Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Masjid Kudus, Bukti Toleransi Beragama Sejak Sunan Kudus Sampai Sekarang

1 April 2022   10:09 Diperbarui: 3 April 2022   16:40 1092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Kudus pernah diabadikan pada uang kertas (Dokpri)

Penetapan sebagai cagar budaya peringkat nasional (Sumber: cagarbudaya.kemdikbud.go.id)
Penetapan sebagai cagar budaya peringkat nasional (Sumber: cagarbudaya.kemdikbud.go.id)

Ini berarti toleransi beragama sudah ada waktu itu. Apalagi banyak keramik Tiongkok menghiasi masjid. Islam, Hindu, Buddha, dan Tiongkok berpadu di sini.

Masjid menara yang ada sekarang ini sebenarnya telah mengalami beberapa kali perubahan, perbaikan, dan perluasan. Meskipun demikian masih terdapat beberapa bagian yang menunjukkan kekunaan.

Yang mendukung adanya toleransi adalah kaki dan badan menara yang dibangun dan diukir dengan tradisi Jawa-Hindu, termasuk motifnya. Selain itu penggunaan material batu bata tanpa perekat semen, seperti halnya pada candi.  

Pada bagian puncak atap tajug terdapat semacam mustaka (kepala) seperti pada puncak atap tumpang bangunan utama masjid-masjid tradisional di Jawa yang jelas merujuk pada unsur arsitektur Jawa-Hindu. Demikian menurut Wikipedia.

Dalam berdakwah, Sunan Kudus lebih menekankan pada kearifan lokal dengan mengapresiasi terhadap budaya setempat dan berusaha menyesuaikan diri demi memasuki masa kejayaan Hindu-Buddha. 

Dalam menyebarkan agama Islam, Sunan Kudus membaur dan melakukan pendekatan budaya. Ini karena Islam mengajarkan santun dan saling menghormati.

Hiasan pada masjid (Sumber: cagarbudaya.kemdikbud.go.id)
Hiasan pada masjid (Sumber: cagarbudaya.kemdikbud.go.id)

Salah satu nilai toleransi yang diajarkan oleh Sunan Kudus terhadap pengikutnya adalah melarang menyembelih sapi untuk dikonsumsi.  Soalnya umat Hindu menganggap sapi sebagai binatang suci. Kebiasaan itu berlangsung hingga sekarang di Kudus.

Sebagai buktinya, di Kudus kita jarang menemui soto sapi. Yang banyak adalah soto lembu atau kerbau. Beberapa tahun lalu saya pernah ke Kudus dan mencicipi soto lembu. Mayanlah, gak ada bedanya dengan soto sapi.

Menara Kudus pernah diabadikan pada mata uang kertas. Ini tentu menambah popularitas bangunan tersebut. Pada 2018 peninggalan Sunan Kudus ini ditetapkan menjadi situs cagar budaya peringkat nasional.

Kita perlu meneladani kota Kudus. Selamat menyambut bulan Ramadhan. Semoga tetap terjalin toleransi atau kerukunan antaretnis dan antaragama.***          

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun