Mohon tunggu...
Wimpie Fernandez
Wimpie Fernandez Mohon Tunggu... Penulis - Tak harus kencang untuk berlari

Penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Aroma Politik "Balas Dendam" di Balik Pemasangan Bendera Bertiang Bambu

25 Juli 2018   18:03 Diperbarui: 25 Juli 2018   18:30 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Isu satu belum selesai muncul lagi isu yang baru. Begitulah rona kehidupan politik Indonesia. Beberapa waktu lalu, muncul tanggapan negatif dari netizen terkait pemasangan bendera bertiang bambu yang dilakukan warga Penjaringan, Jakarta atas perintah Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan untuk menyambut sekaligus meramaikan perhelatan Asian Games yang akan dibuka pada tanggal 18 Agustus 2018 di Jakarta.

Perintah Anies tersebut nyatanya mendapat cibiran negatif dari netizen dan sebagian besar warga Jakarta yang justru ditanggapi Anies -- sapaan akrabnya dengan menyerang balik sikap dari netizen dan warganya tersebut dengan dalih tidak menghargai warga yang sudah bersusah payah memasang bendera bertiang bambu.

Sikap Anies terlihat pada pemberitaan online yang dihimpun oleh media online detik.com berjudul: NasDem DKI soal Bendera Pakai Bambu: Jangan Cari Pembenaran edisi 19/7/2018 berbunyi:

Sebelumnya, Anies menginstruksikan kepada lurah se-Jakarta untuk membiarkan warganya berkreasi menyambut Asian Games 2018. Dia meminta lurah tak melarang kegiatan positif warga itu. "Saya instruksikan kepada semua lurah untuk membantu warga yang memiliki inisiatif menyambut Asian Games. Jangan justru malah ditahan apalagi direndahkan," kata Anies di kawasan Senayan, Jakarta, Rabu (18/7).

Jika dicermati, ada dua pemaknaan yang berbeda. Pertama, instruksi atau perintah Anies kepada Lurah dan warga agar memasang bendera. Kedua, inisiatif dari warga memasang bendera bertiang bambu. Kedua makna dari pernyataan ini sangatlah berbeda. Pertanyaannya sekarang, apa benar pemasangan bendera bertiang bambu inisiatif dari warga setempat atau mendapat perintah dari Anies?

Mencermati kata saya menginstruksikan dapat diartikan sebagai perintah dari atasan kepada karyawannya. Selanjutnya, dalam isi tulisan yang disampaikan Anies Baswedan untuk memerintahkan para lurahnya supaya membiarkan warganya berkreasi menyambut Asian Games 2018. Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pemaknaan kata membiarkan adalah tidak melarang (menegahkan); 2 tidak menghiraukan; tidak memelihara baik-baik. 

Mencermati kalimat 'membiarkan warganya' seperti yang disampaikan Anies dalam konteks pemasangan bendera bertiang bambu diartikan tidak melarang atau memberi kebebasan dalam berkreasi. Jika dilihat, ajakan ini cukup baik. Setidaknya Anies menerapkan 'demokrasi' (dalam hal ini kebebasan dalam berkreasi atau mengeluarkan daya kreatifitas) bagi warganya. Hanya saja, kebebasan yang dipercayakan Anies kepada warganya kurang tepat. Mengapa?

Sah-sah saja, seorang pemimpin memerintahkan atau memberi kebebasan kepada karyawannya untuk menyelesaikan tugas. Hanya saja, Anies belum dapat membedakan tugas mana yang benar-benar diberi kebebasan dan tugas mana yang harusnya berada di bawah kontrol atau pengawasan Pemerintah Daerah atau Pusat.

Dikatakan kurang tepat karena Anies tidak dapat membedakan baik dari segi waktu dan tema acaranya. Bukan tanpa alasan, Indonesia terpilih sebagai tuan rumah Asian Games 2018. Sebuah pagelaran olahraga terbesar se-Asia -- Indonesia sebagai negara yang kaya SDA, sudah dikenal dan dihormati bangsa lain. Bahkan, sudah mulai maju dalam pembangunan infrastruktur di tangan Presiden Joko Widodo. Masa, perkara pemasangan tiang bendera bambu, merah putih kembali ternoda di depan bangsa Asia lainnya? 

Lebih lanjut, apa tidak miris jika hal serupa dialami negara Indonesia ketika bertandang ke luar negeri. Melihat bendera yang dirajut dengan darah dan air mata ditancapkan menggunakan sehelai bambu?

Analoginya begini, orang tua membiarkan atau tidak melarang anaknya bersosialisasi dengan siapapun tanpa memandang latar belakang dan hal SARA lainnya. Namun, dibalik kebebasan yang diberikan orang tua, pasti ada batasan-batasan yang disampaikan orang tua kepada anaknya agar tidak dilanggar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun