Mohon tunggu...
Donny Kuswara
Donny Kuswara Mohon Tunggu... Kepala SDN Cipinang Besar Selatan 05 Pagi

Saya sangat tertarik dengan dunia berita dan tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memahami Konsep qudrat dan iradat

23 September 2025   14:34 Diperbarui: 23 September 2025   14:34 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap hal yang terjadi di alam semesta ini, baik yang besar maupun yang kecil, pada hakikatnya adalah perwujudan dari Qudrat dan Iradat Allah SWT. Dalam kajian tasawuf dan makrifat, pemahaman ini menjadi kunci untuk mencapai kedamaian batin dan kesempurnaan spiritual. Artikel ini akan membahas konsep Qudrat dan Iradat serta cara menapakinya dalam perjalanan menuju makrifat.

Memahami Qudrat dan Iradat

Oleh : Donny Kuswara,S.IP,S.Pd,MM

Qudrat berarti "kemahakuasaan" atau "kekuatan" Allah. Ini adalah sifat Allah yang menunjukkan bahwa Dia memiliki kekuatan mutlak untuk menciptakan, mengurus, dan mengendalikan segala sesuatu tanpa ada yang dapat menghalangi-Nya. Qudrat adalah kekuatan yang mewujudkan segala sesuatu dari ketiadaan menjadi ada.

Iradat berarti "kehendak" atau "kemauan" Allah. Ini adalah sifat Allah yang menunjukkan bahwa Dia berkehendak atas segala sesuatu. Tidak ada satu pun kejadian yang luput dari kehendak-Nya. Baik takdir baik maupun buruk, semuanya terjadi karena Iradat-Nya.

Dalam pandangan makrifat, seluruh alam semesta, termasuk manusia, adalah cerminan dari kedua sifat ini. Setiap gerak, setiap nafas, bahkan setiap pikiran yang terlintas, semuanya adalah manifestasi dari Qudrat dan Iradat-Nya. Manusia hanya menjalankan peran yang telah ditetapkan.

Manusia dan Takdir: Antara Ikhtiar dan Pasrah

Sebagian orang mungkin keliru memahami konsep ini. Mereka berpikir bahwa jika semua adalah kehendak Allah, maka tidak ada gunanya berikhtiar (berusaha). Pemahaman ini keliru. Justru, dalam tasawuf, ikhtiar adalah bagian dari pelaksanaan Iradat Allah itu sendiri.

Misalnya, seorang petani yang ingin panen. Ia tidak hanya pasrah, tetapi harus bekerja keras: membajak sawah, menanam benih, dan merawatnya. Semua usaha ini (ikhtiar) adalah wujud dari Iradat Allah yang menggerakkan dirinya. Hasil panen yang baik atau buruk, itu adalah bagian dari takdir yang juga sudah dikehendaki-Nya. Dengan demikian, makrifat tidak mengajarkan kita untuk pasif, melainkan untuk menjalani hidup dengan sepenuh hati, menyadari bahwa setiap usaha adalah bagian dari rencana-Nya.

Menapaki Jalan Makrifat dan Tasawuf

Untuk menginternalisasi pemahaman ini dan mencapai tingkatan makrifat, ada beberapa langkah yang bisa ditapaki:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun