Mohon tunggu...
Doddy Nova
Doddy Nova Mohon Tunggu... -

Guru di sekolah 'ndeso

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

KESEDERAHANAAN BAHASA INDONESIA

21 September 2012   08:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:05 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Richie (24 th), seorang relawan Peace Corp dari Amerika yang sedang bertugas di SMAN 1 Ngantang Kab. Malang, baru bulan April lalu menginjakkan kaki di Indonesia. Sebelumnya dia tidak pernah berkaitan dengan apapun dari Indonesia, termasuk bahasanya. Sesampai di Indonesia, dia bersama 44 relawan lainnya harus mengikuti pelatihan bahasa dan budaya selama dua bulan di Malang - Jatim. Praktis baru pada kesempatan itulah dia mulai mengenal Bahasa Indonesia.

Tapi hari ini, sesudah sekitar 5 bulan berinteraksi dengan orang Indonesia, anda akan melihat betapa Richie sudah cukup lancar berbahasa Indonesia.  Dia sudah sering berpergian dan berinteraksi sendirian dengan masyarakat, tanpa rasa kawatir ada hambatan komunikasi dengan masyarakat. Berkali-kali dia  bertanya kepada saya tentang istilah Indonesia untuk ungkapan tertentu dan dengan mudahnya dia mengingat dan menerapkannya dalam pembicaraan. Kadang-kadang masih terjadi pengujaran yang salah, tapi itu tidak mengganggu orang untuk memahaminya.

Ketika saya meminta pendapat Richie tentang Bahasa Indonesia, dia menjawab tanpa bermaksud meremehkan, bahwa Bahasa Indonesia itu enak tidak banyak perubahan kata kerja dan aturan tata bahasa. Seperti kita tahu perubahan kata kerja itu menjadi ciri khas Bahasa Inggris. Kata kerja eat, misalnya, harus berubah menjadi ate, ate, eating, dan sebagainya tergantung pada waktu kejadian dan pelakunya.

Demikian juga Tata Bahasa atau Grammar Bahasa Indonesia jauh lebih sederhana dari Bahasa Inggris. Aturan perubahan imbuhan ke-an untuk semua kata sifat menjadi kata benda juga lebih sederhana daripadadalam Bahasa Inggris yang akhiran tertentu hanya untuk kata tertentu saja dan itu membuat siswa-siswa saya pusing tujuh keliling. Maksudnya begini, dalam Bahasa Indonesia untuk menjadikan kata sifat menjadi kata benda, cukup tambahkan awalan ke dan kahiran an dalam kata tersebut, dan ini berlaku untuk semua kata sifat. Misalnya, keadaan, kesatuan, keadilan, keteraturan, kelucuan, dan sebagainya. Sementara dalam Bahasa Inggris ada bermacam-macam akhiran untuk menjadikan kata sifat menjadi kata benda. Ini yang sering membuat siswa-siswa saya kebingungan. Misalnya, akhiran -ness untuk happy - happiness, white - whiteness, ill - ilness, dll. Tapi curious - curiosity, able - ability, traumatic - trauma, angry - anger, dll.

Kalau diteliti akan banyak sekali kesederhanaan dalam bahasa Indenesia dibanding dengan bahasa lain. Kesederhanaan ini banyak memberikan keuntungan tapi juga mempunyai kelemahan, misalnya kesulitan memberikan makna secara detail atau waktu kejadian, dan lainnya. Semuanya masih terbuka untuk diadakan penelitian lebih lanjut.

Setiap bahasa tentunya punya keunggulan masing-masing. Menurut saya kesederhanaan adalah keunggulan Bahasa Indonesia. Kesederhanaan tidak menjadikan kita kecil hati terhadap bahasa-bahasa lain, tetapi seharusnya menjadi keunggulan yang harus dikedepankan.

Bahasa menunjukkan bangsa. Karakter bahasa bisa jadi mewakili karakter masyarakatnya. Kesederhanaan bisa menjadi kata kunci untuk memahami bangsa Indonesia.

Kesederhanaan bisa jadi sebuah pesan bagi para pemimpin kita agar berperilaku dan memperlakukan masyarakat secara sederhana. Maksudnya adalah tidak mempertontonkan ketidaksederhanaan di tengah masyarakat, tidak suka mengumbar janji-janji muluk, tidak suka membuat aturan yang rumit-rumit yang ujung-ujungnya "wani piro?", tidak banyak omong yang penting ada buktinya, tidak suka basa-basi hanya untuk menutupi keburukan, pandai bersilat lidah memutar-mutar kalimat yang malah membuat orang bingung, dan lain-lain.

Kesederhanaan juga bisa menjadi pesan kepada masyarakat agar berperilaku sederhana,  agar kita tidak terlalu banyak mimpi, tapi bekerja dan bertindak untuk mewujudkan karya nyata. Sebagai pegawai, karyawan, profesional, partikelir, usahawan, dan lain-lain, bekerjalah dan bermimpilah sesuai porsinya. Keinginan-keinginan yang berlebihan hanya akan menjerumuskan kita ke dalam jurang ketidaksederhanaan yang akhirnya hanya akan membuat kita terjebak dalam perbuatan melanggar aturan dan kecurangan.

Amboi! Alangkah indahnya sederhana!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun