Mohon tunggu...
Iwan Berri Prima
Iwan Berri Prima Mohon Tunggu... Dokter - Pejabat Otoritas Veteriner

Seorang Dokter Hewan | Diidentifikasi oleh Google sebagai Pengarang | Pejabat Eselon III di Pemda

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kumpulan Hoaks Ayam Broiler yang Patut Kamu Ketahui

4 Februari 2023   08:59 Diperbarui: 9 Februari 2023   04:42 1191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Protein hewani seperti daging ayam sudah sejak lama dikenal sebagai sumber gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Bahkan, daging ayam mengandung vitamin B12 dan kolin, yang bersama-sama dapat meningkatkan perkembangan otak pada anak-anak, membantu sistem saraf berfungsi dengan baik, dan membantu kinerja kognitifnya.

Oleh sebab itu, sangat tepat, pada peringatan hari gizi nasional tahun ini, temanya adalah "Protein Hewani Cegah Stunting". Artinya, jika ingin anak atau generasi kita terhindar dari stunting atau tengkes, maka mengkonsumsi protein hewani merupakan upaya yang patut dilakukan.

Namun, seiring dengan banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi protein hewani, terutama daging ayam, khususnya ayam potong (broiler), semakin banyak pula Hoaks yang bermunculan.

Menurut Drh.Moh Indro Cahyono, seorang Peneliti virus dan praktisi penanganan wabah penyakit hewan, banyak beredar mitos dan berita hoaks tentang bahaya ayam broiler. Hoaks ini kemudian diperparah oleh pengutipan dari sumber tulisan tanpa fakta ilmiah. 

Akibatnya, para pembaca yg masih awam dengan dunia peternakan ayam, akan percaya dan ragu untuk konsumsi daging ayam.

Berikut ini adalah hoaks tentang ayam broiler.

Hoaks 1: Daging Ayam Mentah Banyak Mengandung Kuman dan Bakteri

Penyembelihan ayam yang dilakukan di Rumah Potong Hewan (RPH) sejatinya sudah melewati prosedur untuk meminimalkan cemaran bakteri. Pengawasan ketat oleh dokter hewan dan asisten pengawas Kesmavet menuntut RPH menerapkan penyembelihan sesuai standard, pencabutan bulu menggunakan mesin, sterilisasi daging karkas dan pengemasan berlangsung secara hygienis. 

Jika ada RPH yang tidak memenuhi standard, niscaya akan ditutup izin operasionalnya oleh pemerintah atau otoritas veteriner. Bahkan, jika pembelian dilakukan di pasar rakyat, maka standard pembersihan juga wajib dilakukan. Penyebabnya, jika daging tidak bersih, maka daging ayam yg dijual akan cepat busuk. 

Oleh karena itu, Hoaks tentang banyak kuman di daging ayam SANGAT TIDAK MASUK AKAL, bahkan bakteri HANYA akan membahayakan manusia jika daging ayam MENTAH langsung dimakan, tanpa dimasak atau makan daging ayam BUSUK sejak awal.

Hoaks 2: Sebagian Besar Daging Ayam Mengandung Antibiotik

Faktanya: Pembatasan pemakaian antibiotik telah dilakukan oleh pemerintah sejak tiga tahun yang lalu, sehingga residu antibiotik sangat minim dalam daging ayam. 

Tidak ada peternak waras yang mau menyuntikkan antibiotik pada ribuan ayam. Belum lagi, harga antibiotik yang mahal membuat para peternak berusaha memakai antibiotik secara efisien dan Tidak akan memberikan antibiotik untuk ayam yang sehat. 

Di samping itu, peraturan yang membatasi pemberian antibiotik minimal 5 hari sebelum dipotong untuk mencegah adanya residu antibiotik juga menambah ketatnya prosedur penggunaan antibiotik. Hal ini juga biasanya diawasi langsung oleh pengawas obat hewan pemerintah dan pengawas kesmavet untuk produk dagingnya.

Sementara itu, Sumber residu antibiotik di tubuh manusia justru bisa juga disebabkan oleh konsumsi obat antibiotik berlebihan pada manusia, akibat konsumsi antibiotik tanpa resep dokter.

Hoaks 3: Ayam Broiler Penyebab Kanker dan Kolesterol Tinggi

Daging ayam broiler adalah sumber protein termurah yang bisa diperoleh oleh semua lapisan masyarakat. 

Tidak ada zat karsinogen penyebab kanker apapun dalam daging ayam, sedangkan kolesterol Bukan berasal dari daging ayam tapi lebih karena tidak menerapkan pola hidup sehat. 

Hoaks tentang kanker dan kolesterol akibat makan daging ayam sangat tidak masuk akal, kecuali jika konsumen itu sudah menderita kanker sejak awal.

Selain itu, makan apapun sejatinya juga bisa terkena kanker dan kolesterol, karena kedua penyakit tidak menular ini bisa disebabkan diantaranya karena minyak goreng yang digunakan untuk menggoreng, berulang kali tanpa pernah diganti.

Hoaks 4: Ayam Broiler Gemuk karena Bahan Kimia, Hormon, dan Obat-obatan

Ayam broiler bisa gemuk dalam 30 hari karena jenis ayam broiler khusus untuk pedaging didapat lewat seleksi genetik bibit unggul. Sehingga tanpa perlakuan apapun ayam broiler tetap akan lebih cepat gemuk dibandingkan ayam kampung. Perbaikan genetik ayam setidaknya melalui tiga tahapan, yakni seleksi secara natural berdasarkan tampilan luar (fenotip), perkawinan silang (cross breed), dan seleksi genetik.

Tidak ada bahan kimia dan obat yg diberikan ke ayam broiler sehat, kecuali vitamin yang sama sekali tidak berbahaya untuk mahluk apapun. 

Hoaks zat kimia dan obat di pemeliharaan ayam muncul akibat tidak memahami sistem pemeliharaan ayam broiler komersil secara benar.

Hoaks 5: 67% Daging Ayam Mengandung Bakteri E.Coli

Bakteri E.Coli sejatinya selalu ada di semua tempat di muka bumi ini, terutama pada lokasi yang tidak bersih. 

Namun, hal ini sebenarnya masih bisa dibasmi dengan mudah, yakni lewat pemasakan ayam secara normal. 

Hoaks 6: Ayamg yang dipelihara Sendiri dan Lebih Kecil Akan Lebih Sehat

Besar kecil ayam sebenarnya ditentukan oleh pakan yang baik, genetik dan jenis ayam. 

Dipelihara dimanapun, dalam waktu 30 hari ayam kampung tetap akan lebih kecil dibandingkan ayam broiler. 

Apalagi, ayam kampung yang diumbar di halaman untuk mencari makanan sendiri justru akan lebih banyak terkena infeksi bakteri dari lingkungan. Karena tidak terjamin kebersihan nya bahkan sangat mungkin kena paparan virus dan bakteri, terutama bakteri clostridium. 

Oleh sebab itu, menentukan keamanan dan kesehatan ayam berdasarkan ukuran besar kecil ayam adalah opini yang tidak berdasarkan ilmu pengetahuan dan kesehatan.

Hoaks 7: Jangan Pakai Pisau Bekas Daging Ayam untuk memotong Sayuran

Sebenarnya, menggunakan pisau yang sama tidak ada persoalan. Hanya saja, pisau untuk memotong daging sebaiknya berbeda dengan pisau untuk sayuran. 

Alasannya, jika kita memakai pisau yang sama, biasanya pisau menjadi tidak tajam dan fungsi pisau menjadi tidak optimal ketika memotong daging.

Selanjutnya, yang paling penting adalah kita harus mencucinya terlebih dahulu. Kebersihan pisau menjadi kata kunci utama dalam penanganan produk pangan.

Semoga tulisan ini bermanfaat. Agar menghindarkan kita dari pemahaman akibat berita HOAKS yang MENYESATKAN, serta jika hoaks ini berlangsung terus menerus akan menjadi fitnah bagi jutaan rakyat Indonesia yang mengandalkan hidup dari beternak ayam broiler.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun