Mohon tunggu...
Wimpie Fernandez
Wimpie Fernandez Mohon Tunggu... Penulis - Tak harus kencang untuk berlari

Penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bukan Asal Tampil Beda

18 Mei 2019   00:35 Diperbarui: 18 Mei 2019   01:16 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota yang kaya budaya dan sarat akan sejarah itu masih tetap hangat dan berdiri tegap di tengah gegap gempita dan ketidakwarasan zaman. Prinsipnya, tak mudah tergoda tawaran duniawi melainkan kukuh pada wujud aslinya. Itulah mengapa, jogjakarta selalu dipilih dan dikenang oleh sebagian besar masyarakat.

Menyandang predikat kota pariwisata, tak membuat Pemerintah dan Warga Jogjakarta terlena atau bahkan jemawa. Justru, keduanya saling bersinergi dan giat melakukan penataan sekaligus pelayanan yang cukup masif untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisata. Dikutip dari laman https://pariwisata.jogjakota.go.id, Dinas Pariwisata Kota Jogjakarta menargetkan jumlah kunjungan wisatawan sebanyak 3,47 juta orang dan terus meningkat hingga empat juta wisatawan di tahun 2022.

Keinginan untuk mewujudkan sekaligus meningkatkan roda perekonomian melalui spot wisata, kuliner serta mempertahankan kearifan lokal di jogjakarta bukan sekedar wacana. Beberapa formula telah dicanangkan dan sudah dilakukan pemerintah setempat, salah satunya mengadakan event bertajuk Mandiri Jogjakarta Marathon (MJM) pada Minggu, (28/04/2019). Event ini merupakan kombinasi antara olahraga lari sembari berwisata menikmati segala bentuk keindahan alam, berinteraksi bersama penduduk, mengenalkan kearifan lokal serta kuliner khas Kota Gudeg itu. Event semacam ini biasa disebut sport tourism.

Event yang digagas Bank Mandiri sejak tahun 2017 itu dikemas secara cerdas, kekinian dan meriah. Dikatakan demikian karena Bank Mandiri sangat jeli melihat potensi wisata jogjakarta yang mampu ditingkatkan ke level mancanegara melalui event semacam ini. Selain itu, penggabungan olahraga lari sambil berwisata telah menjadi tren dan merebak di semua kalangan. Hal ini membuat banyak orang keranjingan untuk mencobanya. Maka tak heran, event MJM selalu dinanti masyarakat utamanya mereka pencinta olahraga lari.

Antusias peserta lokal, mancanegara dan masyarakat menyemarakkan event MJM dibuktikan dari jumlah angka peserta tahun ke tahun. Berawal tahun 2017 total peserta sebanyak 6.210 pelari, tahun 2018 sebanyak 8.000 pelari dan tahun 2019 sebanyak 7.500 pelari. Dibandingkan jumlah peserta lari pada umunya seperti Semarang Marathon, Bali Marathon, Banyuwangi Marathon atau Run color, Virtual run dan Family run, angka ini terbilang fantastis dan mungkin belum dicapai oleh penyelenggara lainnya.

Lebih lanjut, event MJM merupakan salah satu upaya dan wujud untuk mendukung visi misi program pemerintah setempat yang ingin membangun 'Kota Jogja Masa Depan'. Dikutip dari http://bappeda.jogjaprov.go.id, Pemerintah DIY terus mempertahankan kekentalan budaya dengan cara mentransformasi wajah jogja lewat program jangka pendek dan jangka panjang hingga tahun 2025. Diharapkan event MJM turut membantu pemerintah setempat mewujudkan Kota Jogja yang apik, nyaman dan aman bagi setiap pengunjung, sehingga roda perekonomian Warga Jogjakarta terus meningkat.

Candi Prambanan yang Awal dan Akhir

www.ranselhitam.com
www.ranselhitam.com
Dibandingkan event lari pada umumnya, Mandiri Jogja Marthon (MJM) memiliki keunikan tersendiri sehingga layak disebut 'Lebih Dari Sekedar Lomba'. Alasannya sederhana yakni alur pelaksanaannya. Event yang sudah memasuki tahun ketiga ini memilih lokasi start dan finish di Candi Prambanan. Bank Mandiri memilih Candi Prambanan sebagai titik awal dan akhir bukanlah tanpa alasan. Candi ini merupakan candi Hindu terbesar dan terindah di Indonesia serta memiliki catatan sejarah yang harus diketahui penduduk Indonesia maupun wisatawan mancanegara.

Dikutip dari www.indonesiakaya.com, Candi Prambanan yang dibangun sekitar pertengahan abad ke-9 oleh raja dari Wangsa Sanjaya, yaitu Raja Balitung Maha Sambu itu menunjukkan berbagai relief yang menggambarkan cerita-cerita Hindu, salah satunya panel kisah Ramayana. Panel-panel yang melukiskan cerita epik Ramayana terletak di bagian bawah candi Siwa dan Brahma. Jika peserta atau pengunjung berkeliling searah jarum jam dari candi Siwa ke arah kiri, panel Ramayana akan menceritakan Pangeran Rama dari Kerajaan Ayodya yang merupakan titisan Dewa Wisnu yang ditugaskan turun ke bumi. Gambar-gambar pahatan dari panel lain juga masih terawat dan terlihat indah.

Uniknya lagi, candi yang diakui Unesco sejak tahun 1991 sering menampilkan pentas drama tari bertajuk Sendratari Ramayana yang menceritakan kisah-kisah kepahlawanan, tragedi, dan percintaan yang dikemas secara modern dengan Candi Roro Jongrang sebagai latar panggungnya.

Inilah sentuhan marketing promosi yang ingin dicapai Bank Mandiri. Artinya, ketika kaki peserta berpijak di sekitar Candi Prambanan, mereka tidak sekedar dimanjakan akan indahnya karunia Tuhan serta menjaga kesehatan fisik semata, melainkan juga mendapat ilmu anyar tentang sejarah Candi Prambanan untuk kemudian membagikan pengalaman tersebut kepada orang-orang tercinta. Dengan demikian, cita-cita pemerintah setempat meningkatkan laju perekonomian dari sektor wisata semakin cepat melalui event Mandiri Jogja Marathon.

Libatkan Penduduk Sekitar

www.mandirimarathon.com
www.mandirimarathon.com

Sembari menikmati keindahan alam seperti Gunung Merapi, ukiran seni candi prambanan, Candi Plaosan, Candi Sewu, Candi Bubrah dan Monumen Taruna, Bank Mandiri turut melibatkan penduduk setempat dalam pagelaran MJM agar merasa memiliki dan sumringah. Dalam kesempatan ini, penduduk setempat diminta menampilkan berbagai macam atraksi kearifan lokal saat peserta melintasi 13 desa yang sudah ditentukan. Untuk itu, Bank Mandiri memberi bantuan berupa pengaspalan jalan rusak sepanjang rute marathon serta 450 buah lampu penerangan. Bahkan, untuk menggugah semangat penduduk agar event MJM semakin berwarna, Bank Mandiri mengadakan lomba kebersihan desa kategori program padat karya, ragam budaya dan hiburan. Parameternya berdasarkan kreativitas dari masing-masing desa. Selamat bagi desa Wedonartani dan Umbulnartani yang berhak mendapat Apresiasi Padat Karya. Disusul, desa Sukoharjo dan Titomartani kategori Ragam Budaya. Terakhir, Desa Taman martini, Purwomartani, Selomartani, Widodomartani dan Maguwoharjo mendapat apresiasi dalam kategori hiburan.

Uniknya, hadiah yang diberikan panitia kepada masing-masing desa bukan uang, melainkan Sapi Metal dan Kambing PE. Sekali lagi, inilah keunikan dan kelebihan event MJM yang tidak dimiliki penyelenggara di kota-kota lain. Tampaknya, Bank Mandiri benar-benar memahami kebutuhan penduduk desa setempat yang sebagian besar memelihara hewan peliharaan untuk kemudian dikembangbiakkan serta dimanfaatkan dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

Alasan lain panitia melibatkan penduduk karena ingin membangun pola komunikasi yang sifatnya humanis saat peserta melintasi 13 desa. Di satu sisi, peserta mendapat hiburan sekaligus menerima informasi anyar dari berbagai macam jenis kebudayaan dan kuliner. Sedang bagi penduduk setempat merasa dimanusiakan dan diakui keberadaanya atau dalam bahasa Jawa, penduduk merasa diwongke. Sinergi inilah yang harus dilakukan di kota-kota lain agar rencana pemerintah pusat maupun daerah saat melakukan pembangunan infrastruktur berjalan seiring seirama, tanpa ada konflik antara warga dengan pemerintah.

Sudut pandang lain yang ingin ditonjolkan Bank Mandiri dengan melibatkan penduduk adalah menumbuhkan sikap toleransi. Peserta lokal maupun mancanegara disuguhkan berbagai macam kearifan lokal warisan nenek moyang. Ide semacam ini dimaksudkan untuk mengingatkan kembali bahwa masyarakat Indonesia memegang budaya saling memiliki, menghormati dan menghargai tanpa memandang golongan, suku, ras dan agama yang akhir-akhir ini sedikit hilang dalam roh keindonesiaan kita.

Sajikan Menu Baru

www.alralifestyle.com
www.alralifestyle.com
Kurang afdol rasanya jika wisata kuliner tidak dimasukkan dalam ajang Mandiri Jogja Marathon. Mirip seperti tahun-tahun sebelumnya, panitia selalu menyediakan berbagai macam kuliner khas jogya dan hiburan lain di akhir perlombaan atau garis finish. Bedanya di tahun ini, panitia menambah menu baru yakni makanan khas keraton dan jajanan pasar. Dikutip dari Koran Kompas edisi 13 Mei 2019, jajanan pasar menunjukkan akar budaya sedangkan masakan keraton menegaskan latar belakang sejarah (keraton) yang masih berfungsi hingga masa modern ini.

Kuliner tidak hanya mengenalkan sejarah, melainkan juga turut mendongkrak roda perekonomian warga yang akan memperoleh tambahan pendapatan. Sedangkan bagi Pemerintah Jogjakarta mendapat surplus Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari tahun sebelumnya. Dengan demikian, cita-cita pendiri bangsa untuk mensejahterakan warganya lewat semboyan Berdiri di Atas Kaki Sendiri (Berdikari), lamat-lamat menjadi kenyataan dengan terselenggaranya event semacam ini.

Berpadunya Rama, Shinta dan Candi Prambanan 

sumber gambar
sumber gambar
Pada ajang Mandiri Jogja Marathon tahun 2019, panitia menyediakan hadiah uang total senilai Rp 1 miliar lebih. Kategori lomba yang diikuti laki-laki dan perempuan terbagi menjadi 4 empat masing-masing Half Marathon, Full Marathon, 10K dan 5K. Hasil pemenang dari masing-masing kategori berhak menerima uang.

Selain uang, para pemenang dan peserta yang berhasil mencapai garis finish dibawah Cut Off Time (COT) berhak mendapatkan medali penamat (finisher medal). Desainnya pun terbilang unik menggunakan simbol seni pewayangan tokoh Rama dan Shinta. Dikutip dari laman www.kompas.com, Vice President Corporate Communications Bank Mandiri Rudi As Aturridha menuturkan, medali Mandiri Jogja Marathon sangat istimewa karena belum pernah ada di penyelengaraan marathon manapun. "Waktu medali kami munculkan di media sosial MJM, banyak netizen yang bertanya karena mereka menilai keren," ujarnya.

Pesan yang ingin disampaikan Bank Mandiri dengan menggabungkan ketiga corak ini untuk merawat ingatan peserta lari agar bangga dan tidak lupa akan sejarah bangsanya lewat cerita ramayana yang mengisahkan asmara Rama dan Shinta di Candi Prambanan.

Bukan Kesimpulan 

https://blog.uclm.es/
https://blog.uclm.es/

Pemaparan inilah yang menjadi alasan, mengapa Mandiri Jogja Marathon dikatakan berbeda dari event-event lari pada umumnya dan layak menjadi bagian dari agenda olahraga lari di Indonesia setiap tahunnya. Ke depan, Bank Mandiri, Pemerintah Pusat dan Daerah bersama pihak sponsor serta warga yang masih setia mendukung kegiatan ini tak perlu banyak mengubah konsep perlombaan. Rawat dan tingkatkan warisan kebudayaan nenek moyang, maka dengan sendirinya masyarakat akan mengikuti agenda ini, tanpa harus memeras keringat yang berlebih.

Sumber: 

https://pariwisata.jogjakota.go.id/detail/index/410, diakses pada tanggal 4 Mei 2019

http://bappeda.jogjaprov.go.id/, diakses pada tanggal 4 Mei 2019

https://www.indonesiakaya.com, diakses pada tanggal 9 Mei 2019

http://borobudurpark.com, diakses pada tanggal 9 Mei 2019

https://m/detik.com, diakses pada tanggal 4 Mei 2019

https://m.kontan.co.id/news, diakses pada tanggal 4 Mei 2019

https://regional.kompas.com/read/2019/04/04/21075191/7500-pelari-bakal-ikuti-mandiri-jogja-marathon-2019?page=all, diakses pada tanggal 4 Mei 2019

http://news.koranbernas.id/mjm-2019-pelari-nasional-berbicara-di-half-marathon, diakses pada tanggal 4 Mei 2019

Koran Kompas Edisi 13 Mei 2019 berjudul: Kisah Jajanan Jalanan, Rubrik: Hiburan -- Film, hal: 17

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun