Jauh setelahnya baru saya mengenal Al-Qur'an dalam gaya penulisan Utsmani atau Madani. Tahun 2018, Kemenag menerbitkan font Mushaf Standar Indonesia (MSI) untuk penulisan Al-Quran. Menurut Ketua Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran (LPMQ) saat itu, Zarkasyi Afif, font ini dibuat dan didedikasikan khusus untuk penulisan Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia sehingga di dalamnya terdapat penyesuaian dan penambahan karakter khas yang hanya ada dalam Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia.
Saya ingat betul mushaf seperti inilah yang membuat saya bahagia naik tingkat dalam belajar membaca Al-Qur'an setelah sebelumnya belajar huruf dan mengeja. Memegang mushaf ini menjadi penanda bahwa seorang murid sudah bisa narabas alias membaca dengan tanpa harus mengeja lagi. Namun, kesulitan tetap masih saya temukan, terutama untuk beberapa penulisan kata yang huruf-hurufnya bertumpuk. Guru ngaji, dan kedua orang tua tentunya, sangat besar perannya dalam mengatasi kesulitan baca saat itu.Â
Kini, bagi para pembaca pemula Al-Qur'an seperti saya kala itu, kita akan sangat terbantu dengan diterbitkannya mushaf Al-Qur'an yang diterbitkan Ahmadiyah Internasional. Berikut adalah contoh font Manzoor. Sebuah catatan kecil perlu ditambahkan di sini bahwa basmalah dihitung sebagai ayat pertama.Â
Terbaca jelas, bukan? Bila saja, font ini ada pada saat kecil dulu, tentu akan sangat membantu. Namun, kendati demikian, kesulitan membaca huruf tumpuk atau tanda baca yang kurang jelas pemiliknya jadi sarana bagi saya untuk belajar berterima kasih kepada mereka.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI