Mohon tunggu...
Dora Malik
Dora Malik Mohon Tunggu... -

berikanlah sesuatu yang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mendaras Puan Maharani, Menyingkap Tabir Gelap yang Tidak Dimengerti Para Pembenci

27 Januari 2017   13:39 Diperbarui: 6 Februari 2017   23:38 4334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Puan Maharani adalah satu diantara beberapa Menteri yang sering mendapatkan suara-suara nyinyir dari kalangan “masyarakat bawah” (untuk tidak menyebut penikmat media sosial). Selain karena kinerja yang katanya tak menghasilkan apa-apa, nada-nada sumbang itu tak pernah berhenti untuk selalu mengaitkannya dengan ibunya, Megawati. Memang tidak salah, tapi belakangan menjadi salah kaprah karena terlalu berlebihan.

Padahal, mestinya Puan Maharani itu dipuji, dan bukan dicaci. Jangan kita melihat perilaku baik dan tidaknya orang melalui cara pandang yang sempit, terutama menggunakan Puan Maharani adalah menteri koordinator, yang tidak hanya memastikan pekerjaannya sendiri selesai, tapi juga memastikan, bahwa Kementerian-kementerian yang ada dibawah garis koordinasinya juga bekerja dengan baik. Artinya, menjadi Menteri Koordinator tentu bukanlah tugas ringan karena beban kerja yang berat dan tanggung jawab yang dahsyat. Terutama ketika tugas Kemenko PMK erat kaitannya dengan manusianya, bukan cuma infrastrukturnya. Tugas utamanya adalah membuat rakyat lebih dekat dengan kesejahteraan.

Beberapa Kementerian yang berada di bawah koordinasi Puan, terbukti memiliki kinerja baik dan mendapatkan apresiasi dari masyarakat. Sebut saja Kemesos yang tak berhenti melakukan kreasi dan memberikan bantuan sosial. Kemenag, yang berhasil “bangkit” setelah sebelumnya menjadi sarang “penyakit”. Kuota haji juga bertambah. Kemenpora kini menjadi relatif lebih adem, ketika dulu sempat heboh dan “kisruh”. Kemendikbud juga mendapatkan akseptabilitas yang tinggi oleh masyarakat. Kenapa ini terjadi? Dengan tanpa mengurangi peran yang lain, tapi kita harus jujur, bahwa itu adalah keberhasilan koordinasi yang dilakukan oleh Puan Maharani sebagai Menko.

Pujian itu setidaknya bisa kita sematkan untuk Puan ketika dalam banyak hal menunjukkan kinerjanya sebagai seorang menteri yang patut diperhitungkan sebagai calon pemimpin masa depan. Ia peduli terhadap nasib rakyatnya, sehingga tidak aneh ketika dalam banyak kesempatan Puan selalu hadir justeru untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial. Ia juga tampak terlibat secara aktif dalam pembangunan infrastruktur di pelosok tanah air, termasuk juga pembangunan masjid. Ketika tragedi gempa bumi menghebohkan di Aceh, Puan menjadi “panglima” yang memastikan bantuan bisa diterima dan dikelola dengan baik bekerjasama dengan semua pihak.

Tidak hanya itu, Puan, secara khusus diminta oleh Presiden Jokowi untuk menjadi Kementerian utama dan pertama yang menggalakkan revolusi mental sebagai bagian penting dari proses pendewasaan bangsa ini. Puan dipercaya untuk membangun manusia Indonesia melalui kewenangan dan kebijakan yan dimilikinya.

Artinya apa? Artinya, bahwa Puan Maharani itu bekerja. Ia mempunyai kemampuan dan pengalaman untuk menyelesaikan permasalahan, sekaligus mempunyai mental pembelajar yang siap belajar dari siapapun untuk kepentingan bersama. Jadi, agak lucu ketika sejak dari ia diangkat menjadi menteri hingga saat ini, dunia media sosial dipenuhi dengan bully, bahkan mendiskreditkan Puan sebagai “Menteri titipan”. Rupanya, orang-orang yang selalu meramaikan hal yang buruk tentangnya juga tak jauh-jauh dari orang yang tidak menyukai ibunya, atau partainya.

Tentu, bukan berarti Puan Maharani haus pujian, apresiasi, atau segala macamnya, tapi bahwa kita harus lebih proporsional menilai kinerja menteri, itu menjadi keniscayaan. Toh, tak ada gunanya juga puji dan caci yang didapatkan karena Puan Maharani tetap bekerja sejauh yang menjadi tanggung jawabnya, tanpa peduli terhadap segala hal yang “menghinakannya”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun