Mohon tunggu...
Sembodo Nugroho
Sembodo Nugroho Mohon Tunggu... Master of Animal Science

Bersepeda adalah hal yang sangat menyenangkan bagi saya, dengannya bisa mendapatkan tubuh yang sehat, inspirasi baru untuk dibagikan dan menikmati kesegaran udara dengan bonus pemandangan nan indah...

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Isu Produk Ternak, Bikin Orang Jadi Anemia Berjamaah ?

3 Agustus 2025   09:50 Diperbarui: 3 Agustus 2025   09:50 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Chicken Steak (Sumber Freepik.com)

Isu tentang produk ternak kian masif di tengah perkembangan teknologi informasi, berbagai kampanye yang menyuarakan untuk tidak memakan produk ternak tidak kalah heboh.  Beberapa komunitas vegan menjadi salah satu pemicu pergerakan ini.  Informasi simpang siur meramaikan jagat maya, isu-isu tentang produk ternak meriuhkan suasana.  Seperti eksploitasi ternak berlebihan dan hilangnya perhatian terhadap kesejahteraan ternak. Seperti gayung bersambut, isu ini menjadi trend di kalangan anak muda.  Mereka yang notabene sedang bersemangat untuk mengamalkan gaya hidup sehat ikut serta mengaminkan isu tersebut.  Gerakan anti makan daging dan produk ternak lain menjadi pendorongnya.  Tidak hanya itu, isu-isu seputaran kesehatan lainnya mendorong masyarakat enggan mengkonsumsi produk-produk ternak, seperti isu disuntiknya hormon estrogen pada ayam pedaging, telur palsu, pemberian antibiotik dan sebagainya. 

Laporan Kemenkes tahun 2018 tentang prevelansi anemia pada anak dan remaja mencapai angka 58,8%, dengan rincian anak usia 5-14 tahun sebesar 26,8% dan remaja 15-24 tahun sebesar 32%.  Anemia sendiri adalah kondisi medis di mana tubuh kekurangan sel darah merah atau hemoglobin yang cukup, hal ini dapat menyebabkan berbagai gejala dan masalah kesehatan.  Hemoglobin merupakan protein dalam sel darah merah yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh. Ketika tubuh kekurangan hemoglobin, sel-sel tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen dan tidak dapat berfungsi normal. Zat besi adalah mineral penting yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, kekurangan zat besi menyebabkan anemia defisiensi besi. Gejala anemia meliputi lemas, pucat, sulit konsentrasi, mudah lelah dan sakit kepala. Banyak orang yang tidak paham bahwa sumber zat besi terbaik berasal dari produk hewani seperti daging merah yang berasal dari sapi, kambing, domba dan kerbau, juga hati ayam.  Daging menyediakan zat besi heme, bentuk zat besi yang paling mudah diserap oleh tubuh (sekitar 15--35%). Sebaliknya, sayur mayur dan biji-bijian mengandung zat besi non-heme, yang penyerapannya jauh lebih rendah (sekitar 2--10%) dan sangat bergantung pada kondisi tubuh serta makanan pendamping. 

Penyebab Stunting 

Anemia pada Ibu hamil dan remaja putri menjadi faktor pendorong terjadinya stunting pada anak.  Kenapa terjadi demikian ? berikut sedikit gambarannya !

Ibu yang sedang hamil kemudian mengalami anemia menjadi salah satu faktor janin dalam kandungan mengalami kekurangan nutrisi. Anemia saat hamil mendorong terjadinya kekurangan hemoglobin dalam darah kurang sehingga menyebabkan suplai oksigen terhadap plasenta menjadi berkurang, hal ini menyebabkan terjadinya anak lahir dengan berat badan rendah yang menjadi faktor utama anak terjadinya stunting.  

Kenapa Remaja putri menjadi salah satu pendorong terjadinya anak stunting ? karena remaja putri merupakan calon ibu yang setiap periodenya terjadi menstruasi, dimana darah dalam tubuhnya keluar.  Asupan zat besi dan pola makan yang buruk mendorong terjadinya anemia.  Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2021 menunjukkan prevalensi anemia gizi besi pada remaja putri di Indonesia sebesar 22,7%, sedangkan hasil Survei  Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencatat prevalensi anemia pada remaja usia 15-24 tahun sebesar 15,5%, dengan angka 18% pada remaja putri dan 14,4% pada remaja putra.  Jika para calon ibu ini hamil dalam kondisi anemia, resiko anaknya lahir stunting cukup tinggi.  

Tak hanya ibu, bayi dan anak-anak yang mengalami anemia (karena asupan gizi buruk) juga rentan mengalami keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan, termasuk potensi stunting. 

Menurut Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada ibu hamil mencapai 48,9%, sementara SSGI 2022 mencatat bahwa 21,6% balita di Indonesia masih mengalami stunting.  Artinya, satu dari dua ibu hamil menderita anemia, dan satu dari lima balita sudah terkena dampaknya dalam bentuk stunting. Jika masalah anemia ini tidak diselesaikan, target penurunan stunting nasional menjadi sulit tercapai.

Menjawab Pertanyaan Apakah Ayam Pedaging Disuntik Hormon Estrogen ?

Pertumbuhan teknologi kian hari semakin cepat tidak terkecuali untuk ayam pedaging.  Isu pertumbuhan ayam pedaging yang sangat cepat menimbulkan banyak sekali spekulasi liar di masyarakat. Izinkan saya pada kesempatan kali ini untuk menjawabnya secara perlahan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun