Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memperkokoh Persaudaraan Peranakan Tionghoa Lewat Kebangsaan dan Kebudayaan

30 Agustus 2021   12:23 Diperbarui: 30 Agustus 2021   14:06 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengikuti parade di Australia pada 2009 dengan menampilkan budaya Indonesia (Dok. Pertiwi)

Orang-orang Tiongkok sudah sejak lama mengenal Nusantara. Seorang biksu atau pendeta, Fa-hsien, pada abad ke-4 pernah mampir ke Nusantara. Begitu pula I-ching dua abad kemudian. Malah I-ching belajar agama Buddha di Kerajaan Sriwijaya mulai 671.

Yang jelas, banyak narasi sejarah Nusantara, berasal dari sumber-sumber Tiongkok yang dikenal sebagai Kitab Sejarah Para Dinasti, atau singkatnya Berita Tiongkok. Sebagaimana Indonesia yang terdiri atas kerajaan/kesultanan, dulu belum ada negara Tiongkok. Yang berkuasa adalah para dinasti seperti Dinasti Tang, Dinasti Song,   Dinanti Ming, dan terakhir Dinasti Qing atau Ching.

Sejak lama percampuran kebudayaan sudah terjadi di seluruh penjuru dunia. Termasuk di Indonesia yang memiliki etnis Tionghoa. Etnis Tionghoa sudah lebih dari seribu tahun bermukim di Nusantara. Etnis ini juga ikut berperan dalam pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menanamkan kebanggaan menjadi orang Indonesia lewat anak-anak sekolah (Dok. Pertiwi)
Menanamkan kebanggaan menjadi orang Indonesia lewat anak-anak sekolah (Dok. Pertiwi)

Teng Lang

Temuan arkeologi yang menunjukkan hubungan dengan Tiongkok cukup banyak di Nusantara. Sebagian besar berupa keramik dan mata uang logam (koin) dari berbagai situs arkeologi. Entah mengapa, orang-orang Tionghoa di Indonesia menyebut dirinya Teng lang, yang berasal dari dialek Hokkian. Teng lang berarti 'orang dari Dinasti Tang'. Menurut catatan sejarah, Dinasti Tang berkuasa pada 618-907, yang selanjutnya digantikan Dinasti Song.

Dalam perjalanannya itu masyarakat Tionghoa telah membumi dan melebur menjadi penduduk asli Indonesia. Mereka telah melakukan kawin campur dengan penduduk asli Nusantara. Hingga sekarang tentu telah beranak pinak. Mereka ini disebut Peranakan Tionghoa.

Khusus di Tangerang dan sekitarnya, Peranakan Tionghoa diketahui sudah bermukim di sepanjang Sungai Cisadane sekitar 1407,  saat Dinasti Ming berkuasa di Tiongkok.  Saat ini mereka dikenal sebagai Cina Benteng.

Di Tangerang ada seorang tokoh Peranakan Tionghoa yang cukup dikenal. Namanya Udaya Halim. Saat ini ia menjadi tokoh sentral di Museum Benteng Heritage yang berlokasi di Pasar Lama Tangerang, tepatnya di Jalan Cilame. Ia juga seorang pendidik, aktivis kebudayaan, bahkan fotografer. Tujuan ia mendirikan museum adalah untuk melestarikan kebudayaan Tionghoa.

Bakti sosial Pertiwi untuk korban bencana (Dok. Pertiwi)
Bakti sosial Pertiwi untuk korban bencana (Dok. Pertiwi)

Pertiwi

Berkat peran Udaya kemudian lahir organisasi Pertiwi, yang berarti Persaudaraan Tionghoa Warga Indonesia. Sejak lama budaya Tionghoa sudah bercampur baur dengan berbagai kebudayaan lain sebagaimana tergambar dari baso, mie, sekoteng, dan berbagai kuliner lain.

Udaya sering menyelenggarakan webinar, terutama yang menyangkut kebangsaan. Webinar terakhir ia selenggarakan pada Minggu, 29 Agustus 2021. Ia selalu menanamkan kebanggaan menjadi orang Indonesia melalui kegiatan kursus, sekolah, dan permuseuman.

Sebagai aktivis, ia sering berbagi demi kemanusiaan. Misalnya berbagi untuk korban bencana alam dan untuk masyarakat yang terdampak pandemi Covid.

Organisasi Pertiwi kemudian dikembangkan oleh Udaya. Di Australia, Pertiwi sudah mulai terbentuk. Maklum Udaya sedang bermukim di Perth.

Pertiwi memang mulai berkembang di mancanegara. Hal ini terlihat dari komentar para peserta webinar yang bermukim di sejumlah negara. Termasuk Siaw Tiong Djin yang memuji aktivitas Udaya. Siaw saat ini bermukim di Australia, namun lain kota dengan Udaya.

Siaw sempat memaparkan istilah Tionghoa Peranakan yang mengacu kepada pria Tionghoa yang pergi dari Tiongkok seorang diri lalu kawin dengan wanita Nusantara. Selanjutnya ada istilah Tionghoa Totok, yang menunjukkan suami isteri datang ke Nusantara lalu menghasilkan keturunan di antara mereka.  

Menurut Udaya, sejak abad ke-20 istilah Peranakan Tionghoa merujuk pada orang Tionghoa yang lahir di luar Tiongkok dan menjadi penduduk serta warga negara setempat di Nusantara dan telah melakukan akulturasi budaya.

Sesuai perjalanan sejarah lahirnya bangsa Indonesia, Peranakan Tionghoa telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dan telah diakui sebagai salah satu suku yang ada di Nusantara sesuai yang tersirat dan tersurat di UUD 1945 berdasarkan kesepakatan pendiri bangsa.

Oleh karenanya, kata Udaya, Persaudaraan Pertiwi mempunyai misi untuk memperkokoh persaudaraan Peranakan Tionghoa dan melakukan 4 K sebagai pedoman kegiatan Pertiwi, yakni Kemanusiaan, Kebudayaan, Kebangsaan, dan Kesetaraan.

Dalam beberapa tahun terakhir, Pertiwi telah melakukan sejumlah kegiatan kebudayaan. Tentu demi Indonesia maju.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun