Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tradisi Rabo-rabo dan Mandi-mandi di Kampung Tugu, Jakarta Utara

8 Januari 2019   16:25 Diperbarui: 8 Januari 2019   21:08 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saling mencoreng muka dengan bedak (Foto: KPBMI)

Setelah lebih dari 30 tahun, saya kembali menjejakkan kaki di Kampung Tugu, Jakarta Utara. Dalam dunia arkeologi situs Tugu amat dikenal. Di kampung itu pernah ditemukan Prasasti Tugu, yang pernah saya tulis di sini. Uraian lainnya bisa lihat pula yang ini. Begitu kendaraan berhenti di depan lokasi, tampak Gereja Tugu seakan menunggu kedatangan kami. Bangunan kuno itu berasal dari pertengahan abad ke-17.

Kebetulan hari itu, Minggu, 6 Januari 2019 akan diselenggarakan acara tradisi tahunan Mandi-mandi. Acaranya berlangsung di gedung baru, sekitar sepuluh meter dari bangunan gereja. Karena acara masih lama, kami berkeliling dulu di seputar Gereja Tugu. Di halaman depan tampak beberapa makam para tokoh gereja.

Kami ditemani Pak Arthur Michiels. Beliau bercerita panjang lebar tentang kampung Tugu, Mardijker, Gereja Tugu, Portugis, dan lain-lain. Kami diajak masuk ke dalam gereja.

Komunitas KPBMI berfoto di depan lonceng (Foto: KPBMI)
Komunitas KPBMI berfoto di depan lonceng (Foto: KPBMI)
Mandi-Mandi

Mandi-Mandi rutin diselenggarakan oleh warga Kampung Tugu, yang umumnya peranakan Portugis setiap Minggu pertama bulan Januari. Salah satu kegiatan unik pada acara Mandi-Mandi adalah saling mencoreng wajah dengan bedak cair, sebagai simbol membersihkan diri dari segala kesalahan untuk memasuki tahun baru.

Sebelum acara puncak berlangsung, masyarakat dihibur oleh anak-anak, remaja, dan dewasa dengan tarian dan nyanyian. Setelah makan siang, barulah acara Mandi-Mandi dimulai.

Ada keakraban di antara masyarakat Tugu yang umumnya beragama Protestan. Hampir setiap keluarga menyumbang makanan, untuk disantap bersama dengan para undangan.

Seusai makan siang, acara Mandi-Mandi dimulai. Bukan hanya warga sekitar yang saling coreng. Tamu-tamu yang hadir pun boleh saling mencoreng. Termasuk dari komunitas saya, Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI). Beberapa komunitas yang sering blusukan pun hadir pada acara itu.

Keroncong Tugu mengawali Mandi-mandi (Foto: KPBMI)
Keroncong Tugu mengawali Mandi-mandi (Foto: KPBMI)
Rabo-Rabo

Sebelumnya pada 1 Januari 2019 berlangsung acara Rabo-Rabo.  Tradisi tahun baru itu ditandai dengan menyalami, bahkan mencium pipi kanan dan kiri. Tradisi Rabo-Rabo sudah lama dilakukan. Dalam acara itu, setiap mampir ke rumah, ada yang ikut ke rumah lain sampai rumah terakhir.

Bukanlah Kampung Tugu namanya kalau tidak ada musik keroncong. Keroncong Tugu sudah cukup populer. Tradisi Mandi-Mandi dan Rabo-Rabo selalu diiringi musik keroncong.

Saking uniknya Keroncong Tugu---karena  berbeda dengan musik keroncong pada umumnya---Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2016 lalu memberikan penghargaan sebagai warisan budaya tak benda. Maestro keroncong Tugu yang masih bertahan terdiri atas keluarga Quicko dan Michiels. Pemain keroncong Tugu umumnya berasal dari keturunan Mardijker.

Seni musik ini sampai ke Kampung Tugu sekitar abad ke-17. Disebut Keroncong Tugu karena hanya berkembang di Kampung Tugu. Dulu musik ini disebut Cafrinho Tugu. Kalau ada acara-acara khusus di lingkungan Pemprov DKI Jakarta, keroncong Tugu hampir selalu ditanggap.

Makam tertua di Tugu (Foto: KPBMI)
Makam tertua di Tugu (Foto: KPBMI)
Candrabhaga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun