Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Khatt-e-Manzoor: Font Al-Qur'an dari Ahmadiyah untuk Dunia

12 April 2025   10:39 Diperbarui: 12 April 2025   10:39 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surah Al-Fatihah dalam font Manzoor (Sumber: https://www.reviewofreligions.org/)

Kita pasti pernah kesulitan membaca AL-Qur'an saat kecil dulu. Hal ini disebabkan misalnya karena ada huruf tumpuk atau tanda baca yang kurang jelas milik huruf yang mana. Tahun 2020 lalu, sebuah khatt (jenis huruf) atau biasa kita kenal sebagai font Al-Qur'an telah dirilis. Mengabadikan nama penciptanya font tersebut adalah Khatt-e-Manzoor (f0nt Manzur).

Beliau adalah Pir Manzur Muhammad (1866-1950). Dalam tradisi sufisme di Indo-Pakistan, pir berasal dari Bahasa Persia yang berarti 'sesepuh'. Menurut Gordon D. Nerby  (2002) dalam A Concise Encyclopedia of Islam, pir adalah gelar untuk pembimbing spiritual Sufi. Nama Manzur mengingatkan kita kepada penulis kamus Arab legendaris, Lisanul Arab, Ibnu Manzur. Pir Manzur Muhammad adalah salah satu dari sahabat dekat Pendiri Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as yang bertugas sebagai katib untuk buku-buku beliau. Pada tahun 1904, Pir Manzur Muhammad menyusun metode pengajaran bacaan Al-Qur'an untuk anak-anak yang dibukukan dengan judul Yassarnal Qur'an. 

Al-Qur'an diterbitkan di seluruh dunia dalam berbagai font (jenis huruf). Demi alasan keindahan, banyak jenis huruf yang berusaha untuk mengisi ruang kosong dengan tanda diakritik (tanda baca) dari huruf lain dan simbol tambahan. Selain itu, huruf dan kata ditulis di atas satu sama lain yang dapat mengakibatkan tanda diakritik dari satu huruf muncul pada huruf yang berbeda. Hal ini menimbulkan kesulitan besar, terutama bagi anak-anak dan umat Islam yang baru belajar membaca Al-Qur'an, tulis Review of Religions.

Karena alasan inilah penyusun Yassarnal Qur'an tersebut bertekad menciptakan jenis huruf yang mana tanda baca hanya muncul pada huruf-huruf yang sesuai, sehingga lebih mudah untuk membaca Al-Qur'an bagi para pemula sekalipun. Tim editor Review of Religions (2020) mengutip langsung kata-kata sang Pir:

"Meskipun telah melakukan pencarian yang ekstensif, saya tidak dapat menemukan salinan Al-Qur'an di mana tanda diakritik hanya dikaitkan dengan huruf-huruf yang sesuai. Oleh karena itu, saya telah berniat untuk membuat kaligrafi salinan Al-Qur'an sesuai jenis huruf yang digunakan dalam Yassarnal Qur'an (buku panduan untuk mempelajari bacaan Al-Qur'an yang benar), di mana tanda diakritik hanya ditulis dengan huruf-huruf yang terkait dan tidak dipindah-pindah. Selain itu, kata-kata tersebut tidak akan ditulis di atas satu sama lain untuk memudahkan anak-anak dan Muslim pemula. Oleh karena itu, melalui kemampuan yang diberikan oleh Allah SWT, saya membuat kaligrafi salinan Al-Qur'an dan bagian-bagian tertentu yang dikaligrafi oleh tangan saya dengan gaya yang sama telah diterbitkan secara individual."

Hadhrat Pir Manzhur Muhammad ra bersama putri beliau di bagian depan.  (Sumber: https://tariqmagazine.org/)
Hadhrat Pir Manzhur Muhammad ra bersama putri beliau di bagian depan.  (Sumber: https://tariqmagazine.org/)

Mengutip sebuah tulisan di laman The Majestic Quran, What is the difference between the IndoPak and Uthmani scripts?, di dunia sekarang ini terdapat dua gaya penulisan Al-Qur'an yang banyak digunakan. Pertama adalah Utsmani atau Madani, dan yang keduanya IndoPak atau gaya Persia. Keduan tetap mengacu kepada rasm Utsmani, sedikit berbeda sedikit penulisn tanda-tanda diakritiknya. Berikut adalah contoh gaya penulisan keduanya.

Perbandingan gaya Ustmani/Madani dengan IndoPak (Sumber: https://www.majesticquran.co.uk/)
Perbandingan gaya Ustmani/Madani dengan IndoPak (Sumber: https://www.majesticquran.co.uk/)

Saya sendiri, sejak kecil terbiasa dengan font Al-Qur'an yang IndoPak. Apalagi Al-Qur'an cetakan tua di rumah kami dulu nampaknya termasuk Al-Qur'an Bombay, India. "Al-Qur'an Bombay merupakan mushaf paling populer. Sejak pertengahan abad ke-19, Al-Qur'an Bombay beredar luas di kawasan Asia Tenggara. Peredarannya dapat dilihat dari peninggalan mushaf India di beberapa tempat: Palembang, Demak, Madura, Bima, Malaysia, hingga Filipina Selatan. Bahkan, menurut I. Proudfoot, kepala Asian History Centre Australian National University, Australia, percetakan litograf (cetakan batu) Al-Qur'an pertama di Nusantara oleh Haji Muhammad Azhari ibn Kemas Haji Abdullah Palembang pada 1854 terinspirasi oleh percetakan Al-Qur'an di India," tulis Hendri F. Isnaeni dalam Riwayat Al-Qur'an Bombay. 

Mustopa dkk dalam Jejak Mushaf Bombay di Indonesia, menulis bahwa peserta Mukernas ulama mengistilahkan mushaf tersebut dengan 'mushaf tahun 60-an'. Satu hal yang menarik adalah mengapa forum Mukernas Ulama Al-Qur'an lebih memilih 'mushaf tahun 60-an' yang merupakan mushaf cetakan Bombay, India, daripada mushaf jenis lainnya. Perlu diketahui, bahwa sejak akhir abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20, mushaf Al-Qur'an yang beredar di Nusantara bukan hanya mushaf cetakan Bombay, India, tetapi juga mushaf cetakan negeri lain, sepeti Turki dan Mesir. Mushaf cetakan negeri-negeri ini bahkan masih cukup banyak dijumpai di sejumlah tempat seperti museum, masjid kuno bersejarah, hingga kolektor perorangan di berbagai wilayah Indonesia. Meskipun jumlahnya tidak banyak, namun mushaf-mushaf yang berasal dari negeri-negeri tersebut cukup mewarnai persebaran mushaf di Indonesia pada kurun waktu tersebut, tulisnya.

 Jauh setelahnya baru saya mengenal Al-Qur'an dalam gaya penulisan Utsmani atau Madani. Tahun 2018, Kemenag menerbitkan font Mushaf Standar Indonesia (MSI) untuk penulisan Al-Quran. Menurut Ketua Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran (LPMQ) saat itu, Zarkasyi Afif, font ini dibuat dan didedikasikan khusus untuk penulisan Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia sehingga di dalamnya terdapat penyesuaian dan penambahan karakter khas yang hanya ada dalam Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia.

Foto mushaf Bombay tahun 1933. Gambar diambil oleh Mustopa dkk (Sumber: https://www.researchgate.net/)
Foto mushaf Bombay tahun 1933. Gambar diambil oleh Mustopa dkk (Sumber: https://www.researchgate.net/)

Saya ingat betul mushaf seperti inilah yang membuat saya bahagia naik tingkat dalam belajar membaca Al-Qur'an setelah sebelumnya belajar huruf dan mengeja. Memegang mushaf ini menjadi penanda bahwa seorang murid sudah bisa narabas alias membaca dengan tanpa harus mengeja lagi. Namun, kesulitan tetap masih saya temukan, terutama untuk beberapa penulisan kata yang huruf-hurufnya bertumpuk. Guru ngaji, dan kedua orang tua tentunya, sangat besar perannya dalam mengatasi kesulitan baca saat itu. 

Kini, bagi para pembaca pemula Al-Qur'an seperti saya kala itu, kita akan sangat terbantu dengan diterbitkannya mushaf Al-Qur'an yang diterbitkan Ahmadiyah Internasional. Berikut adalah contoh font Manzoor. Sebuah catatan kecil perlu ditambahkan di sini bahwa basmalah dihitung sebagai ayat pertama. 

Contoh dua ayat dari Surah Fussilat atau Ha Mim Sajdah (Sumber: alislam.org)
Contoh dua ayat dari Surah Fussilat atau Ha Mim Sajdah (Sumber: alislam.org)

Terbaca jelas, bukan? Bila saja, font ini ada pada saat kecil dulu, tentu akan sangat membantu. Namun, kendati demikian, kesulitan membaca huruf tumpuk atau tanda baca yang kurang jelas pemiliknya jadi sarana bagi saya untuk belajar berterima kasih kepada mereka. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun