Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dhani Punya Dewan Museum, Semoga Jakarta Tidak Lagi Menjadi "Kota Gila"

4 Juli 2017   21:42 Diperbarui: 6 Juli 2017   22:14 1121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Sejarah Jakarta (Dokpri)

Saya tidak mau berpolemik soal Dhani jadi di Dewan Museum atau tidak. Dia belum bekerja kok, jadi tidak ada yang perlu diperdebatkan dulu. Kalaupun dia di Dewan Museum tentu harus ada koordinasi dengan institusi museum dan organisasi profesi museum.

Selain itu harus berkoordinasi dengan Tim Ahli Cagar Budaya dan Tim Sidang Pemugaran untuk masalah pelestarian arkeologi. Mengingat sejak lama banyak pembongkaran bangunan kuno karena derasnya pembangunan fisik, tentu tim di bawah gubernur baru DKI Jakarta harus bekerja sungguh-sungguh. Selama ini peninggalan arkeologi di Jakarta sudah banyak tergerus pembangunan dan tertutup hutan beton. Bahkan Studi Kelayakan Arkeologi untuk pembangunan fisik selalu diabaikan.

Sejak lama Jakarta telah menjadi 'Kota Gila' karena perobohan bangunan-bangunan lama direstui pemerintah pusat. Kita pernah kehilangan Hotel des Indes yang megah pada zamannya. Juga Gedung Societeit de Harmonie tempat nongkrong bule-bule kaya waktu itu.

Kita lihat kiprah Dewan Museum dan juga harusnya Dewan Arkeologi. Itu kalau benar-benar ada. Lestarikan budaya dan sejarah Jakarta. Kembalikan julukan "Ratu dari Timur". Semoga Dhani punya Dewan Museum, sehingga Jakarta tidak lagi menjadi "Kota Gila". Dalam waktu dekat yang harus dibenahi adalah pengelolaan Kota Tua Jakarta sehingga tidak dipenuhi pedagang dan pengamen.***


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun