[caption caption="mengantar kepergian sang perintis"][/caption]
Raungan sirene terdengar dari arah dermaga. Sebuah kapal barang tua dengan tulisan “PERINTIS” di bagian atas telah merapat dengan sempurna. Beberapa orang yang sedari tadi menunggu di dermaga, segera menuju ke arah kapal. KM Terigas I, merupakan kapal perintis yang melayani rute Semarang – Sambas PP. Kapal barang tua yang juga difungsikan sebagai kapal penumpang ini menjadi satu-satunya transportasi umum yang singgah di kepulauan Karimata. Dari sekian banyak pulau dan kampung, hanya dermaga kampung Betok, Pulau Karimata lah yang dijadikan titik singgah kapal perintis. Kapal perintis yang berlabuh di Karimata akan menuju ke Sambas atau Ketapang, tergantung rute tujuan. Hanya dua kali dalam sebulan, kapal perintis menyinggahi Karimata oleh karena itu kedatangan kapal ini selalu dinanti oleh warga Karimata.
Kapal perintis memang bukan satu-satunya alat transportasi ke luar pulau. Hampir semua penduduk kepulauan Karimata berprofesi sebagai nelayan dan kebanyakan dari mereka memiliki perahu motor. Ketapang dan Tanjung Pandan (Belitung) adalah tempat yang biasa mereka tuju, biasanya untuk menjual hasil laut. Kedua tempat itu memiliki jarak yang hampir sama yakni sekitar 94 mil laut dari Betok yang biasa ditempuh selama kurang lebih 15 jam menggunakan perahu motor nelayan. Selain untuk keperluan menjual ikan, penduduk kepulauan Karimata jarang keluar pulau. Kalaupun keluar pulau biasanya hanya di sekitar kecamatan kepulauan Karimata saja. Bagi yang tidak memiliki perahu seperti para guru, mereka biasanya menumpang perahu nelayan. Sangat hemat ongkos memang, namun perjalanan belasan jam ke Ketapang tidaklah mudah. Perahu motor kecil nelayan seringkali harus menghadapi ganasnya gelombang Laut China Selatan. Gelombang laut yang tinggi tak jarang mampu membalikkan perahu nelayan.
Kedatangan kapal perintis sangat dinanti oleh penduduk Karimata karena sembako dan kebutuhan pokok lain seperti BBM dibawa serta. Di pulau-pulau terpencil seperti Karimata ini, hanya kapal perintislah yang hampir secara rutin memasok kebutuhan penduduk. Namun di musim angin barat, kapal perintis urung merapat ke Karimata karena kondisi yang tidak memungkinkan. Angin kencang dan gelombang kuat melanda perairan Karimata saat itu, nelayan pun enggan melaut karena risikonya terlalu besar. Musim angin barat membuat mereka terisolasi dalam hitungan minggu bahkan bulan. Pasokan beras dan kebutuhan pokok lain akan terhenti. Tak jarang mereka hanya makan makanan seadanya jika persediaan beras habis. Meski cukup luas dan memiliki persediaan air tawar yang relatif melimpah, pertanian belum dikembangkan di pulau Karimata.



Menjadi penghubung antar pulau adalah tugas yang diemban kapal perintis. KM Terigas I, merupakan salah satu dari sekian kapal yang melayani pelayaran di pulau-pulau terpencil. Kapal yang menjadi satu-satunya moda transportasi umum seperti di kepulauan Karimata ini. Bagi penduduk Karimata, kapal perintis merupakan pilihan utama yang lebih efisien dengan risiko tenggelam tidak sebesar jika menggunakan perahu nelayan. Selain itu beragam kebutuhan pokok yang tidak tersedia di pulau dapat diangkutnya. Sehingga kapal perintis dapat dikatakan menjadi perintis terbukanya isolasi kepulauan terpencil ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI