Mohon tunggu...
Pena Mandalalaa
Pena Mandalalaa Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa yang gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Asmara Gen Z: Antara Kemandirian dan Ketergantungan

20 Maret 2025   06:50 Diperbarui: 20 Maret 2025   06:48 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Asmara atau hubungan cinta (romansa) selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas, tak terkecuali bagi generasi Z atau yang sering kita kenal dengan sebutan Gen Z. Generasi yang di dalamnya merupakan orang-orang yang lahir di antara tahun 1997 sampai dengan 2012. Generasi yang tumbuh di era digital dengan berbagai macam kecanggihan teknologi dan perkembangan media sosial ini memiliki pola asmaranya sendiri. Fakta ini membawa tantangan beru bagi anak muda zaman sekarang dalam menjalani hubungannya, yaitu antara kemandirian dan ketergantungan. Mereka dikenal sebagai generasi yang mandiri dan berani. Mandiri, sisi mandiri dari seorang gen z bisa kita lihat dari kecenderungan mereka dalam membuat keputusan sendiri mengenai pendidikan, karir, dan kehidupan pribadi mereka. Selain itu, mereka juga cenderung mandiri dalam menggali informasi yang mereka butuhkan karena adanya perkembangan teknologi saat ini, dan sebagian besar dari mereka pintar untuk mengelola keuangan sendiri. Selain mandiri mereka juga berani, berani mengambil risiko untuk dirinya, berani mengungkapkan pendapatmya, dan berani menghadapi tantangan dengan percaya diri.

Akan tetapi apakah semua sosok gen z memiliki sikap berani dan mandiri semua? Lalu, bagaimana sebenarnya dinamika asmara Gen Z ini? Apakah mereka mampu menjalin hubungan yang sehat atau malah terjebak dengan ketergantungan dalam asmaranya sendiri?

Kemandirian adalah nilai yang sangat dijunjung tinggi oleh generasi muda saat ini. Mereka lebih sadar akan kebebasan diberbagai aspek kehidupan termasuk salah satunya yaitu hubugan asmara. Bagi kami, sebuah hubungan percintaan itu tidak seharusnya membatasi ruang gerak atau kebebasan pribadi. Kami juga menilai bahwa hubungan yang sehat adalah hubungan yang saling mendukung untuk tumbuh dan berkembang bukan hubungan yang mengikat atau mengontrol. Kemandirian dalam hubangan percintaan ini bisa dilihat dari cara mereka mendekati pasangannya. Banyak generasi z yang lebih memilih untuk membangun karier mereka, mengejar pendikikan, atau focus pada diri sendiri sebelum memutuskan untuk menjalin komitmen dengan seseorang. Mereka yang masih fokus untuk menemukan jati dirinya dan mereka yang tidak ingin kehilangan identitas pribadinya hanya demi mengutamakan pasangannya. Keinginan untuk tetap berkembang dan mencapai tujuan pribadi tanpa mengorbankan keahagiaan menjadi prioritas utama. Tetapi, seiring berkembangnya teknologi juga memberi kemudahan bagi Gen Z untuk menjalani hubungan asmaranya seperti hubungan jarak jauh atau long-distance relationship (LDR) tanpa merasa terhalang oleh jarak. Ini menunjukkan kalua mereka juga menghargai suatu hubungan atau kedekatan dengan pasangan, mereka juga bisa merasa nyaman dan mandiri dalam menjaga hubungan tanpa terus menerus bersama secara fisik.

Menurut pengamatan kami kebanyakan sosok Gen Z yang memiliki sikap mandiri dan berani itu cenderung pada seseorang yang belum mengenal asmara atau cinta. Tidak semua seperti itu hanya saja kebanyakan dari mereka. Kami memiliki teman yang pada saat itu bercerita mengenai kisah asmaranya, dia termasuk seorang yang ambis dalam belajar dan upgrade dirinya, akan tetapi ada sesuatu yang sulit lepas dalam dirinya yaitu selalu adanya seseorang (kekasih) yang dia anggap sebagai support sistem nya. Kemandiriannya untuk mengupgrade dirinya sering kali kalah dengan ketergantungan nya terhadap sosok (kekasih) ini. Ketika datang suatu problem antar keduanya, seolah-olah hal itu adalah suatu yang sangat menyedihkan. Bahkan dia bisa menangis sehari semalam hanya karena chat yang tidak di balas. Ketergantungan itu menjadi penghalang dia untuk berkembang. Selalu menunggu ucapan selamat pagi, selamat malam, ucapan-ucapan kasih sayang, ataupun perhatian-perhatian kecil yang sering dia dapatkan. Ketika sehari saja tidak mendapatkannya seakan dunia hancur, dan seluruh kegiatan yang akan dilakukannya pada hari itu terlaksana dengan mood yang buruk. Mood yang buruk tersebut disebabkan oleh overthinking terhadap pasangan mereka sendiri. Misalnya ketika biasanya chat dibalas dalam jeda waktu yang singkat dan kebetulan hari itu sudah 30 menit lamanya tidak dibalas. Yang ada dipikirannya apa? "Jangan-janagn dia udah ngga sayang sama aku?, Jangan-jangan dia udah punya yang lain?, Jangan-jangan dia selingkuh?. Dan masih banyak lagi pikiran pikiran negatif yang timbul.

Nah, dari curhatan teman kami itu bisa disimpulkan meskipun Gen Z menghargai kemandirian, mereka juga tidak bisa menghindari kenyataan bahwa hubungan asmara seringkali memunculkan rasa ketergantungan, baik secara emosional maupun psikologis. Ketergantunga ini bisa dilihat dari bagaimana mereka mengharapkan pasangannya untuk selalu hadir dalam setiap masalah yang mereka hadapi. Terkadang mereka lebih mengandalkan pasangan sebagai sumber kebahagiaan utama dan merasa cemas atau takut kehilangan jika hubungan mereka sedang terganggu. Gen Z juga merasa sulit untuk lepas dari hubungan yang tidak sehat. Terutama ketika mereka sudah merasa sangat terikat dengan pasangannya, baik itu secara emosional ataupun kerena kebiasaan. Kebiasaan ini bisa menjadi masalh untuk mereka ketika mereka tidak bisa lagi melihat situasi secara rasional dan malah terjebak kedalam hubungan yang toxic (merugikan), dimana mereka marasa sulit untuk keluar dari hubungannya walaupun mereka jelas sudah tahu kalua hubungan yang mereka jalani tidak menguntungkan.

Kemandirian dan ketergantungan juga memiliki dampak positif dan negatifnya. Disatu sisi, kemadirian dalam berhubungan bisa membantu diri kita untuk tumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat, mandiri, dan juga membantu kita memberikan batasan agar tidak terlalu bergantung dalam menjalin hubungan dengan pasangan. Kita tidak akan terjebak dalam hubungan yang hanya menguntungkan satu pihak saja melainkan untuk mencari pasangan yang bisa memberikan dukungan dan memberi ruang masing-masing dari kita untuk mengupgrade diri. Namun, kemandirian yang berlebihan juga dapat menyebabkan jarak dalam hubungan. Pasangan mungkin bisa merasa diabaikan atau kurang diperhatikan, yang pada akhirnya menimbulkan masalah dalam hubungan itu sendiri. Selain itu, kecenderungan untuk terlalu mandiri kadang membuat seseorang enggan untuk berbagi perasaan atau masalah dengan pasangannya yang seharusnya menjadi bagian penting disuatu hubungan yang sehat.

Di sisi lain ketergantungan yang berlebihan bisa merusak hubungan itu sendiri. Ketergantungan yang terlalu kuat bisa membuat kita kehilangan identitas diri dan cenderung hidup itu semua berpusat hanya untuk pasangan. Hal ini bisa mengakibatkan ketidakseimbangan suatu hubungan, dimana salah satu pihak bisa merasa tertekan atau merasa tidak bebas. Ketergantungan berlebihan juga bisa berisiko menumbuhkan rasa cemburu yang tidak sehat, kontrol hubungan yang berlebihan, atau bahkan manipulasi dalam hubungan itu sendiri.

Sering kali kita mendengar kalimat "Jangan bodoh kerena cinta". Apakah cinta bisa membuat seseorang menjadi bodoh?. Jawabannya adalah "bisa" tetapi bukan bodoh secara akademik tapi bodoh dalam bersikap. Ketika ketergantungan terhadap sosok (kekasih) hal apa saja akan dia lakukan untuk menyenangkan hati Sang Kekasih padahal bisa saja hal tersebut bukanlah hal yang dia inginkan. Tapi karena rasa sayang yang amat dalam atau sering kita sebut dengan sebutan bucin (budak cinta) . Seolah-olah akan ku daki gunung tertinggi di dunia, akan ku sebrangi lautan samudra hanya untukmu. Hal itu boleh saja dilakukan jika memang seseorang itu sudah menjadi pasangan sah kita. Baru tahap pacaran sudah berani mengorbankan mimpi-mimpinya demi kekasihnya. Iya, jika kelak nikahnya sama kamu kalua nikahnya sama orang lain. Kamu bisa apa ? Bisa nangis. Ketika teman-teman seperjuanganmu sudah meraih impiannya dan kamu masih terpuruk karena gagal menjalin asmara. Mari kita belajar bijaksana dalam hidup kita mana yang harus kita prioritaskan untuk masa depan kita. Gen Z pasti bisa !!.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun