Mohon tunggu...
Wimpie Fernandez
Wimpie Fernandez Mohon Tunggu... Penulis - Tak harus kencang untuk berlari

Penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bukan Asal Tampil Beda

18 Mei 2019   00:35 Diperbarui: 18 Mei 2019   01:16 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Uniknya lagi, candi yang diakui Unesco sejak tahun 1991 sering menampilkan pentas drama tari bertajuk Sendratari Ramayana yang menceritakan kisah-kisah kepahlawanan, tragedi, dan percintaan yang dikemas secara modern dengan Candi Roro Jongrang sebagai latar panggungnya.

Inilah sentuhan marketing promosi yang ingin dicapai Bank Mandiri. Artinya, ketika kaki peserta berpijak di sekitar Candi Prambanan, mereka tidak sekedar dimanjakan akan indahnya karunia Tuhan serta menjaga kesehatan fisik semata, melainkan juga mendapat ilmu anyar tentang sejarah Candi Prambanan untuk kemudian membagikan pengalaman tersebut kepada orang-orang tercinta. Dengan demikian, cita-cita pemerintah setempat meningkatkan laju perekonomian dari sektor wisata semakin cepat melalui event Mandiri Jogja Marathon.

Libatkan Penduduk Sekitar

www.mandirimarathon.com
www.mandirimarathon.com

Sembari menikmati keindahan alam seperti Gunung Merapi, ukiran seni candi prambanan, Candi Plaosan, Candi Sewu, Candi Bubrah dan Monumen Taruna, Bank Mandiri turut melibatkan penduduk setempat dalam pagelaran MJM agar merasa memiliki dan sumringah. Dalam kesempatan ini, penduduk setempat diminta menampilkan berbagai macam atraksi kearifan lokal saat peserta melintasi 13 desa yang sudah ditentukan. Untuk itu, Bank Mandiri memberi bantuan berupa pengaspalan jalan rusak sepanjang rute marathon serta 450 buah lampu penerangan. Bahkan, untuk menggugah semangat penduduk agar event MJM semakin berwarna, Bank Mandiri mengadakan lomba kebersihan desa kategori program padat karya, ragam budaya dan hiburan. Parameternya berdasarkan kreativitas dari masing-masing desa. Selamat bagi desa Wedonartani dan Umbulnartani yang berhak mendapat Apresiasi Padat Karya. Disusul, desa Sukoharjo dan Titomartani kategori Ragam Budaya. Terakhir, Desa Taman martini, Purwomartani, Selomartani, Widodomartani dan Maguwoharjo mendapat apresiasi dalam kategori hiburan.

Uniknya, hadiah yang diberikan panitia kepada masing-masing desa bukan uang, melainkan Sapi Metal dan Kambing PE. Sekali lagi, inilah keunikan dan kelebihan event MJM yang tidak dimiliki penyelenggara di kota-kota lain. Tampaknya, Bank Mandiri benar-benar memahami kebutuhan penduduk desa setempat yang sebagian besar memelihara hewan peliharaan untuk kemudian dikembangbiakkan serta dimanfaatkan dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

Alasan lain panitia melibatkan penduduk karena ingin membangun pola komunikasi yang sifatnya humanis saat peserta melintasi 13 desa. Di satu sisi, peserta mendapat hiburan sekaligus menerima informasi anyar dari berbagai macam jenis kebudayaan dan kuliner. Sedang bagi penduduk setempat merasa dimanusiakan dan diakui keberadaanya atau dalam bahasa Jawa, penduduk merasa diwongke. Sinergi inilah yang harus dilakukan di kota-kota lain agar rencana pemerintah pusat maupun daerah saat melakukan pembangunan infrastruktur berjalan seiring seirama, tanpa ada konflik antara warga dengan pemerintah.

Sudut pandang lain yang ingin ditonjolkan Bank Mandiri dengan melibatkan penduduk adalah menumbuhkan sikap toleransi. Peserta lokal maupun mancanegara disuguhkan berbagai macam kearifan lokal warisan nenek moyang. Ide semacam ini dimaksudkan untuk mengingatkan kembali bahwa masyarakat Indonesia memegang budaya saling memiliki, menghormati dan menghargai tanpa memandang golongan, suku, ras dan agama yang akhir-akhir ini sedikit hilang dalam roh keindonesiaan kita.

Sajikan Menu Baru

www.alralifestyle.com
www.alralifestyle.com
Kurang afdol rasanya jika wisata kuliner tidak dimasukkan dalam ajang Mandiri Jogja Marathon. Mirip seperti tahun-tahun sebelumnya, panitia selalu menyediakan berbagai macam kuliner khas jogya dan hiburan lain di akhir perlombaan atau garis finish. Bedanya di tahun ini, panitia menambah menu baru yakni makanan khas keraton dan jajanan pasar. Dikutip dari Koran Kompas edisi 13 Mei 2019, jajanan pasar menunjukkan akar budaya sedangkan masakan keraton menegaskan latar belakang sejarah (keraton) yang masih berfungsi hingga masa modern ini.

Kuliner tidak hanya mengenalkan sejarah, melainkan juga turut mendongkrak roda perekonomian warga yang akan memperoleh tambahan pendapatan. Sedangkan bagi Pemerintah Jogjakarta mendapat surplus Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari tahun sebelumnya. Dengan demikian, cita-cita pendiri bangsa untuk mensejahterakan warganya lewat semboyan Berdiri di Atas Kaki Sendiri (Berdikari), lamat-lamat menjadi kenyataan dengan terselenggaranya event semacam ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun