Mohon tunggu...
Domi Maghu
Domi Maghu Mohon Tunggu... Penulis - Menulis adalah senjata terbaik mengungkap kemunafikan.

Saya adalah seorang mahasiswa ilmu administrasi negara. Saat ini sedang menyelesaikan studi di kota malang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masyarakat Sumba sebagai Obyek Wisata Tanpa Kesadaran Kelas

14 Mei 2020   00:00 Diperbarui: 14 Mei 2020   02:20 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kalau anda periksa apa yang mereka pikirkan, ko,o masih ada ya? Hal-hal begini di dunia. Pertanyaan itu akan membawa mereka pada akal eksploitasi yang kejam.

Ketika apa yang mereka pikirkan, dianggap tidak ada halangan di sini untuk merampas segala sesuatunya dengan mudah, ditambah lagi kaum terpelajarnya yang brengsek, hanya melihat keuntungan di bandingkan kelestarian lingkungan hidup masyarakat, yang secara kesadaran belum punya kemampuan untuk mempergunakan Sumber daya yang ada untuk mempertahankan Eksistensi manusianya.

Dimulai dari sinilah katakan selamat datang pada kehancuran peradaban Sumba yang anda bangga-banggakan itu secara berlebihan, karena sebentar lagi mungkin masuk di lubang kuburan yang kita gali, dan yang menanam kita adalah mereka yang tadinya, selfi-selfi dengan kita.

Apa yang kita banggakan, yaitu foto-foto dll, ke depan sebagai tuan Rumah di tanah itu akan menjadi obyek wisata semata, di mana orang-orang yang berpikiran maju mempermainkan semuanya, mulai dari budaya hingga manusianya.

Semua orang bangga ketika Turis panggil dengan membayar uang 100 ribu/orang, di minta untuk memperagakan budaya pasola misalnya. Semuanya menganggap mereka telah menipu Turis dengan hanya berdiri sebentar lantas bisa dapat uang dengan cepat dan mudah.

Tapi kalau manusia yang berpikir, kok bisa ya sesuatu yang sakral jadi tidak sakral di mata Turis? Jangan-jangan budaya kita memang tidak sakral, tapi kita yang terlalu bodoh? Tidak pernah ada semacam keberanian untuk mengatakan tidak pada yang namanya tindakan melanggar Moral tradisi.

Dan pada akhirnya saya cukupkan sampai di sini, saya tahu jika banyak di antara kalaian yang merasa tulisan ini tidak bermoral dan sok tahu, tapi yang jelas saya menulis tentang apa yang saya lihat, yang kemungkinannya akan jadi bencana kedepan bagi kemanusian jika terus di pertahankan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun