Tidak ada yang bisa mengalahkan momen indah dikala seorang perempuan paruh baya duduk di jok belakang sepeda motor selama kurang lebih 9 tahun. Saat lalu lintas sibuk dengan keegoisannya dan ketidakwarasannya, Ia memegang erat pinggulku, seraya berkata: pelan-pelan, jangan ngebut dan jangan emosi.
Tak pelak, terkadang Ia mengingatkanku agar berhati-hati. Tak perlu kencang untuk berlari. Hela nafas agar selamat sampai tujuan. Pesan itu selalu dituturkan padaku dan terus terniang dalam benakku sebagai anak lelaki satu-satunya.
Keromantisan terkadang muncul saat kami berdua bercerita tentang segala macam persoalan hidup yang dialami beberapa orang. Sesekali kami bercanda, melepas penat dan kebosanan melihat padatnya lalu lintas serta kebisingan klakson dari pengendara mobil maupun motor.
Mengantar dan menjemputnya pulang menjadi rutinitas yang menyenangkan namun terkadang menyebalkan. Pagi harus bangun, mandi dan siap berangkat kerja. Berurut seperti itu. Sungguh membosankan, tapi di situ aku belajar banyak tentang kehidupan. Tidak ada yang salah, itu adalah proses hidup. Nikmatilah.
Di sisi lain aku terkadang merasa jengkel, marah dan iri melihat individu memiliki banyak waktu untuk mengembangkan kemampuan mereka guna mewujudkan cita-cita mereka. Sedangkan aku, lelaki yang hidup dengan rutinitas membosankan, ibarat robot. Tapi sekali lagi, itulah rona kehidupan yang harus disyukuri dan dinikmati.
Pencipta itu Baik dan Adil, Percayalah
Segala bentuk proses yang terjadi dalam kehidupan bukanlah sebuah skenario, tetapi itu rencana Tuhan. Beberapa kali aku berpikir, apa yang sedang Ia rencanakan untukku? Rutinitas yang mungkin jauh berbeda dengan anak muda pada umumnya. namun, aku terus bertanya dalam diri. Terkadang kutulis keluh kesahku dalam buku harianku agar lega lalu kubawa dalam doa.Â
Lambat laun, cara pandangku semakin matang dan dewasa menjalani hal semacam ini. Aku percaya, Tuhan memiliki rencana indah dengan semua ini. Mengantar dan menjemputnya adalah misteri yang nantinya akan terbongkar tepat pada waktunya.Â
Lebih jauh, aku berpikir, mungkin Tuhan berpesan sekaligus mengingatkanku agar memanfaatkan waktu bersama ibu. Sebab, Seorang bapak mengarungi laut dan harus berpisah dari pujaan serta buah hatinya untuk sesuap nasi. Tuhan, sedang berbagi peran untuk diriku agar menjaga dan melindungi ibu.
Aku percaya, suatu saat Tuhan akan menjawab momen mengantar dan menjemputnya. Sungguh indah hidup ini. Semoga aku bisa menjaga dan melindunginya sampai maut memisahkan.
Pencipta itu mengetahui segala macam bentuk kegundahan, kecemasan, ketakutan, kegelisahan yang ada di dalam benak anak-anaknya. Jadi, tetaplah berjalan dalam namanya baik suka maupun duka, pahit maupun manis, mudah dan sulit saat menjalani kehidupan. Dia sudah merencanakan hal terindah bagi anak-anaknya, apapun itu. Jadi percayalah.Â