Mohon tunggu...
Dayan Hakim
Dayan Hakim Mohon Tunggu... Dosen - persistance endurance perseverance

do the best GOD do the rest

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melihat (Kembali) Kepemimpinan Debora

12 September 2017   10:44 Diperbarui: 12 September 2017   11:03 3172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perempuan menjadi pemimpin? Kenapa tidak! Dalam sejarah Israel, terdapat beberapa pemimpin perempuan terkenal. Salah satunya adalah Debora. Debora adalah hakim sekaligus nabi sebelum Raja Daud. Debora mampu memimpin bangsa Israel dan kembali kepada Allah. Sebagai pemimpin perempuan, Debora memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda dengan kepemimpinan lelaki pada umumnya. Bagaimana gaya kepemimpinan Debora dapat dilihat dalam uraian berikut ini:

  • Adil dan bijaksana

"Debora biasa duduk di bawah pohon korma antara Rama dan Betel di pegunungan Efraim, dan orang Israel menghadap dia untuk berhakim kepadanya" (Hakim-hakim 4:5)

Debora biasa duduk di bawah pohon korma, entah sambil membaca atau sekedar berpikir dan merenung. Debora bukan jalan-jalan di mall ataupun main ke rumah tetangga untuk nge-gosip. Harus digarisbawahi kata "biasa duduk dibawah pohon korma" karena bukan berarti Debora "selalu duduk dibawah pohon korma" dan tidak melakukan pekerjaan sebagai wanita. Oleh karena itu orang Israel menganggap Debora sebagai perempuan yang arif dan bijaksana. Bila ada permasalahan, orang Israel menghadap dia untuk meminta petunjuk atau pun menengahi konflik. Orang Israel senang dengan Debora karena putusan yang diberikan adil dan bijaksana.

Begitu pula halnya dengan kita. Perempuan yang bijaksana tetap mengerjakan tugasnya sebagai perempuan. Namun di kala senggang kita harus memanfaatkan waktu yang ada dengan tepat. Duduklah di bawah pohon korma, jangan duduk di caf atau duduk di karaoke. Tentu sambil melakukan kegiatan positif. Dengan demikian, orang lain akan melihat kita sebagai wanita yang arif dan bijaksana. Bila ada orang yang datang kepada kita untuk meminta saran atau nasehat, berilah saran yang positif, bukannya justru malah ber-gosip dan ngomongin orang lain.

  • Wakil yang kompeten dan dapat dipercaya

"Ia menyuruh memanggil Barak bin Abinaom dari Kedesy di daerah Naftali lalu berkata kepadanya: "Bukankah Tuhan, Allah Israel memerintahkan demikian: "Majulah, bergeraklah menuju gunung Tabor" (Hakim-hakim 4:6)

Debora menyadari kodratnya sebagai perempuan memiliki fisik yang lemah. Debora tidak digambarkan sebagai Srikandi yang mengangkat busur panahnya ataupun Joan of The Arc yang mengangkat pedangnya untuk maju berperang. Untuk itu Debora merasa perlu mengangkat seorang wakil yang kompeten dan gesit untuk memimpin pasukan.

Setelah memilih Barak sebagai wakilnya, Debora menyampaikan strategi perang yang diperintahkan oleh Tuhan Allah. Barak sebagai wakil hanya ditugaskan untuk melaksanakan arahan yang diberikan oleh Debora. Barak mau melaksanakan tugas yang diberikan oleh Debora kepadanya.

Demikian pula halnya dengan kita. Kita harus menyadari bahwa kodrat perempuan itu secara fisik adalah lemah. Oleh karena itu, kita harus mencari seorang wakil yang kompeten dan gesit yang dapat melakukan pekerjaan yang kita perintahkan. Wakil yang dipilih juga harus setia. Bagi seorang perempuan, faktor kesetiaan merupakan masalah penting. Strategi yang telah kita tetapkan harus dijabarkan kepada wakil kita dengan gamblang sehingga dapat dilaksanakan tanpa bertanya lebih banyak.

  • Turut maju berperang

"Barak mengerahkan suku Zebulon dan suku Naftali ke Kedesy, maka sepuluh ribu orang maju mengikuti dia, juga Debora maju bersama-sama dengan dia."(Hakim-hakim 4:10)

Debora turut maju berperang bersama wakilnya dan para pengikutnya. Debora tidak mau hanya berdiam diri dan menunggu hasil pertempuran. Hal ini dinilai positif oleh para pengikutnya. Meskipun di Alkitab tidak digambarkan Debora berperang seperti Joan of The Arc tapi kehadiran Debora menjadi motivasi bagi para pengikutnya. Mereka menjadi bersemangat, bertempur mengorbankan jiwanya untuk mencapai kemenangan.

Begitu pula bila kita ingin menjadi pemimpin perempuan, kita juga harus turut maju dalam pertempuran. Jangan hanya duduk menunggu laporan. Kita harus selalu berada ditengah-tengah pasukan kita untuk memimpin dan memberi pengarahan kepada mereka. Mereka membutuhkan pemimpin yang mengayomi dan menuntun mereka. Kehadiran kita akan meningkatkan motivasi mereka.

  • Bangkit sebagai ibu

"Penduduk pedusunan diam-diam saja di Israel, ya mereka diam-diam, sampai engkau bangkit Debora, bangkit sebagai ibu di Israel." (Hakim-hakim 5:7)

Debora peduli kepada rakyatnya, Debora tidak menginginkan rakyatnya menderita. Oleh karena itu, Debora bangkit membela rakyatnya. Bukan rakyat di perkotaan, tetapi penduduk di pedusunan. Sebagai ibu, Debora merangkul semua pemimpin dari 12 suku Israel, mempersatukan mereka untuk menghadapi penyerangnya. Debora berhasil mempersatukan Israel karena penduduk di pedusunan percaya kepada Debora. Penduduk pedusunan biasanya adalah orang yang polos, tulus dan tidak memiliki kepentingan lain. Penduduk pedusunan percaya bahwa Debora akan memimpin mereka dengan adil dan bijaksana, tidak memiliki agenda lain untuk mengeruk keuntungan pribadi. Mereka ikut bangkit bersama Debora.

Relevansinya kepada kita amat dekat. Sebagai seorang perempuan, kita tentu tidak mampu menawarkan sesuatu keuntungan yang berlebih bagi pengikut kita. Yang perlu kita lakukan hanyalah bangkit dan menawarkan kepada mereka sebuah kepemimpinan yang adil dan bijaksana. Para pengikut kita bisa melihat ini, dan tanpa dipaksa mereka akan percaya kepada kita, setia dan ikut bangkit bersama kita.

  • Memberi perhatian kepada para panglima

"Hatiku tertuju kepada para panglima Israel, kepada mereka yang menawarkan dirinya dengan sukarela di antara bangsa itu. Pujilah Tuhan." (Hakim-hakim 5:9)

Debora peduli kepada tim kecil-nya. Dia tahu bahwa untuk mencapai keberhasilan diperlukan para panglima yang solid dan kuat. Dia juga menyadari bahwa tim kecil ini hadir disisinya bukan karena terpaksa, bukan karena dibayar, bukan karena menginginkan keuntungan pribadi. Tim kecil ini mau mengikuti Debora dengan sukarela karena peduli kepada bangsa ini. Mereka memiliki visi yang sama, yakni mengusir penyerang dan tidak mau membiarkan bangsa Israel menjadi korban dari murka Allah. Debora tidak bisa memberi perhatian berlebih kepada para panglimanya. Dia hanya menyatakan bahwa hatinya tertuju kepada para panglimanya.

Demikian pula kita sebagai pemimpin perempuan. Tim kecil yang ada disekeliling kita hadir disisi kita secara sukarela. Kita tidak bisa menawarkan uang, kekayaan dan kejayaan kepada mereka. Tapi mereka hadir disisi kita karena memiliki kesamaan visi dengan kita. Mereka adalah aset kita yang paling berharga. Oleh karena itu kita juga harus peduli kepada tim kecil kita. Dengan hati yang tertuju kepada tim kecil kita, mereka tentu akan merasakan kehangatan kita sebagai seorang ibu yang mengayomi anak-anaknya.

  • Bangun dan bernyanyi

"Bangunlah, bangunlah Debora, nyanyikanlah suatu nyanyian." (Hakim-hakim 5:12a)

Debora tidak pernah tertidur berlama-lama. Debora tidak pernah bersungut-sungut. Debora selalu berjaga dan ketika berjaga Debora selalu menyanyikan suatu nyanyian. Nyanyian merupakan ungkapan dari lubuk hati yang paling dalam. Senyum bisa dipalsukan tapi nyanyian tidak. Dengan berjaga, Debora memiliki waktu yang lebih banyak untuk memikirkan bangsa Israel. Dengan bernyanyi, Debora menularkan kegembiraan dan keriangan hati kepada para pengikutnya.

Seperti Debora, kita juga tidak boleh menghabiskan waktu untuk diri sendiri. Kita harus bangun dan berjaga agar memiliki waktu lebih banyak untuk pengikut kita. Biasanya kan kaum ibu paling senang bermalas-malasan di kamar. (iya gak sih?... hehehe) Kita tidak boleh bersungut-sungut tetapi harus bernyanyi. Bernyanyi adalah ungkapan dari lubuk hati yang paling dalam untuk mengucapkan terima kasih kepada semua berkat Tuhan.

  • Mengutuk perbuatan yang tidak berkenan di mata Tuhan

"Kutukilah kota Meros, firman malaikat Tuhan. Kutukilah habis-habisan penduduknya karena mereka tidak datang membantu Tuhan sebagai pahlawan". (Hakim-hakim 5:23)

Debora bersikap sebagai seorang ibu bagi bangsa Israel. Seorang ibu yang baik tidak akan senang bila ada perbuatan anaknya yang melanggar perintah Tuhan. Bila ada anaknya yang melakukan dosa, seorang ibu akan mengutuki perbuatan tersebut. Dan kutukan seorang ibu didengar Tuhan. Ingat saja cerita Malin Kundang yang dikutuk menjadi batu oleh ibunya karena tidak mau mengakui ibunya.

Sebagai pemimpin wanita kita juga diminta bersikap sebagai seorang ibu. Seorang ibu akan mengajari anaknya untuk mengetahui hal yang baik dan yang buruk. Kita juga diharapkan mengutuk perbuatan orang yang melanggar perintah Tuhan. Jangan ragu untuk mengutuk perbuatan jahat. Itulah yang diharapkan pengikut kita dari kita sebagai seorang pemimpin wanita.

  • Memberkati orang yang berbuat kebaikan

"Diberkatilah Yael, istri Heber, orang Keni itu, melebihi perempuan-perempuan lain, diberkatilah ia melebihi perempuan-perempuan yang di dalam kemah." (Hakim-hakim 5:24)

Debora bertindak bukan hanya sebagai pemimpin, tetapi juga sebagai ibu bagi bangsa Israel. Yang diminta dari seorang ibu bukan hanya pengajaran mengenai yang baik dan buruk, tetapi juga berkat dan doa restu bagi anak-anaknya. Dan Debora melakukan hal tersebut. Debora tidak segan untuk memberikan berkat bagi anak-anaknya yang telah berbuat kebaikan. Debora memberikan berkatnya kepada Yael, istri Heber yang dianggap telah melakukan sesuatu yang benar dan baik dihadapan Allah.

Sebagai pemimpin sekaligus sebagai ibu, kita juga tidak boleh pelit dalam memberikan berkat kepada pengikut kita. Tentu saja tidak boleh terlalu royal, nanti dikira murahan. Berkat yang diberikan harus benar-benar untuk orang yang telah melakukan sesuatu yang benar dan baik dihadapan Allah. Berkat dari seorang ibu sama nilainya dengan minyak urapan dari seorang nabi. Ini yang akan membukakan pintu rejeki berkelimpahan bagi kita anak-anaknya.

Kepemimpinan perempuan memang berbeda dibandingkan kaum lelaki. Kodrat sebagai seorang perempuan yang secara fisik tidak sekuat lelaki. Kodrat sebagai ibu juga memberikan posisi dan peran yang berbeda. Ini yang harus disadari oleh kaum perempuan bila ingin tampil sebagai pemimpin.

Jakarta, 23 juni 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun