Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Karena Sulitnya Pengawasan, Banyak Sisa Kapal Kuno yang Tenggelam Telah Dimutilasi dan Hilang

19 Mei 2020   17:31 Diperbarui: 20 Mei 2020   04:51 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyelam dan sisa kapal kuno (Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Sebagian besar negara kita terdiri atas lautan. Potensinya begitu luar biasa karena terletak di antara dua benua dan dua samudera. Sejak lama berbagai kebudayaan masuk ke Nusantara lewat jalur laut. Maklum, jalur perdagangan Nusantara amat strategis sehingga ramai dilewati kapal-kapal mancanegara.

Kapal-kapal besar melewati laut dalam, sementara kapal-kapal yang lebih kecil melewati laut dangkal. Mereka membawa komoditi perdagangan dari negara mereka atau dari negara yang disinggahi. Kemudian membawa barang dagangan dari Nusantara untuk dibawa kembali ke negara-negara yang disinggahi.

Dalam perjalanan, baik ke dan dari Nusantara, tentu ada hambatan yang mereka temui. Akibatnya kapal mereka tenggelam. Penyebab kapal tenggelam antara lain peperangan, menabrak karang, dihantam badai, dan kerusakan teknis macam kebocoran di bagian kapal. 

Sejak lama bangkai kapal-kapal tenggelam banyak terdapat di perairan Nusantara. Umumnya berupa kapal kargo. Hanya sedikit yang berupa kapal perang.

Adanya kapal tenggelam bisa diketahui dari catatan di negara asal.  Banyak kapal yang tidak kembali. Banyak kapal diketahui membawa harta karun. Ada yang diambili nelayan-nelayan lokal. 

Ada yang dijarahi sindikat internasional, macam eksplorasi ilegal kapal Der Geldermalsen dan Tek Sing, yang hasil lelangnya di mancanegara mencapai jutaan dollar.

Beberapa kegiatan arkeologi di dalam air (Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id)
Beberapa kegiatan arkeologi di dalam air (Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id)
Ngobrol asyik

Tentu saja kita harus belajar dari kejadian-kejadian di masa lalu. Untuk itulah Direktorat Pelindungan Kebudayaan membuat acara "Ngobrol Asyik Daring Upaya Pelindungan Cagar Budaya Bawah Air" pada Selasa, 19 Mei 2020. 

Maklum pandemi masih membatasi kegiatan interaktif. Jadi lewat Zoom cukuplah bermanfaat. Bahkan tanpa disangka, sekitar 190 orang berpartisipasi dalam kegiatan ini.  

Ada tiga narasumber dalam kegiatan tersebut, yakni Direktur Pelindungan Kebudayaan Pak Fitra Arda, Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Nasional Pak Junus Satrio, dan Pemerhati Cagar Budaya Bawah Air Pak Stefanus. Acara dimoderatori oleh Pak Desse Yussubrasta.

Pak Fitra menilai cagar budaya harus memberikan kontribusi bagi pembangunan nasional. Untuk itulah negara harus hadir. Kehadiran negara sudah tampak, misalnya dengan melakukan penelitian atau perawatan terhadap kapal-kapal kuno. 

Namun kekurangan kita, katanya, dalam hal narasi. Pak Fitra mencontohkan bagaimana temuan keramik bisa bercerita banyak. Misalnya dihubungkan dengan tradisi tertentu oleh etnis tertentu untuk menyimpan tali ari-ari. Atau bagaimana kalau rendang disimpan dalam wadah keramik, apakah lebih awet atau tidak.

Pak Fitra menyinggung pula soal Jalur Rempah yang direncanakan pada 2024 akan diajukan ke UNESCO. Untuk itu tentu saja masih perlu penelitian terutama dihubungkan dengan jalur pelayaran.

Pak Junus Satrio (Dokpri)
Pak Junus Satrio (Dokpri)
Harta karun

Menurut Pak Stefanus, masyarakat lebih menilai wreck (istilah untuk kapal tenggelam) identik dengan harta karun. Pemahaman publik, harta karun adalah uang. Pemahaman seperti inilah yang harus diganti, kata Pak Stefanus.

Karena pemahaman akan uang itulah. Pak Stefanus pernah menemukan kapal besi yang sudah dipreteli. 

"Pada 2004 masih utuh tapi pada 2014 bagian lambung sudah hilang. Bagian lain yang tadinya ada empat, kemudian tinggal satu," kata Pak Stefanus memberi contoh.

Banyak bagian kapal telah dimutilasi tanpa diketahui aparat berwenang. Maklum sulit pengawasan karena berada di dasar laut. "Padahal harta karun yang sesungguhnya adalah ilmu pengetahuan," kata Pak Stefanus.

Pak Junus berbicara soal teknologi yang kita miliki. Sebelumnya beliau melihat dampak BMKT yang merupakan singkatan dari Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam, menguntungkan negara dan pengusaha.

Dulu memang sistem bagi hasil, artinya pengusaha sebagai pemodal proyek eksplorasi dan pemerintah sebagai pemberi izin mendapat masing-masing 50% dari hasil penjualan, dengan syarat negara memilih terlebih dulu koleksi yang unik untuk museum.

Penulis, moderator, dan Pembicara (Dokpri)
Penulis, moderator, dan Pembicara (Dokpri)
Menurut Pak Junus, umumnya nelayan memiliki insting yang bagus untuk mengetahui lokasi-lokasi kapal tenggelam. Namun koordinat tidak di-share secara terbuka. Yang mau tahu harus bayar, dan umumnya pengusaha-pengusaha eksplorasi yang menggunakan jasa nelayan.

Pengalaman Pak Junus, lokasi kapal tenggelam telah banyak diambili penjarah. Bahkan sisa-sisa kapal telah hilang dan terdapat lubang cukup besar di lokasi tersebut.

"Untuk menemukan lokasi perlu teknologi. Karena itu pengecekan lokasi sulit," katanya soal belum adanya penetapan cagar budaya terhadap tinggalan dari dalam air.

Menurut Pak Fitra, pihaknya akan mengusahakan Dana Perwalian untuk membantu komunitas cagar budaya dalam rangka melindungi cagar budaya bawah air.

Memang soal CBBA atau Cagar Budaya Bawah Air masih belum padu karena belum ada harmonisasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Direktorat Cagar Budaya Bawah Air pun cuma bertahan beberapa waktu, sebelum akhirnya lebur ke dalam Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman.

Kita harapkan kegiatan sejenis akan terus berlangsung, baik di masa pandemi maupun setelah pandemi usai. Ini untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat awam di berbagai wilayah.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun