Mohon tunggu...
Doni Prayoga
Doni Prayoga Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Bukan penulis, tapi sesekali nulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pancasila sebagai Payung Pemersatu Bangsa

10 Juni 2018   04:15 Diperbarui: 10 Juni 2018   04:31 2033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Persatuan bangsa adalah kunci utama dari kokohnya suatu negara. Persatuan ini merupakan hal yang sangat penting, karena hal ini menyangkut keharmonisan kehidupan berbangsa dan bernegara. Bangsa Indonesia, yang pada khususnya merupakan bangsa yang kaya akan kemajemukan, memerlukan sebuah pola pikir yang terbuka untuk mencapai sebuah persatuan bangsa. Dengan adanya pola pikir yang terbuka, bangsa Indonesia akan memahami pentingnya persatuan di atas kemajemukan yang ada.

Di samping pola pikir yang terbuka, untuk mencapai sebuah persatuan bangsa, kita sebagai bangsa Indonesia perlu memahami pandangan hidup bangsa kita sendiri, yaitu Pancasila. Pancasila merupakan ideologi pemersatu bangsa, yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya masyarakat yang majemuk. Nilai-nilai ini sangat sesuai dengan kehidupan masyarakat Indonesia yang notabenenya merupakan masyarakat yang kaya akan keragaman suku bangsa, budaya, ras, agama, dan bahasa.

Pancasila merupakan sebuah falsafah yang sangat sesuai dengan nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia. Pancasila memiliki karakter yang khas dalam kebudayaan masyarakat yang majemuk. Oleh karena itu, Pancasila tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Lebih dari itu, Pancasila juga merupakan ciri khas yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain yang ada di dunia.

Pancasila mengandung butir-butir nilai yang sangat berharga di setiap silanya. Sila pertama Pancasila, yang berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa," memiliki nilai yang mengajarkan bangsa Indonesia untuk saling menghormati antar sesama pemeluk agama dan tidak saling mempermasalahkan perbedaan tentang cara beribadah kepada Tuhan.

Konflik agama yang kerap kali terjadi dengan latar belakang sentimen agama tidak akan terjadi, jika kita sebagai bangsa Indonesia memahami secara mendalam nilai dari sila pertama ini. Apabila nilai dari sila "Ketuhanan" ini sudah mengakar dalam jiwa kita, maka rasa saling menghormati dan menghargai agama masing-masing pun akan tercipta.

Selanjutnya, sila kedua Pancasila, yang berbunyi "Kemanusiaan yang adil dan beradab," memiliki nilai-nilai kemanusiaan yang mengajarkan bangsa Indonesia untuk: (1) mengakui adanya martabat manusia, (2) memperlakukan martabat manusia secara adil, dan (3) memahami pengertian manusia yang beradab, memiliki daya cipta, rasa, karsa dan kepercayaan. Dengan memahami nilai-nilai dari sila kedua ini, maka pelanggaran terhadap hak-hak dasar manusia tidak akan terjadi.

Sila yang ketiga yaitu "Persatuan Indonesia." Sila ini mengandung nilai-nilai yang mengajarkan bangsa Indonesia untuk memahami bahwa persatuan Indonesia merupakan persatuan dari bangsa yang bertempat tinggal di wilayah Indonesia; bangsa Indonesia merupakan persatuan suku-suku bangsa yang mendiami wilayah Indonesia dan memiliki satu keinginan yang sama dalam mencapai cita-cita Indonesia; dan pengakuan terhadap nilai Bhineka Tunggal Ika yang menunjukkan arah dalam pencapaian persatuan bangsa. Dengan memahami sila "Persatuan" ini, maka nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa akan tercipta. Sehingga konflik-konflik yang dapat memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia ini pun tidak akan terjadi.

Lebih dari itu, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang sangat menjunjung tinggi nilai permusyawaratan. Nilai permusyawaratan itu sendiri juga dicetuskan dalam Pancasila, yaitu dalam sila keempat. Sila ini berbunyi "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan." 

Sila ini mengajarkan bangsa Indonesia untuk memahami bahwa: (1) kedaulatan negara berada di tangan rakyat, (2) pimpinan kerakyatan adalah hikmah kebijaksanaan yang didapat melalui jalan musyawarah dengan dilandasi logika yang sehat, (3) masyarakat Indonesia sebagai warga negara yang mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama, dan (4) musyawarah untuk mufakat dicapai dalam pengambilan keputusan wakil-wakil rakyat.

Sila keempat ini memberikan pemahaman kepada bangsa Indonesia untuk selalu melestarikan nilai permusyawaratan. Hubungan erat bangsa Indonesia akan tetap terjaga, jika setiap konflik atau permasalahan diselesaikan dengan musyawarah. Sehingga konflik yang berkepanjangan pun tidak akan terjadi.

Butir Pancasila yang kelima adalah "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia." Sila ini menjelaskan bahwa nilai-nilai keadilan dalam kehidupan sosial yang meliputi bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan/keamanan nasional, harus ditegakkan tanpa memandang suku, ras, agama, maupun golongan. Dengan memahami makna dari sila terakhir Pancasila ini, maka bangsa Indonesia akan mendapati keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Di samping itu, rasa hormat terhadap hak orang lain pun akan tetap terjaga. Serta tidak akan ada ketimpangan sosial yang akan terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun