Mohon tunggu...
H.D. Silalahi
H.D. Silalahi Mohon Tunggu... Insinyur - orang Tigarihit

Military Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Pertanian Indonesia Maju, Capaian dan Tantangan

14 Mei 2019   14:53 Diperbarui: 14 Mei 2019   14:56 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hal ini merupakan tantangan bukan hanya bagi Kementerian Pertanian tetapi juga menyangkut lintas sektoral seperti Kementerian Tenaga Kerja misalnya bagaimana Anak Cucu Petani petani kita mau menjadi petani juga seperti orang tuanya (REGENERASI PETANI), kalau perlu yang orangtuanya bukan petani tertarik untuk "berbisnis" di sektor pertanian, kalau kita berpikir jangka panjang sebetulnya ini sangat mengkhawatirkan, jangan sampai terjadi seperti di negara Malasyia, mereka sekarang hanya mengandalkan tenaga dari luar negeri untuk berusaha di sektor pertanian, tidak ada lagi anak muda yg mau menjadi petani.

Setelah melihat fakta tersebut mari kita coba menganalisa penyebabnya dan tentu setelah tahu apa penyebabnya kita dapat menentukan "senjata apa yang kita perlukan untuk menyelesaikannya.

Penyebab yang pertama adalah kebiasaan yang sudah menjadi budaya di Indonesia yaitu hal menjadi pameo di masyarakat Indonesia bahwa kalau mau berhasil harus merantau ke kota, semenjak zaman orde baru arus urbanisasi sangat pesat, hal menjadi sesuatu yang normal setelah melihat kemajuan industri di zaman itu, para pencari kerja dari desa bergerak ke kota untuk mencari pekerjaan yang menawarkan penghasilan lebih baik, apalagi perhatian pemeriah pada pendapatan petani masih kurang di zaman itu contohnya : harga produk pertanian masih dikontrol oleh pemerintah, saya masih ingat kalau menonton Bapak Harmoko, Menteri Penerangan di zaman itu selalu mengumumkan harga-harga produk pertanian :-) 

Hal itu menyisakan masalah bagi petani, margin keuntungan sangat tipis bagi para petani, keadaan ini memaksa anak-anaknya petani mencari kerja ke kota untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Sampai dengan sekarang budaya itu masih menjadi stigma bagi para petani dan pencari kerja di desa.

Penyebab kedua adalah sesuai dengan data BPS terbaru disebutkan bahwa rata-rata kepemilikan lahan pertanian cuma 0,3 ha, kalau dipandang dari segi keekonomian lahan seluas ini tidak menjanjikan apa-anpa kalau kita menanam komoditi tanaman pangan seperti jagung dan Padi, tidak akan cukup untuk membiayai kehidupan satu keluarga.

Penyebab Ketiga adalah harga komoditas tanaman pangan yang sangat rendah di tangan petani, penerima margin keuntungan yang besar adalah pengumpul atau tengkulak.

Penyebab Keempat dan paling massive saat ini adalah alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan atau malah beralih menjadi lahan perkebunan sawit.

Setelah mengetahui permasalahan ini, kita dapat membuat solusi bagaimana mengubah mindset masyarakat kita sehingga sektor pertanian dapat dianggap sebagai bisnis, bisnis yang juga menguntungkan, hingga pada suatu saat nanti generasi Penerus kita akan memilih menjadi petani dibanding menjadi karyawan pabrik atau bankir misalnya.

Sebenarnya Pemerintah tidak tinggal diam, untuk membuat "seksi" sektor pertanian seperti subsidi pupuk dan benih yang tentunya akan menambah margin keuntungan, tapi itu belum cukup, perlu diambil terobosan kebijakan, kalau perlu menabrak aturan-aturan normatif, sebagai saran ada usul kebijakan yang mungkin mengatasi persoalan ini ( yang tentunya kalau yang berjudul kebijakan di pemerintah biasanya harus ada kajian) antara lain :

Untuk menambah Populasi petani sekaligus menyelesaikan 4 permasalahan diatas saya punya usul yang agak ekstrem tapi memang sejalan dengan Program Nawacitanya Pak Jokowi yaitu Reforma Agraria berupa redistribusi lahan kepada petani, memang sudah berjalan yaitu pemberian lahan kepada petani, tetapi mungkin pembagian lahan ini bisa diperluas, dibagikan ke lulusan sarjana pertanian di seluruh Indonesia yang menurut Data Direktorat Pendidikan Tinggi pada tahun 2011 terdapat 34.000 lulusan Sarjana Pertanian setiap tahun di Indonesia yang sebagian besarnya malah bekerja bukan di sektor Pertanian.

Kenapa Harus Sarjana Pertanian?Dasar Argumennya sangat kuat, mereka ini adalah golongan masyarakat terdidik yang sudah pasti menguasai ilmu dan teknologi pertanian yg tentunya dapat menghemat anggaran pemerintah dari segi peningkatan kapasitas SDM.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun