Mohon tunggu...
Don Zakiyamani
Don Zakiyamani Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Kopi Senja

personal web https://www.donzakiyamani.co.id Wa: 081360360345

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Politisi Menulislah

9 Agustus 2019   11:05 Diperbarui: 9 Agustus 2019   11:47 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya curiga, jangan-jangan bukan persoalan kesibukan yang menyebabkan mereka enggan menulis. Jangan-jangan mereka malas membaca buku sehingga kesulitan menulis. Apabila kecurigaan saya benar, maka negeri ini sedang menuju arah yang salah. Kalaupun arahnya benar, kita akan selalu tertinggal dari negara lain.

Bagaimana mereka bicara perubahan sementara kemampuan mengungkapkan gagasan dan pemikiran melalui tulisan tidak mau; kalaupun mau, tidak mampu? Politisi yang enggan menulis bukanlah politisi sejati, apalagi yang tidak mampu menulis.

Selain kesibukan, saya coba telusuri lagi penyebab politisi jarang menulis di media. Ternyata dugaan saya benar. Ada politisi yang memang tak mau menulis di media online dan cetak. Baginya, menulis bukan hal yang penting. Mengapa demikian?.

Saat ini era digital, mengungkapkan gagasan dan pemikiran dapat melalui televisi maupun merekamnya. Begitu salah satu jawaban yang saya dapati. Tentu saja argumen itu logis dan sah-sah saja.

Walaupun bagi saya tulisan yang dibaca dan disebarluaskan dengan sendirinya akan meningkatkan minat baca. Membaca berarti menghimpun segala intelek dalam diri, akan menambah daya pikir manusia. Meski begitu, alasan ini lebih bisa diterima dibandingkan alasan sebelumnya (sibuk).

Sayangnya tidak semua politisi memanfaatkan tekhnologi maupun diundang media elektronik. Karenanya, menulis di media online seperti di Kompasiana bisa dicoba. Beberapa orang memang lebih bagus menulis ketimbang bahasa lisan, ada pula sebaliknya. Ada pula yang mampu kedua-duanya. 

Harapan saya, meski kemajuan teknologi begitu pesat, tradisi menulis para elite sebaiknya dipertahankan. Saya kira satu minggu satu artikel tidaklah sulit bagi mereka. Apalagi seperti Ketua MPR (Bamsoet) yang mantan wartawan. 

Bagi saya, perang gagasan melalui tulisan di media online maupun cetak lebih terasa intelektualitasnya. Tentu saja ini pendapat pribadi saya. Karena menulis melibatkan segenap daya intelektualitas seseorang.

Alasan terakhir yang saya dapati, memang tidak sedikit politisi yang tidak mampu menulis meski hanya sebuah artikel pendek. Dari alasan sebelumnya, alasan ini yang perlu jadi perhatian para elite di parpol. Problem intelektualitas. 

Tentu saja butuh penelitian mendalam terkait hal ini, mengapa politisi kita enggan menulis di media online dan cetak. Apakah karena kesibukan, karena kemudahan-kemudahan digital, atau karena tidak mampu menulis.

Kalaupun menulis hanya menjelang pilpres dan pileg (tahun politiknya), tulisan yang menggiring pemilih, bahkan ada yang berupa propaganda, selepas pileg dan pilpres mereka kembali malas menulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun