Mohon tunggu...
Donny Kuswara
Donny Kuswara Mohon Tunggu... Kepala SDN Cipinang Besar Selatan 05 Pagi

Saya sangat tertarik dengan dunia berita dan tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memahami Konsep qudrat dan iradat

23 September 2025   14:34 Diperbarui: 23 September 2025   14:34 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Setiap hal yang terjadi di alam semesta ini, baik yang besar maupun yang kecil, pada hakikatnya adalah perwujudan dari Qudrat dan Iradat Allah SWT. Dalam kajian tasawuf dan makrifat, pemahaman ini menjadi kunci untuk mencapai kedamaian batin dan kesempurnaan spiritual. Artikel ini akan membahas konsep Qudrat dan Iradat serta cara menapakinya dalam perjalanan menuju makrifat.

Memahami Qudrat dan Iradat

Oleh : Donny Kuswara,S.IP,S.Pd,MM

Qudrat berarti "kemahakuasaan" atau "kekuatan" Allah. Ini adalah sifat Allah yang menunjukkan bahwa Dia memiliki kekuatan mutlak untuk menciptakan, mengurus, dan mengendalikan segala sesuatu tanpa ada yang dapat menghalangi-Nya. Qudrat adalah kekuatan yang mewujudkan segala sesuatu dari ketiadaan menjadi ada.

Iradat berarti "kehendak" atau "kemauan" Allah. Ini adalah sifat Allah yang menunjukkan bahwa Dia berkehendak atas segala sesuatu. Tidak ada satu pun kejadian yang luput dari kehendak-Nya. Baik takdir baik maupun buruk, semuanya terjadi karena Iradat-Nya.

Dalam pandangan makrifat, seluruh alam semesta, termasuk manusia, adalah cerminan dari kedua sifat ini. Setiap gerak, setiap nafas, bahkan setiap pikiran yang terlintas, semuanya adalah manifestasi dari Qudrat dan Iradat-Nya. Manusia hanya menjalankan peran yang telah ditetapkan.

Manusia dan Takdir: Antara Ikhtiar dan Pasrah

Sebagian orang mungkin keliru memahami konsep ini. Mereka berpikir bahwa jika semua adalah kehendak Allah, maka tidak ada gunanya berikhtiar (berusaha). Pemahaman ini keliru. Justru, dalam tasawuf, ikhtiar adalah bagian dari pelaksanaan Iradat Allah itu sendiri.

Misalnya, seorang petani yang ingin panen. Ia tidak hanya pasrah, tetapi harus bekerja keras: membajak sawah, menanam benih, dan merawatnya. Semua usaha ini (ikhtiar) adalah wujud dari Iradat Allah yang menggerakkan dirinya. Hasil panen yang baik atau buruk, itu adalah bagian dari takdir yang juga sudah dikehendaki-Nya. Dengan demikian, makrifat tidak mengajarkan kita untuk pasif, melainkan untuk menjalani hidup dengan sepenuh hati, menyadari bahwa setiap usaha adalah bagian dari rencana-Nya.

Menapaki Jalan Makrifat dan Tasawuf

Untuk menginternalisasi pemahaman ini dan mencapai tingkatan makrifat, ada beberapa langkah yang bisa ditapaki:

1. Syariat: Fondasi Awal

Tahap pertama adalah menjalankan syariat dengan benar. Ini meliputi salat, puasa, zakat, dan ibadah lainnya. Syariat adalah gerbang awal untuk mendekatkan diri kepada Allah. Tanpa fondasi yang kuat, perjalanan ke tingkat yang lebih tinggi akan mudah goyah.

2. Tarekat: Perjalanan dan Latihan

Tarekat adalah jalan atau metode khusus yang digunakan untuk membersihkan hati dan jiwa. Ini melibatkan berbagai praktik spiritual seperti dzikir, meditasi (muraqabah), dan tafakur. Tujuannya adalah untuk melatih diri agar selalu ingat kepada Allah dan melepaskan keterikatan pada hal-hal duniawi.

3. Hakikat: Memahami Realitas Sejati

Pada tahap ini, seorang salik (penempuh jalan tasawuf) mulai memahami realitas sejati di balik segala sesuatu. Ia menyadari bahwa semua yang ada di alam semesta ini hanyalah bayangan dari kebesaran Allah. Dia melihat tanda-tanda kebesaran-Nya di setiap ciptaan, dari butiran pasir hingga galaksi.

4. Makrifat: Mengakui dan Mengenali-Nya

Ini adalah tingkatan tertinggi di mana seorang hamba benar-benar mengenal Allah dengan hati. Bukan sekadar mengenal melalui akal, tetapi melalui pengalaman spiritual yang mendalam. Di sinilah ia akan menyaksikan bahwa segala sesuatu di dunia ini bergerak atas Qudrat dan Iradat Allah. Jiwanya akan dipenuhi rasa pasrah, tenang, dan ikhlas sepenuhnya, karena ia tahu bahwa di setiap kejadian, ada hikmah dan kehendak Ilahi yang bekerja.

Kesimpulan

Memahami bahwa segala sesuatu di dunia ini berjalan di bawah Qudrat dan Iradat-Nya adalah kunci menuju kehidupan yang penuh ketenangan. Dengan mengaplikasikan prinsip ini, kita akan mampu menghadapi segala cobaan dengan lapang dada, bersyukur atas segala nikmat, dan menjalani hidup dengan penuh kesadaran. Jalan menuju makrifat memang panjang dan berat, tetapi dengan fondasi syariat yang kuat dan praktik spiritual yang konsisten, kita bisa menapakinya dan menemukan kedamaian sejati di dalam hati.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun