Kucing bayi yang dibuang di lingkungan terbuka sangat rentan terhadap kelaparan, dehidrasi, cuaca ekstrem, serangan predator, atau kecelakaan lalu lintas.Â
Tidak semua anak kucing kuat bertahan sendirian. Banyak yang mati kelaparan, terserang parasit, atau mengalami luka berat tanpa perawatan.
Kedua, Meningkatnya risiko penyakit zoonosis dan penularan hewan-ke-hewan
Kucing liar maupun terlantar cenderung tidak mendapat vaksinasi atau perawatan medis. Bila dibuang tanpa kontrol, mereka bisa menjadi vektor penyakit seperti cacing, jamur kulit, atau infeksi bakteri yang bisa menular ke kucing lain maupun (dalam kasus tertentu) manusia.Â
Lingkungan padat pemukiman sangat rawan menyebarnya penyakit dari populasi hewan tidak sehat.
Ketiga, Beban sosial dan ekonomi bagi masyarakat dan lembaga peduli hewan
Masyarakat harus menanggung konsekuensi, sampah, bau, kencing, berceceran, serta konflik warga yang menolak keberadaan kucing liar di lingkungan mereka.Â
Shelter dan relawan menjadi pihak yang harus menyerap lonjakan jumlah hewan terlantar, padahal sumber daya mereka terbatas. Biaya pakan, obat-obatan, tempat kandang menjadi beban yang luar biasa.
Keempat, Menambah populasi kucing liar yang tidak terkendali
Tanpa intervensi, anak kucing yang dibiarkan hidup akan tumbuh dewasa dan berkembang biak sendiri, memperparah populasi kucing liar di lingkungan.Â
Semakin banyak kucing liar, semakin sulit pengendalian ke depan.Â