Mohon tunggu...
Farhandika Mursyid
Farhandika Mursyid Mohon Tunggu... Dokter - Seorang dokter yang hanya doyan menulis dari pikiran yang sumpek ini.

Penulis Buku "Ketika Di Dalam Penjara : Cerita dan Fakta tentang Kecanduan Pornografi" (2017), seorang pembelajar murni, seorang penggemar beberapa budaya Jepang, penulis artikel random, pencari jati diri, dan masih jomblo. Find me at ketikanfarhan(dot)com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sebuah Reuni | Tempat Aku Menangis

5 Februari 2020   12:13 Diperbarui: 5 Februari 2020   12:20 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

OoOoOoOoOoO

Lambat laun, hubunganku dengan Pak Yusuf sudah akrab. Belakangan, aku tahu bahwa dia juga punya keturunan Minangkabau. Ibunya kebetulan berasal dari daerah Solok, daerah yang terkenal dengan beras yang pulen dan juga lalu lalang mobil yang berangkat menuju Riau ataupun Jambi. Di setiap konsultasi, dua gelas teh telur selalu jadi minuman teman bicara. Pak Yusuf juga cerita bahwa orang yang suka teh telur adalah orang yang sangat jujur. Bukan kaleng-kaleng.

"Saya jadi teringat waktu itu, Anak Muda. Ada seorang gadis, usianya 20an gitu, dia awalnya merasa kurang pede bahwa dia itu cantik. Padahal, menurutku dia orangnya manis lah, imut, kulitnya putih. Tinggalnya ga jauh dari daerah sini, lah. Saya coba ajak dia cari minuman favoritnya, saya suruh dia pede dengan minuman itu. Dia justru memilih untuk menjadi seperti karamel. Ternyata, sekarang, dia sudah cantik dan sayangnya mulai sombong akan kecantikannya. Saya jadi kurang suka dengan caramel. Itulah setiap ada tamu yang menyatakan caramel, saya langsung minta ganti atau tidak, saya usir."

"Untungnya, kamu tidak memilih itu. Saya sudah lama tidak ketemu dengan orang itu, Anak Muda. Mungkin saja, dia sudah jadi wanita jalang atau pelacur kelas atas di apartemen. Saya lebih memilih untuk diam soal itu. Bagi saya, mengenalkan caramel adalah penyesalan terbesar dalam hidup saya selama kerja di sini. Saya difitnah, dihabisi, dan dihajar karena itu."

OoOoOoOoOoO

Setelah berbicara sekian lama, Pak Yusuf langsung memintaku untuk berbaring di sofa empuk itu. Pak Yusuf coba untuk analisa apa yang terjadi di dalam mimpi itu. Dengan sabarnya, beliau kembali memintaku untuk memutar perlahan-lahan rekaman mimpi itu. Dari detik waktunya, lokasi, bahkan bagaimana respon angin kala itu.

Tak lama kemudian, Pak Yusuf langsung bertanya.

"Anak Muda, saya sudah berhasil masuk ke dalam mimpi kamu kemarin itu. Saya sudah dapat bayangan bagaimana gadis yang kamu maksud itu."

"Bagaimana, Pak?"

"Jujur, Anak Muda. Gadis itu sangatlah manis, Saya mengerti kenapa kamu benar-benar menangisi kematiannya yang sangat dini itu. Memang, karakter gadis itu bisa dibilang langka dari beberapa gadis yang saya kenal sebelumnya."

"Benar sekali, Pak. Aku juga sampai nangis mikirin soal dia. Apalagi, jika membayangkan bagaimana kejadian itu terjadi. Sangatlah sedih."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun