Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kota Tua Jakarta Jangan Menjadi Kota Mati

25 November 2018   06:31 Diperbarui: 25 November 2018   15:00 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari kiri Firman Haris, Budi Trinovari, Yiyok T. Herlambang, dan Candrian Attahiyyat (Dokpri)

Sekitar 50 orang yang berkepentingan, berkegiatan, atau mendukung  Kota Tua Jakarta, Sabtu, 24 November 2018 bersilaturahim di Museum Bank Indonesia. Acara itu bertajuk Forum Tata Kelola Pariwisata Kotatua Jakarta. Pemaparan dan tanya jawab menjadi masukan untuk pengelolaan kotatua agar menjadi lebih baik.

Yiyok T. Herlambang, Kepala Museum Bank Indonesia sekaligus Ketua Asosiasi Museum Indonesia di Jakarta atau Paramita Jaya, memaparkan keberadaan museum di Kota Tua Jakarta, yakni Museum Bank Mandiri, Museum Bank Indonesia, Museum Wayang, Museum Sejarah Jakarta, Museum Seni Rupa dan Keramik, serta Museum Bahari. Museum-museum itu bisa menjadi potensi menarik wisatawan.

Norviadi P. Husodo, Kepala Unit Pengelola Kawasan Kotatua Jakarta, mengatakan masalah pedagang yang masih semrawut. Sejak lama memang para pedagang susah diatur, padahal dulu sudah dbagi-bagi dalam klaster di sekitar kotatua.

Firman Haris, mantan Kepala Museum Mandiri yang aktif di Local Working Group Kotatua Jakarta, mempresentasikan proposal yang akan diajukan ke pihak terkait. Proposal ini menarik perhatian Norviadi karena merupakan hal baru.

Kota mati

Pemikiran oleh Firman Haris (Dokpri)
Pemikiran oleh Firman Haris (Dokpri)
Candrian Attahiyyat, mantan Kepala UPK Kotatua Jakarta, ikut berbicara. Menurutnya, kalau dikaitkan dengan pariwisata, kotatua Jakarta menjadi 'kota mati'. Artinya banyak bangunan telah berubah fungsi dan tidak ada aktivitas kehidupan sehari-hari. 

"Mana orang Tionghoa-nya, mana orang Arab-nya, mana orang Belanda-nya," katanya. Untuk itu biarkan ada aktivitas masa kini di kotatua sehingga menjadi 'hidup', misalnya aktivitas bongkar muat, sekolah, dan perbankan.

Memasukkan Kota Tua Jakarta Jakarta sebagai Warisan Dunia memang gagal. Ada berbagai penyebab kegagalan itu, seperti titik singgung proyek reklamasi yang tidak memenuhi syarat. Ada juga soal bukti-bukti arkeologis yang tidak sesuai, misalnya tentang kejayaan perdagangan namun tinggalan yang tersisa berupa asrama haji di Pulau Onrust.

Kota Tua Jakarta Jakarta bisa diusulkan lagi jadi warisan dunia dalam empat tahun ke depan. Cuma topiknya harus diganti, menjadi kota yang berkesinambungan. Jadi bukan masa abad ke-18---ke-19 sebagaimana yang diajukan selama ini.

Para peserta forum silaturahim terdiri atas perwakilan museum, komunitas, karang taruna, ibu PKK, dan lain-lain (Dokpri)
Para peserta forum silaturahim terdiri atas perwakilan museum, komunitas, karang taruna, ibu PKK, dan lain-lain (Dokpri)
Budi Trinovari, Kepala Museum Mandiri, juga ikut berbicara. Ia bercerita tentang peran NHM (Nederlandsche Handel-Maatschappij) sebagai perusahaan swasta terbesar di Hindia-Belanda. Saat ini Gedung NHM menjadi Museum Mandiri.

Ryan dari Galeri Malaka, Sanen dari Komunitas Onthel, Daeng Mansur Amin dari Sunda Kelapa Heritage, karang taruna, ibu-ibu PKK, dan beberapa lagi ikut memberikan masukan. Demikian juga dengan seorang pemilik akomodasi yang juga traveller. Dia menceritakan pengalaman di mancanegara, mulai dari bandara hingga hotel.

Masukan lain dari peserta, perlunya wisata satu jam, wisata dua jam, dan seterusnya di kotatua. Bisa dengan wisata jalan kaki atau wisata dengan onthel. Di kotatua banyak obyek, jadi bisa disesuaikan dengan waktu. Adanya pusat informasi buat pengunjung ikut menjadi perhatian.

Kota tua di Jakarta memang berbeda dari kota-kota tua lain. Karena itu namanya ditulis nyambung, kotatua.

Forum Tata Kelola Pariwisata Kotatua Jakarta sempat kosong kegiatan. Diharapkan masukan-masukan ini akan ditindaklanjuti dan forum sejenis tetap berlangsung untuk evaluasi. Yang penting kegiatan pariwisata harus mendukung pelestarian budaya.

Gotong royong menjadi upaya terpenting, terutama dalam berkegiatan. Harus ada kolaborasi antara pihak travel, komunitas, pemilik restoran, pemilik akomodasi, dan lainnya. Tanpa gotong royong, sia-sialah upaya kita untuk melestarikan warisan masa lalu sekaligus meningkatkan kepariwisataan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun