Mohon tunggu...
Dodi Bayu Wijoseno
Dodi Bayu Wijoseno Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar, membuat hidup lebih indah

Penyuka Sejarah, hiking dan olah raga

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

5 Fakta Operasi "Gagak", Kisah Penyerbuan Pasukan Belanda ke Yogyakarta di Tahun 1948

21 Mei 2020   07:00 Diperbarui: 21 Mei 2020   07:03 1088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasukan elite Korps Speciale Troepen terjun dari pesawat angkut C-47 Dakota untuk merebut Pangkalan Maguwo. Sumber gambar: aviahistoria.com

Pada akhir tahun 1948, Belanda melakukan agresi militernya ke kota Yogyakarta, agresi yang pada akhirnya mengakhiri petualangan militer Belanda di Indonesia.  

Pada akhir  tahun 1948 terjadi salah satu episode paling mendebarkan dalam sejarah mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Pagi hari, tanggal 19 Desember 1948 Panglima KNIL Jenderal Spoor memerintahkan tentaranya untuk menyerbu dan menduduki kota Yogyakarta, Ibu Kota Republik Indonesia saat itu. 

Operasi militer dengan sandi Operatie Kraai atau dalam Bahasa Indonesia  operasi "Gagak" bertujuan untuk menghancurkan Republik Indonesia dan melakukan propaganda kepada dunia bahwa pasukan TNI sudah tidak ada. Dalam sejarah Indonesia aksi militer Belanda tersebut dikenal dengan nama Agresi Militer Belanda II. Agresi Militer ini merupakan salah satu gelar milter terbesar yang dilakukan Belanda di Indonesia.

Secara taktis militer, operasi militer yang dilancarkan Jenderal Spoor dengan dukungan pasukan elite dan persenjataan modernnya mampu dengan cepat menguasai kota Yogyakarta dan menawan para pejabat tinggi Republik Indonesia yang ada di sana, termasuk Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta. 

Namun tujuan strategis dan politis serangan sepihak Belanda ini tidak pernah tercapai karena selain mendapat kecaman dunia internasional , perhitungan Jenderal Spoor mengenai kekuatan TNI meleset, karena hanya sekitar 3 bulan setelah agresi militer yang dilakukan Belanda tersebut, pasukan TNI dan para pejuang yang didukung segenap rakyat berhasil menggelar serangan besar-besaran terhadap posisi pasukan Belanda di kota Yogyakarta pada tanggal 1 Maret 1949. Serangan pasukan TNI ini dikenal dengan nama Serangan Umum 1 Maret 1949.

Serangan Umum 1 Maret 1949 berhasil membuka mata dunia bahwa Republik Indonesia dengan pasukan TNInya masih utuh yang memberikan posisi tawar kuat Republik Indonesia di meja diplomasi Internasional hingga mendapatkan kembali kedaulatan penuhnya.

Berikut 5 Fakta Operasi "Gagak", Kisah Penyerbuan Pasukan Belanda ke Yogyakarta di tahun 1948.

1. Sebuah serbuan militer atas kota Yogyakarta yang dipimpin oleh Jenderal Spoor

Jenderal Simon H. Spoor. Sumber gambar: wikimedia.org
Jenderal Simon H. Spoor. Sumber gambar: wikimedia.org

Operatie Kraai atau dalam bahasa Indonesia Operasi "Gagak" dipimpin oleh Panglima KNIL Jenderal Simon Spoor. Dalam buku "Doorstoot Naar Djokja-Pertikaian Pemimpin Sipil-Militer" karya Julius Pour (PT Gramedia:2010) diulas bahwa Jenderal Spoor merancang operasi ini dengan sangat detail dengan mengerahkan gabungan kekuatan udara, darat dan laut. Tujuan besar dari operasi ini adalah untuk menghancurkan Republik Indonesia dan melakukan propaganda kepada dunia bahwa pasukan TNI sudah tidak ada lagi.

Lebih lanjut dalam buku tersebut diulas bahwa strategi serangan yang dirancang Jenderal Spoor mengacu pada pola serangan Angkatan Perang Kekaisaran Jepang dan Jerman di awal Perang Dunia II. Tentara Belanda akan memulai serangan udaranya pada hari Minggu pagi tanpa terlebih dahulu menyatakan perang, persis seperti serangan Jepang atas Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour. Sedangkan penggunaan pesawat tempur sebagai pelopor serbuan pasukan darat meniru serangan Luftwaffe (AU Jerman) semasa menyerbu Belanda di tahun 1941.

Pagi hari tanggal 19 Desember 1948, dengan mendapatkan perlindungan tembakan dari pesawat pembom dan pemburu Belanda, 2 kompi Pasukan payung elite Belanda KST (Korps Speciale Troepen) diterbangkan langsung dengan pesawat angkut C-47 Dakota dari pangkalan militer Andir Bandung dan diterjunkan di atas pangkalan udara Maguwo (saat ini  bernama Bandara Adi Sucipto) Yogyakarta . Pasukan payung KST Belanda yang mengenakan baret berwarna merah mendapat tugas untuk langsung melakukan perebutan pangkalan udara Maguwo.

Meski pasukan pertahanan pangkalan udara Maguwo memberikan perlawanan sengit namun karena kalah jumlah dan persenjataan, pasukan payung elite KST Belanda tersebut dapat dengan cepat melumpuhkan pertahanan pangkalan dan segera menguasai pangkalan udara Maguwo yang menjadi titik kritis operasi "Gagak" ini.

Begitu pasukan payung KST menguasai pangkalan udara Maguwo dan memberi kode aman, Jenderal Spoor membuat jembatan udara dengan menggunakan pesawat angkut untuk memindahkan 2 batalion prajurit termasuk pasukan komando baret hijau KST dari pangkalan Kalibanteng Semarang ke Yogyakarta. 

Dengan jembatan udara ini, dalam tempo 3 jam Jenderal Spoor berhasil memindahkan 2 batalion prajurit  dari pangkalan Kalibanteng Semarang dengan peralatannya ke Yogyakarta. Selain itu tentara Belanda juga mengerahkan pergerakan beberapa batalion pasukan darat di Jawa Tengah untuk mendukung operasi, salah satu yang dikerahkan adalah batalion tangguh KNIL yang dikenal dengan nama pasukan Anjing NICA di bawah komando Letnan Kolonel Van Zanten.

Setelah semua pasukan KST dari Kalibanteng mendarat di Maguwo, pasukan langsung bergerak secara cepat menuju pusat kota Yogyakarta untuk mendudukinya dan menawan pejabat-pejabat Republik yang ada di sana.

2. Beberapa pejabat tinggi Republik Indonesia ditawan dan diasingkan dalam peristiwa ini. 

Setelah Jenderal Spoor berhasil melakukan mobilasi dan konsolidasi pasukan di Maguwo, pasukan segera digerakkan menuju pusat kota Yogyakarta. Pasukan komando baret hijau KST Belanda bergerak secara terkoordinasi dalam kelompok-kelompok  menuju Istana Presiden dan kediaman resmi Bung Karno.  Gerak maju pasukan komando ini mendapat perlawanan gigih dari pasukan RI namun perlawanan yang diberikan hanya bertujuan untuk menghambat gerakan, terlebih jumlah pasukan musuh yang lebih besar dan didukung dengan dukungan udara, serta peralatan komunikasi dan peralatan tempur yang lebih canggih. 

Pasukan Belanda dalam Agresi Militer Belanda II, 1948. Sumber gambar: nationalgeographic.grid.id/Gahetna/Het Nationaal Archief
Pasukan Belanda dalam Agresi Militer Belanda II, 1948. Sumber gambar: nationalgeographic.grid.id/Gahetna/Het Nationaal Archief

Pasukan komando KST berhasil mencapai Istana Presiden dan kediaman resmi Bung Karno di Yogyakarta pada Minggu sore tanggal 19 Desember 1948, di hari yang sama dengan hari agresi militer Belanda II. Istana Presiden tersebut dipertahankan oleh Kompi Polisi Militer berjumlah kurang lebih 100 orang.

Dalam buku  "Doorstoot Naar Djokja-Pertikaian Pemimpin Sipil-Militer" karya Julius Pour (PT Gramedia:2010) dituliskan bahwa Bung Karno memerintahkan Komandan pengawal Istana Presiden menghentikan perlawanan. Bung Karno, Bung Hatta dan sejumlah pejabat Republik akhirnya ditawan Belanda. 

Meski Bung Karno dan sejumlah pejabat tetap berada di dalam kota Yogyakarta saat itu namun Bung Karno telah menginstruksikan Panglima Besar Jenderal Sudiraman dan segenap pasukan TNI untuk pergi ke luar kota dan melakukan Perang Gerilya terhadap Belanda.  Sebagai tambahan informasi Jenderal Sudirman dan induk pasukan TNI tidak pernah berhasil ditemukan oleh pihak Belanda sampai berakhirnya perang. Selain itu Presiden Sukarno juga telah mempersiapkan pemerintahan darurat untuk kelangsungan  Republik Indonesia.

Menurut sejumlah sumber, tidak perginya Bung Karno merupakan strategi jitu karena meski tertawan setidaknya beliau masih bisa menjalin komunikasi dengan delegasi Komisi Tiga Negara  (KTN). Pihak  delegasi KTN yang masih berada di Yogyakarta untuk mengawasi gencatan senjata dan menjadi penengah konflik antara Indonesia-Belanda, secara nyata melihat langsung serangan sepihak militer Belanda kepada Republik Indonesia. Bung Karno, Bung Hatta dan sejumlah pejabat akhirnya diasingkan ke luar Pulau Jawa oleh pihak Belanda.

3. Agresi Militer Belanda II direspon dengan Serangan Umum 1 Maret 1949

Perhitungan Jenderal Spoor mengenai Republik Indonesia dan  pasukan TNInya ternyata meleset. Dari markas gerilyanya Panglima besar Jenderal Sudirman dan komandan-komandan TNI berhasil menyusun rencana dan strategi  serangan besar-besaran terhadap posisi pasukan Belanda di dalam kota Yogyakarta. Seiring dengan bunyi sirene tanda berakhirnya jam malam, pada tanggal 1 Maret 1949 pukul: 06.00 pagi pasukan TNI, para laskar pejuang yang didukung segenap rakyat merangsek masuk ke dalam kota Yogyakarta dan melakukan serangan besar-besaran terhadap posisi Belanda di Yogyakarta. 

Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949. Sumber gambar: kompas.com
Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949. Sumber gambar: kompas.com

Serangan besar-besaran tersebut dikenal dengan nama Serangan Umum 1 Maret 1949. Serangan pagi hari tersebut benar-benar mengejutkan militer Belanda. Pasukan TNI dan laskar pejuang berhasil menguasai kota Yogyakarta selama 6 jam. Setelah berhasil mengusai kota Yogyakarta selama 6 jam, pada jam 12.00 siang pasukan TNI dan para pejuang mengundurkan diri kembali ke kantong-kantong gerilyanya sementara pihak Belanda baru berhasil mendatangkan bala bantuan pasukan.

Berita mengenai Serangan Umum 1 Maret 1949 tersebut segera tersebar ke manca negara. Serangan tersebut berhasil membuka mata dunia bahwa Republik Indonesia dan pasukan TNInya masih solid dan utuh yang bertentangan dengan propaganda yang digaungkan oleh pihak Belanda bahwa pasukan TNI sudah tidak ada lagi. Keberhasilan Serangan Umum 1 Maret 1949 memberikan posisi tawar yang besar bagi Indonesia di meja diplomasi.

Serangan Umum 1 Maret 1949 merupakan tamparan besar bagi Jenderal Spoor. Kira-kira 2 bulan setelah peristiwa Serangan umum 1 Maret 1949, Jenderal Spoor tiba-tiba meninggal pada tanggal 25 Mei 1949. Versi resmi penyebab kematiannya adalah karena penyakit jantung. Jenderal Spoor dimakamkan di Makam Kehormatan Belanda (Ereveld) Menteng Pulo Jakarta.

Makam Jenderal Spoor di Makam Kehormatan Belanda (Ereveld) Menteng Pulo Jakarta. Sumber gambar: dok. pribadi
Makam Jenderal Spoor di Makam Kehormatan Belanda (Ereveld) Menteng Pulo Jakarta. Sumber gambar: dok. pribadi

4. Keraton Yogyakarta mendukung penuh Republik Indonesia

Relief Perjuangan Sri Sultan Hamengkubuwono IX di Keraton Yogyakarta. Sumber gambar: dok. pribadi
Relief Perjuangan Sri Sultan Hamengkubuwono IX di Keraton Yogyakarta. Sumber gambar: dok. pribadi

Salah satu tokoh besar yang memainkan peran penting sebagai pembela Republik Indonesia adalah Raja Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Ketika beliau bertakhta sebagai Raja Yogyakarta,  pada tanggal 17 Agustus 1945 terjadi peristiwa besar yaitu lahirnya Negara Republik Indonesia. 

Dalam buku "Hamengkubuwono IX Pengorbanan sang Pembela Republik" (PT. Gramedia: 2018) dituliskan sesaat setelah Republik Indonesia diproklamirkan Sri Sultan Hamengkubuwono IX segera memberi selamat kepada Bung Karno dan Bung Hatta. Kemudian pada tanggal 5 September 1945  beliau mengeluarkan amanat posisi Yogyakarta yang menyatakan  Ngayogyakarta Hadiningrat adalah Kerajaan berwujud daerah Istimewa Republik Indonesia dan Sultan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

Tidak hanya itu,  melihat gentingnya situasi ketika pasukan NICA Belanda membonceng pasukan Sekutu yang akan melucuti tentara Jepang di Indonesia  dan pasukan Belanda berusaha menguasai Indonesia kembali dengan   mulai melakukan pengejaran terhadap pejabat-pejabat Republik., Sri Sultan Hamengkubuwono IX mengirimkan surat kepada Bung Karno dan mengusulkan agar Ibu Kota dipindahkan ke Yogyakarta yang disetujui Bung Karno. 

Pada sore hari tanggal 4 Januari 1946 sebuah Kereta luar biasa (KLB)  disiapkan di belakang Rumah Jalan Pegangsaan Timur 56. Tepat pukul 18.00 dengan mematikan lampu untuk menghindari kecurigaan tentara Belanda, kereta yang didalamnya sudah ada Presiden Sukarno, Wakil Presiden Moh. Hatta beserta istri dan sejumlah Menteri bergerak  meninggalkan Jakarta menuju Yogyakarta. Kereta berhasil sampai di kota Yogyakarta dengan selamat. Operasi senyap memindahkan ibu kota berhasil dijalankan dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX telah mempersiapkan segala sarana dan prasarana di kota Yogyakarta untuk kepentingan pemerintahan Republik Indonesia.

Keberhasilan Serangan Umum 1 Maret 1949 pun tidak terlepas dari dukungan penuh Sri Sultan Hamengkubuwono IX terhadap perjuangan Republik Indonesia. Sesaat setelah Serangan Umum 1 Maret 1949 petinggi militer Belanda menemui Sri Sultan karena meyakini Sri Sultan turut membantu para pejuang. Dengan tegas Sri Sultan menghadapi petinggi militer tersebut, hingga petinggi militer Belanda tersebut menjadi respek dan segan dengan Sri Sultan dan segera meninggalkan Keraton Yogyakarta. 

Saat itu Keraton Yogyakarta adalah daerah kebal yang atas perintah Pemerintah Belanda sendiri tidak boleh diintervensi secara sembarangan  oleh militer Belanda.  Sri Sultan Hamengkubowono IX terus memainkan peranan penting di meja diplomasi hingga Indonesia sepenuhnya lepas dari penjajah kolonial Belanda. Beliau pernah menjabat sebagai Wakil Presiden RI dan dianugerahi gelar Pahlawan Nasional atas jasa-jasanya. Ketika Sri Sultan Hamengkubuwono IX wafat di tahun 1988, masyarakat Yogyakarta memenuhi jalanan yang dilalui oleh  iring-iringan pembawa jenazah Sri Sultan Hamengkubuwono IX menuju pemakaman Raja-Raja Jawa di Imogiri.

5. Agresi Militer Belanda atas kota Yogyakarta gagal secara strategis dan politis

Panglima Besar Jenderal Sudirman dan pasukan TNI di salah satu markas gerilyanya. Sumber gambar: bobo,grid.id
Panglima Besar Jenderal Sudirman dan pasukan TNI di salah satu markas gerilyanya. Sumber gambar: bobo,grid.id

Sejumlah sumber mengungkap bahwa Agresi Militer Belanda atas kota Yogyakarta adalah tindakan militer yang gagal secara strategis dan politis meskipun target menduduki kota Yogyakarta secara cepat tercapai. Beberapa sumber bahkan menyebutkan operasi militer ini pada akhirnya menjadi bumerang bagi Belanda dan mengakhiri petualangan militer mereka di Indonesia. Merangkum dari sejumlah sumber berikut poin-poin yang menyebabkan Operasi Gagak menjadi bumerang bagi Belanda di perpolitikan internasional pada tahun tersebut:

  • Ketika pasukan Jenderal Spoor menyerang Yogyakarta, meski dihambat namun berita penyerangan berhasil sampai ke manca negara dan mengejutkan banyak pihak karena serangan sepihak pihak Belanda atas Indonesia. 
  • Ketika pasukan Jenderal Spoor menyerang Yogyakarta, di Yogyakarta masih ada delegasi badan PBB yang bernama Komisi Tiga Negara (KTN) yang mengawasi gencatan senjata dan pelaksanaan perundingan Renville artinya dengan agresi militernya Belanda tidak menganggap eksistensi PBB.
  • Agresi Militer Belanda II dianggap sebagai permasalahan serius oleh dunia internasional sehingga Dewan Keamanan PBB membatalkan masa reses akhir tahun dan langsung menggelar sidang pada tanggal 22 Desember 1948.  Dua hari setelah sidang tersebut, pada tanggal 24 Desember 1948 dihasilkan resolusi agar Kerajaan Belanda menghentikan agresinya dan segera membebaskan Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta.
  • Pihak Amerika Serikat mencurigai bahwa dana bantuan (Marshall Plan) kepada Belanda untuk pemulihan ekonomi akibat Perang Dunia II diselewengkan untuk membiayai aksi militer Belanda di Indonesia.  
  • Dan yang terpenting, tidak seperti propaganda yang digaungkan militer Belanda bahwa TNI sudah tidak ada lagi, pada tanggal 1 Maret 1949 pasukan TNI, laskar pejuang yang didukung segenap rakyat melakukan serangan besar-besaran terhadap posisi Belanda di kota Yogyakarta. Serangan yang dikenal sebagai Serangan Umum 1 Maret 1949 ini berhasil menguasai kota Yogyakarta selama 6 jam dan  membuka mata dunia bahwa Republik Indonesia dan TNInya masih utuh. Berita mengenai serangan umum ini begitu cepat menyebar hingga segera diketahui oleh publik internasional. Keberhasilan Serangan Umum 1 Maret 1949 memberikan posisi strategis bagi Republik Indonesia di meja diplomasi.

Demikian 5 Fakta Operasi "Gagak", Kisah Penyerbuan pasukan Belanda ke Yogyakarta tahun 1948. Semoga  kisah-kisah sejarah masa lalu dapat mengingatkan kita sebagai generasi penerus bahwa para pendiri Republik ini berjuang bersama tanpa membedakan suku, agama dan ras dalam  memperjuangkan, merebut dan mempertahankan kemerdekaan negara Indonesia yang kita cintai bersama ini.

Satu hal yang juga penting bahwa kita semua telah sepakat bahwa sejarah buruk peperangan di masa lalu sudah selesai dan menjadi pembelajaran bagi kita bersama agar sejarah buruk itu tidak pernah terjadi lagi. Saat ini hubungan dan kerja sama yang saling menguntungkan antara Indonesia dengan Belanda telah pulih dan terjalin baik kembali dengan prinsip saling menghargai dan menghormati antar bangsa.

Referensi:

Asyhad, Moh Habib (intisari.grid.id: 2018): " Operasi Gagak, Agresi Militer Belanda di Yogyakarta yang Gagal Membunuh Bung Karno. 

Gunawan, Rasheed (liputan6.com: 2016)."19-12-48: "Belanda Gempur Yogya: Sukarno-Hatta ditangkap." 

Johari, Hendi (historia.id) "Langkah Gila Belanda di Yogyakarta" 

Johari, Hendi (historia.id) "Kisah menegangkan Kala Yogyakarta diserang Belanda." 

Johari, Hendi (historia.id): " Jenderal Spoor tewas di Sumatera?

Pratama, Aswab Nanda (kompas: 2019): "Hari Ini dalam Sejarah: Serangan Umum 1 Maret 1949". 

Pour, Julius (2010). "Doorstoot Naar Djokja-Pertikaian Pemimpin Sipil-Militer." Jakarta:PT.Gramedia Jakarta

Seri Buku Tempo. (2018). "Hamengkubuwono IX Pengorbanan Sang Pembela Republik."  Jakarta: PT. Gramedia Jakarta

Sumbodo, Sudiro (Aviahistoria.com: 2018). "70 Tahun Agresi Militer Belanda II-Operatie Kraai". h

Thamrin, Mahandis Yoanata (nationalgeographic: 2012). "19 Desember 1948: Operasi Gagak di Langit Yogyakarta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun