Sambil menyeruput kopi hitam pekat yang masih mengebul, Pak Deden menyimak pemaparan Calon Anggota DPR RI Dapil Jakarta I, Putra Nababan.
Pak Deden warga Matraman, tertarik mendengarkan gagasan caleg PDI Perjuangan tersebut.
Meski panas terik di siang bolong, akhir pekan kemarin, Pak Deden rela meninggalkan sesaat pangkalan ojeknya untuk mendengarkan gagasan caleg dan menyampaikan aspirasi kepada calon wakil rakyat mereka.
"Kebetulan ada caleg yang mau silaturahim dengan tukang ojek di marih. Kita mah seneng-seneng bae. ojek pangkalan kayak kita masih ada yang perhatiin," ujarnya.
Ditambah lagi, kata Pak Deden, gagasan Putra Nababan dianggap sebagai solusi mengatasi masalah sosial dan kemiskinan di Jakarta. Belum lagi tawuran warga yang sudah biasa terjadi di daerah Matraman, Jakarta Timur.
"Kita jadi terbuka wawasan, nambah pengetahuan baru. Ada solusi buat bocah-bocah, gimana caranya mengasah talenta mereka demi masa depan yang lebih baik. Biar anak cucu kita gak jadi kang ojek kayak babe sama engkongnya. Biar gak pada tawuran aja tuh bocah-bocah" kelakar Pak Deden.
Sebenarnya jaman Pak Ahok, kata Pak Deden, pembinaan sosial kepada remaja begitu terpadu. Ruang Publik Terpadu Ramah Anak untuk kegiatan sosial, positif sangat bermanfaat mengurangi angka tawuran.
"Bang Putra tadi cakep banget gagasannya. Apaan tadi yak istilahnya, era digital, pokoknya remaja kita harus melek digital. Memanfaatkan kecanggihan teknologi dah biar bisa buka lapangan pekerjaan," ucap Pak Deden.
Sebelumnya, Putra Nababan Caleg DPR RI nomor urut 2 Dapil Jakarta I yang meliputi wilayah Jakarta Timur, dari PDI Perjuangan saat blusukan ke daerah Matraman, Jakarta Timur dan berdialog dengan tukang ojek dan warga, ia menekankan pentingnya Indonesia memiliki generasi muda yang dapat mengoptimalkan kemampuan, bukan menjadi yang berkemampuan pas-pasan saja.
"Tantangan yang dihadapi Indonesia di depan mata adalah krisis talent. Terlalu banyak orang yang bekerja hanya untuk status semata, bekerja hanya karena untuk gajian tapi bukan digerakkan oleh passion mereka. Bekerja dengan mental pas-pasan. Kondisi ini yang membuat institusi dan perusahaan sulit berkembang karena diisi oleh SDM yang tidak punya keinginan berkembang," kata Putra, founder idtalent.id, wadah digital startup Indonesia ini.
