Mohon tunggu...
donny mario
donny mario Mohon Tunggu... mahasiswa -

Accounting student at Atma Jaya Catholic University of Indonesia. Self- Interest to write about Financing, Accounting and Tax, and try to mix them with football. Made a writing as a hobby to show my mind. Openly minded to write movie review .

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mr. Holmes (Sherlock yang Lebih Dewasa dan Manusiawi)

1 Februari 2016   10:25 Diperbarui: 1 Februari 2016   10:50 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Bagi yang pernah menonton film Sherlock Holmes yang diperankan oleh Robert Downey Jr, atau Sherlock versi versi BBC yang diperankan ( sangat baik ) oleh Benedict Cumberbatch, maka akan mengetahui karakter tokoh Sherlock yang enerjik, semangat saat mendapat kasus sulit dan akan menggunakan analisa sempurna dalam memecahkan sebuah kasus. Ya itu adalah ciri khas Sherlock Holmes. Namun pernahkan kita membayangkan bagaimana seorang Sherlock saat tua nanti ? Mr. Holmes bisa dikatakan sebagai jawaban yang sejauh ini cukup valid bagi penulis mengenai kehidupan konsultan detektif itu di masa pensiunnya. 

Film yang di sutradarai oleh Bill Condon ini, ingin membuat Sherlock dari sisi yang lain, dari yang selama ini kita kenal. Mr. Holmes akan menceritakan Sherlock Holmes ketika ia sudah menjadi kakek- kakek dan tidak lagi mengurusi kasus. Jika anda mengharapkan akan ada pemecahan kasus brilian atau Sherlock Holmes akan berlari kesana- kemari memecahkan kasus, di film ini tidak akan menyuguhkan adegan seperti itu. Namun penulis senang sutradara dan penulis skenario film tidak menghilangkan ciri khas Sherllock, Analisa !. 

Film ini mengambil setting di sebuah pedesaan di Inggris pada tahun 1947, ketika Sherlock berusia 93 tahun. Film ini menceritakan kehidupan Sherlock ketika ia sudah pensiun dan memutuskan untuk menjadi peternak lebah, dan ia tinggal bersama pembantunya Mrs Munro dan anaknya Roger. Di film ini tokoh-tokoh angkatan Sherlock seperti John Watson, Mycroft, Lestrade, hingga Mrs. Hudson diceritakan sudah meninggal. Awal konflik dalam film ini di mulai dari perjalanan pulang Sherlock dari Jepang unttuk mencari tanaman Prickly Ash bersama sahabat penanya Tamiki Umezaki. Alasan Sherlock mencari tanaman ini adalah untuk mengembalikan memori ingatan masa lalunya yang hilang dan menurut teman Jepangnya, Prickly Ash bisa membantu mengembalikan ingatan itu. Kemudian anak Mrs. Munro, Roger secara diam-diam masuk ke kamar Sherlock ketika ia pergi ke Jepang untuk membaca buku Sherlock, tidak sengaja membaca catatan Sherlock, dan menanyakan kenapa catatan kasus itu tidak selesai. Ternyata Sherlock sedang berusaha mengingat kasus terakhir yang dipecahkannya yang menurut ia gagal dan menjadi alasannya pensiun namun entah mengapa oleh John Watson kasus itu diceritakannya berhasil dipecahkan dengan baik. Maka setelah itu dimulailah petualangan Sherlock bersama Roger ( assisten baru hehe ) untuk memecahkan kasus ini, bahwa bagaimana sebenarnya kasus itu berakhir. 

Jujur saja, menurut penulis Sir Ian Mc Kellen memerankan karakter Sherlock Holmes dengan sangat baik. Ketika menonton Mr. Holmes, kita seakan melihat versi lanjutan Sherlocknya Benedict Cumberbath yang kemudian menjadi tua dan digantikan Sir Ian Mc Kellen. Selain itu pemilihan cast seperti Mrs. Munro yang merupakan seorang single parents setelah sang suami meninggal pun dapat diperankan dengan baik oleh Laura Linney. Kita dapat merasakan emosi dari seorang ibu yang harus bekerja keras untuk menghidupi anaknya dengan bekerja sebagai pengurus rumah. Dan penulis memberikan kredit kepada Roger yang dipernankan oleh Milo Parker. Melihat Roger, penulis menjadi teringat pada karakter novel detektif fiksi lainnya Isidore Beautrelet dalam novel The Hollow Needle karangan Maurice Le Blanc.

Alur cerita Mr.Holmes berjalan dengan tempo sedang, dan mudah untuk diikuti, namun tetap saja penonton harus fokus dalam menontonnya karena dalam berjalanannya film akan banyak sekali flashback ketika Sherlock memecahkan kasus terakhir ini. Kasus yang menjadi inti dalam film ini adalah menurut novelnya adalah The Gray Lady. Dalam film ini kita akan mengetahui alasan Sherlock Holmes pensiun dan mengasingkan diri ke daerah pedesaan Inggris. 

Sepertinya sutradara Bill Condon ingin memberikan sesuatu yang berbeda dari sosok Sherlock Holmes yang selama ini mungkin tidak pernah di bayangkan oleh orang. Di sini kita akan disuguhi bagaimana seorang Sherlock yang tenang namun disisi lain ia merasa frustasi dengan dirinya sendiri ketika tidak dapat mengingat kasus terakhirnya yang membuat ia hampir menyerah kalau bukan Roger yang memberikannya semangat. Selain itu ia juga mencurahkan kesedihannya ketika ditinggalkan sahabatnya John Watson dan menyesal karena hingga kematian sahabatnya itu ia tidak mengucapkan salam terakhir, juga dengan kematian kakaknya Mycroft Holmes yang membuatnya merasakan kehilangan. Selain itu kedekatannya dengan Roger membuat Sherlock menyadari bahwa pentingnya kehadiran orang lain di hidupnya, yang membuatnya pertama kali merasakan empati. Hal inilah yang membuatnya pertama kali menyayangi Mrs.Munro dan Roger, bahkan meminta mereka untuk tetap tinggal bersamanya di peternakan, bahkan ia rela mewariskan semua hartanya kepada Mrs.Munro dan Roger ( What a lovely life! ). Film ini ingin memperlihatkan bagaimana seorang Sherlock yang biasanya berhasil memecahkan kasus apapun untuk pertama kalinya merasakan kegagalan, hingga membuatnya tertekan dan depresi, namun dapat diselesaikan dengan baik ketika pada akhirnya Sherlock menyadari ada 1 hal yang ia sadari namun tidak ia lakukan. Hal itu merupakan sebuah empati kepada orang lain. at

Secara keselurahn penulis memberikan nilai 9/10 untuk Mr.Holmes ini. Mr.Holmes mungkin tidak menampilkan aksi seperti film Sherlock Holmes lainnya, namun Mr.Holmes menyajikan sebuah kehangatan dari kisah sang detektif dimana ia menemukan arti sebenernya dari hidupnya yang ia dapat berikan untuk orang lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun