:57 Diperbarui: 14 September 2019   09:40 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Handphone sudah menjadi barang biasa untuk kita. Beberapa tahun silam handphone dinilai sebagai standar dari status sosial dan ekonomi seseorang. Namun beberapa tahun terakhir, banyak orang sudah gampang mendapatkan handphone di pasaran. Harganya murah dan bentuknya serupa dengan handphone mahal lainnya.

Sekarang ini handphone bukan lagi menjadi barang mewah, tetapi bisa dikatakan sebagai kebutuhan untuk banyak orang. Karena ini dinilai sebagai kebutuhan, kemana dan kapan pun kita cenderung membawa handphone. Bahkan ada yang merasa tidak nyaman kalau tidak membawa handphone selama perjalanan keluar atau juga saat duduk sendirian di mana saja.

Karena akses pada handphone semakin gampang, anak-anak pun sudah terbiasa menggunakannya. Berawal dari melihat, memperhatikan dan kemudian berkesempatan menggunakan Handphone orangtua. Ujung-ujungnya, orangtua yang mampu secara ekonomi bisa menyediahkan handphone untuk anak-anak mereka. Hal ini tidak salah.

Yang perlu dicermati adalah sejauh mana handphone membantu perkembangan karakter anak. Persoalannya adalah saat handphone menghancurkan karakter anak.

Contohnya, tidak sedikit pemandangan yang menunjukkan tentang seorang anak asyik  bermain dengan handphone di tangannya selama berjam-jam. Sedihnya, karena kesibukan dengan handphonenya itu, anak itu menjadi apatis dengan orang dan situasi di sekitar.

Saya kira hal ini juga terjadi pada kaum remaja dan orangtua. Gara-gara handphone, orang menjadi apatis dengan situasi di depan mata.

Sikap apatis ini tidak boleh dianggap enteng. Bisa jadi berawal dari sikap apatis karena kesibukan pada handphone bisa berujung pada apatis sosial akut. Dalam arti, meski tidak memegang handphone, kita menjadi tidak peduli pada situasi yang terjadi di sekitar kita meski orang-orang di sekitar kita berhadapan dengan situasi sulit.

Lebih jauh, karena handphone anak bisa kehilangan rasa untuk bergaul dan bermain di luar rumah. Saya melihat kalau tidak sedikit anak yang lebih memilih menghabiskan waktu dengan handphone daripada bermain dengan teman sebaya di luar rumah. 

Efeknya pada karakter anak dalam berelasi sosial. Seorang anak bisa menjadi asing bergaul dengan sesama karena dia begitu akrab dengan handphonenya. Alhasil  anak itu pun tidak mengenal karakter dari teman sebayanya.

Pada titik ini, ada sesuatu yang membahayakan pada anak yang menggunakan handphone terlalu berlebihan. Bahaya itu mengintai dan bisa membunuh pembentukan karakter anak ke arah yang lebih baik. Karena handphone anak menjadi apatis dan kehilangan rasa bergaul dengan sesama.

Tidak salah kita memberikan handphone kepada anak. Kita mesti menciptakan kontrol sosial agar handphone tidak membunuh karakter anak. Pada titik ini, orangtualah yang mengontrol dan bukannya membiarkan mereka untuk menghabiskan waktu dengan hanphone.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun