Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

BRIN Datang, Pegawai Honorer Dirumahkan

6 Januari 2022   08:00 Diperbarui: 6 Januari 2022   08:13 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi para peneliti (Sumber: brin.go.id)

Ribut-ribut soal pemberhentian sejumlah ilmuwan imbas diintegrasikannya beberapa lembaga ke BRIN, juga bisa dibaca pada media daring. Reaksi berdatangan dari kalangan ilmuwan, akademis, dan tenaga riset.

Keputusan itu dianggap menghambat perkembangan riset dan ilmu pengetahuan.  Lembaga Eijkman yang paling bersuara keras, terutama soal riset vaksin merah putih.   Tercatat ada 39 lembaga riset yang bergabung ke dalam BRIN, antara lain BATAN, BPPT, LIPI, dan LAPAN.

Lowongan BRIN (Sumber: brin.go.id)
Lowongan BRIN (Sumber: brin.go.id)

Dinas Purbakala

Saya hanya urun rembug tentang dunia arkeologi. Kalau kita lihat sejarahnya, lembaga arkeologi berasal dari Oudheidkundige Dienst (Dinas Purbakala) yang berdiri pada 1913. Namanya kemudian menjadi Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional (LPPN). 

Pada 1975 LPPN dipecah menjadi Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional (P4N) yang bertugas di bidang penelitian arkeologi serta Direktorat Sejarah dan Purbakala  (DSP) yang bertugas di bidang pembinaan dan pengembangan sejarah dan arkeologi. 

Pada 1980 P4N berubah menjadi Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) dan DSP menjadi Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala (DP3SP kemudian Ditlinbinjarah).

Mulai 2000, Puslit Arkenas pernah beberapa kali berganti nomenklatur, yakni Pusat Arkeologi Nasional, Pusat Arkeologi, Pusat Penelitian Arkeologi (2001), Asisten Deputi Urusan Arkeologi Nasional (2003), serta Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional (2005). 

Mulai 2011 namanya kembali Puslit Arkenas. Perubahan itu terjadi karena nama departemen (sekarang kementerian) yang berganti, dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ke Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Nah, beginilah nasib arkeologi, selalu terombang-ambing di antara dua kementerian. Bahkan ada arkeologi dan purbakala sebagaimana nama institusi kala itu, yakni Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Direktorat Purbakala (Tinggalan Purbakala/Cagar Budaya).

Seharusnya kita punya lembaga tunggal Arkeologi Nasional, seperti halnya Perpustakaan Nasional dan Arsip Nasional. Nama Perpustakaan dan Arsip tetap bertahan hingga kini.  Kita lihat saja betapa tinggalan-tinggalan arkeologi sangat menarik dari seringnya penggalian liar di darat dan air, juga pencurian artefak dari museum. Belum lagi soal benda-benda arkeologi kita yang diselundupkan ke luar negeri dan benda-benda yang masih berada di tangan kolektor atau museum. Jadi arkeologi harus mendapatkan perhatian khusus.  

Sekarang arkeologi memiliki dua induk, yakni BRIN untuk bidang penelitian dan Kemendikbudristek untuk bidang pelestarian. Kita harapkan dengan bergabung ke BRIN, akan lebih banyak penelitian arkeologi yang bermanfaat buat masyarakat. Bahkan memiliki kapal riset untuk penelitian arkeologi maritim dan arkeologi bawah air.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun