Mohon tunggu...
Dodik Suprayogi
Dodik Suprayogi Mohon Tunggu... Agribusiness Enthusiast

Agribusiness Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen "Senja yang Enggan Tenggelam"

24 September 2025   18:24 Diperbarui: 24 September 2025   18:24 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senja di jalanan kota (Foto/Dodik Suprayogi)

Suara itu. Suara yang sama yang menghantui mimpinya selama dua tahun. Rendra menoleh perlahan. Di depannya, berdiri seorang wanita yang terlihat sedikit lebih dewasa, namun matanya tetap sama, penuh dengan kehangatan. Riska.

Jantung Rendra berdebar kencang. Ia tidak tahu harus berkata apa. Semua kata-kata yang telah ia siapkan, semua alasan yang ia susun, tiba-tiba lenyap.

"Kau kembali," bisik Riska, sebuah senyum tipis terukir di bibirnya.

"Aku... aku hanya mampir," jawab Rendra, suaranya serak.

Mereka terdiam. Senja di balik pepohonan yang beradu dengan temaran lampu kota maghrib itu terasa lebih hening. Riska menatapnya, seolah mencari jawaban yang tak pernah ia dapatkan.

"Kenapa, Rendra?" tanyanya akhirnya. "Kenapa kamu pergi?"

Rendra menunduk. Ia tidak bisa menjawab. Ia tidak bisa mengatakan bahwa ia gagal melupakan Riska, bahwa setiap langkah yang ia ambil hanya membawanya lebih dekat pada kenangan mereka. Ia tidak bisa mengatakan bahwa ia menyesal.

"Aku... aku hanya mengejar mimpiku," bisiknya.

Riska mengangguk perlahan. Senyumnya pudar, digantikan oleh tatapan yang penuh dengan kesedihan.

"Aku mengerti," katanya. "Tapi kamu tahu, Rendra? Impian yang meninggalkan hatimu, itu bukanlah impian."

Kata-kata itu bagaikan ombak yang menghantam karang. Rendra menatap Riska, melihat semua yang telah ia korbankan. Ia berkelana ke ujung negeri, menapaki puncak-puncak tertinggi, hanya untuk menyadari bahwa satu-satunya tempat yang ia cari adalah di samping Riska, di bangku taman yang usang ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun