Mohon tunggu...
Data Membangun Indonesia
Data Membangun Indonesia Mohon Tunggu... Konsultan - Lembaga Riset

Akun resmi Data Membangun Indonesia. Melihat dan membangun Indonesia dengan kajian dan data. Kunjungi kami di twitter @dmindonesia_org

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bagaimana Respon Berbagai Kota dan Negara di Dunia Selama Pandemi Covid-19?

14 Juli 2020   00:08 Diperbarui: 19 Juli 2020   09:28 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Belum diketahui, mengapa pemerintah kota Berlin tidak menampilkan data-data publik. Jelasnya, aspek ini bukan hal yang mutlak untuk dipenuhi. Buktinya, Berlin, tanpa ada data-data publik yang dipampang di laman daringnya, tetap dapat mengendalikan mata rantai COVID-19 dengan baik.

2. Aspek Preventif

Kampanye untuk Mendukung Usaha Preventif

Setiap kota atau negara, memiliki kampanye yang berbeda-beda untuk 'membujuk hati' masyarakat untuk patuh terhadap protokol pencegahan dan penyebaran COVID-19. Jakarta, sudah ngetren dengan kampanye "tinggal di rumah; bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah di rumah; 

Selalu pakai masker dan rutin cuci tangan." Kampanye ini selalu muncul di iklan-iklan masyarakat, atau sekadar menjadi ujaran atau nasihat kepada sesama jika seseorang bertemu orang lain yang tidak memakai masker ketika di luar rumah, juga di rumah-rumah makan atau tempat pusat berbelanjaan. Di Washington D. C., anjuran atau kampanye yang digadang-gadangkan adalah "Segera mengikuti tes cepat, menggunakan masker atau pelindung wajah, cuci tangan, dan tetap di rumah jika merasa tidak sehat". 

Di Berlin, kampanye yang selalu diedukasikan ke seluruh lapisan masyarakat adalah "sepuluh aturan atau protokol pokok pencegahan COVID-19". Apa yang dilakukan di Berlin, menertibkan aturan pokok, juga dilakukan di Beijing.

 Tidak terlihat kompleks dan lebih mirip disebut sebagai jargon, Selandia Baru dan Seoul lebih memilih mengampanyekan kata-kata sederhana seperti stay at home atau 3T (trace, test, treat).

Lockdown (Pembatasan Sosial)

Meskipun banyak istilah untuk menyebut lockdown, semua negara yang diulas di tulisan ini menerapkan praktik lockdown untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Berikut istilahnya.

  1. Jakarta: dilakukan dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
  2. Berlin: dilakukan dan termuat di dalam sepuluh aturan atau protokol pokok pencegahan COVID-19
  3. Washington D. C. : dilakukan dengan district's stay at home order
  4. Selandia Baru: Menampilkan COVID-19 Alarm System yang terdiri atas empat level (berisikan status terkini, dan apa-apa saja yang harus dilakukan oleh masyarakat di tiap-tiap level)
  5. Beijing: dilakukan dengan membatasi pergerakan masyarakat di tempat-tempat publik
  6. Seoul: dilakukan dengan menerbitkan tujuh aturan pokok yang harus dipatuhi oleh masyarakat selama pandemi

Monitoring Massal Tiap-tiap Individu melalui Aplikasi Khusus

Hanya ada tiga kota atau negara yang menerapkan usaha ini, yaitu Selandia Baru, Beijing, dan Seoul. Hal ini menjadi penting dan perlu disorot lebih lanjut karena pemanfaatan akses teknologi dan sistem informasi di ketiga daerah ini mungkin dapat dicontoh dan ditetapkan sebagai upaya tanggap darurat kesehatan di masa depan oleh kota atau negara lainnya.

  1. Selandia Baru: dilakukan dengan melacak seluruh pergerakan masyarakat (berpergian ke mana, kapan, dan bertemu siapa) melalui aplikasi NZ COVID
  2. Beijing: menetapkan aturan kepada seluruh masyarakat untuk mendaftarkan diri di aplikasi Health Kit. Secara praktis data-data yang termuat di aplikasi dapat digunakan untuk melacak dan mengontrol pergerakan masyarakat.
  3. Seoul: mewajibkan untuk tes mandiri melalui aplikasi yang sudah ditentukan, melacak seluruh pergerakan masyarakat melalui CCTV, handphone, GPS, dan kartu kredit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun