OoOoOoOoOoO
Awalnya, aku bertemu dengan Pak Yusuf karena aku sendiri ingin mencari cara untuk melepaskan diri dari riwayat depresi yang aku alami. Meski kali ini, permasalahan yang dialami saat kerja di kota ini jauh berbeda ketimbang saat masih kuliah dulu. Namun, depresi selalu mencari celah untuk kembali menyapa orang yang sudah pernah bercengkrama dengannya. Salah satunya dengan memori yang tidak bisa diulang kembali. Di kala kita mencoba untuk move on, terkadang ada sebuah momen yang membuat kita kembali sedih. Kurang ajar memang.
Di awal, aku coba cari rumah Pak Yusuf sesuai dengan alamat yang dituliskan oleh Bang Niko. Sialnya, alamat yang ditujukan hanya dalam bentuk gambaran peta biasa dengan garis dan titik. Aku pun harus menerka-nerka alamat mana yang dimaksud. Untungnya, setelah melalui berbagai tanya jawab ke warga sekitar, aku langsung sampai ke titik yang dituju.
Pak Yusuf pertama-tama menyambutku dengan hangat. Meskipun wajahnya yang terlihat tua, aku menemukan kesan yang sangat mengayomi dari aura yang ada. Aku manfaatkan momen tersebut untuk cerita banyak ke Pak Yusuf tentang apa yang selama ini terjadi padaku. Beliau langsung mengajakku untuk berbaring di sebuah sofa yang empuk. Sofa ini kelak akan menjadi saksi bisu tempat di mana aku mengeluarkan semua keluhanku yang menyesak di dada. Baik itu selama aku bertugas di sini atau saat masih menjalani kehidupan di Jogja dulu.
Hari ini, aku kembali bawa motorku menuju tempat Pak Yusuf sesuai janji sebelumnya. Aku ingin ceritakan apa yang sebenarnya terjadi dalam mimpiku beberapa hari yang lalu itu. Padahal, aku sama sekali tidak memikirkan gadis itu lagi. Entahlah.
OoOoOoOoOoO
"Anak Muda, selamat datang kembali. Apa yang bisa saya bantu sekarang ini?"
"Baik, Pak. Hari ini, saya datang untuk konsultasi terkait mimpi kemarin itu."
"Saya coba tebak, pasti mimpimu tentang gadis itu, ya?"
"Waduh, benar sekali, Pak."
"Baiklah, sebelum kita melanjutkan pembicaraan, saya mau ke dapur dulu, saya sudah siapkan dua gelas teh telur. Ditunggu bentar, nggih."