Mohon tunggu...
Dongeng Kopi
Dongeng Kopi Mohon Tunggu... Pramusaji - Berbiji baik, tumbuh baik!

Kedai Kopi yang terintegrasi dengan Taman Baca Alimin, serta Rumah Sangrai yang menghasilkan aneka kopi biji dan bubuk. Ruang paling pas untuk buku, kopi dan komunitas. Hadir di Umbulmartani, berada di kaki Merapi, dan Sasana Krida Dongeng Kopi Roastery di Tirtomartani, 700 meter dari Candi Kedulan, 5 Kilometer dari Candi Prambanan. Keduanya ada di Sleman Jogjakarta

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cita-cita Gagak Slewah, Dari Pembantu Tumenggung Menjadi Patih Dongeng Kopi

11 Maret 2024   18:52 Diperbarui: 11 Maret 2024   18:57 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patih Gagak dalam kunjungan ke pasar. Dok. Dongeng Kopi

Gagak Slewah tidak pernah memimpikan jadi Patih di Kerajaan Rimba Raya. Sebagai anak desa tepi Bengawan Kadiraja, impiannya mentok menjadi tangan kanan Tumenggung. Di desanya hanya Slewah sendiri yang masuk pawiyatan ke kutanagari.

Sebagai pemuda pinilih dan tekun belajar prestasinya mengantarkan ia menjadi Guru dan pendidik di pawiyatan terbaik kutanagari. Konsentrasinya di bidang tata kelola kerajaan menjadikannya bersinar cemerlang. Banyak golongan mamalia, golongan reptil, golongan amfibi, hingga golongan burung dan ikan banyak yang berguru padanya. Puncaknya ia memegang kendali Pawiyatan. Menjadi jujugan pangreh praja minta nasihat, hingga solusi dari sekian masalah kerajaan.

Dari pengalaman mendampingi sejumlah pangreh praja dari setingkat Akuwu sampai Adipati meluaskan lingkaran pergaulan orang orang kerajaan. Hingga saat Gandawida Babi Nati atau yang lebih populer dipanggil Babiwi naik tahta Rimba Raya, Slewah diajak masuk menjadi bagian petinggi dan menjadi orang paling dekat dengan Baginda. Baginda memang bersahabat dengan Gagak Slewah sejak menjadi Tumenggung. Beberapa strategi memerintah dan menjaga kekuasaan memang berasal dari saran-sarannya.

Gagak Slewah melompati impiannya jauh dari sekedar pembantu Tumenggung. Sebagai orang kepercayaan Babiwi menjadi Patih tentu posisi sangat strategis. Semua pintu masuk informasi semua titah paduka yang mulia dimulai darinya. Segala pangkal soal diurai segala nasihat atas kebijakan orang pertama paling ditanya adalah dirinya.

Sebagai pengendali pawiyatan pawiyatan yang kritis hingga mengganggu stabilitas kekuasaan Baginda tentu ia sangat menguasai soal bagaimana antisipasi. Bersama Baginda sepuluh tahun ini Gagak orang paling pagi sekaligus orang paling larut keluar dari istana.

Satu satunya pendukung ia kuat bekerja sedemikian keras adalah berkat kopi racikan dari Dongeng Kopi. Sehari ia bisa habis bisa sampai lima gelas. Peracik kopi pribadinya ia ajak masuk istana.

Namanya Lanang Musang. Gagak tak pernah cocok minum kopi selain buatan Lanang Musang. Saat lawatan kemana mana Lanang Musang turut serta. Ia termasuk kepercayaan Patih Gagak sehingga melekat kemana mana. Keahliannya sebagai sais kereta selain meracik kopi jadi bisa bekerja lintas fungsi. Kecerdasannya diatas rata-rata. Murid kesayangan yang pernah jadi asisten saat ia mengajar di Pawiyatan Kutanagari. Lanang Musang saat masih berguru menyambi buka kedai kopi. Saat ini kedainya dipegang istrinya begitu ia mendampingi Patih Gagak di Istana.

Awalnya Gagak Slewah tidak suka kopi. Ia penggemar anggur dan teh. Lewat seduhan tangan, buah panggang dari kedainyalah akhirnya Gagal jadi maniak kopi. Baginya, tidak ada yang lebih mujarab sebagai pendongkrak stamina senantiasa prima mendampingi Babiwi selain kopi. Kopinya pun kopi khusus. Kopi racikan dari kaki gunung Blau di ujung alas Mentaok.

Ketika baginda Sri Maharaja Babi marah sekali begitu sprinlakops stabilitas Rakai Turangga Abhicara bocor di kalangan rakyat Negara, Patih Gagak kelabakan. Ia yang tidak sengaja membagikan kepada Rakryan Mantri Nuri rupanya bocor ke para burung. Informasi itu cepat tersiar di penjuru mata angin sehingga situasi jadi tidak terkendali.

Saat pertemuan sore di Istana lima hari silam, seketika badannya lunglai, lungkrah seolah seluruh tulang penyangga tubuhnya dicerabut begitu Baginda berujar;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun