Mohon tunggu...
nadori
nadori Mohon Tunggu... Wiraswasta - become a experience

to get a news

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sebuah mimpi sang masa kini

17 Maret 2020   23:51 Diperbarui: 18 Maret 2020   00:04 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                 Jalan-jalan yang terjal ,kering kerontang. 

Air yang mengalir meluap, seakan-akan murka kepada rakyat jelata dan para boneka-boneka berpangkat.

disana , sosok-sosok pemimpin itu berdiri

sedangkan alam seakan-akan tak berhati nurani mencurahkan tabir-tabir bencana ,penyakit dan bencana.

                 Dulu dan sekarang tiada perbedaan, bilamana sang pembeda telah lenyap tertelan kedukaan dan terkadang terlupakan oleh imajinasi 

kesenangan duniawi. cakrawala yang mempesona nan megah itu suatu hari akan berbatu namun semuanya akan sirna jikalau

kepasrahan terpatri di dalam hati yang murni.

                Surgawi nan indah atau malapetaka yang membawa kesengsaraan belaka

tangis, pilu itu pasti yang akhirnya membawa sebuah kematian. Masa depan ataukah kemurkaan

kecanggihan atau hanya sebuah kebetulan? takdir atau kematian ataukah perencanaan?

tanah,air,,,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun