Selasa siang lalu ketika sedang berkunjung ke Museum Seni Rupa dan Keramik di Jakarta Kota, telepon genggam saya berbunyi. “Pak, Kamis, 20 Oktober 2016 kami mengundang bapak untuk acara pembukaan pameran tokoh Dokter Moewardi. Undangan akan kami kirim lewat surat elektronik,” begitu kata staf Museum Sumpah Pemuda. Sorenya saya cek memang surat elektronik sudah masuk.
Nama dokter Moewardi jelas masih asing di telinga masyarakat. Di Jakarta nama Moewardi hanya diabadikan untuk nama jalan di bilangan Grogol, Jakarta Barat. Dikabarkan, nama Moewardi juga diabadikan sebagai nama jalan di beberapa kota. Di Surakarta, menjadi nama rumah sakit, lengkapnya RSUD Dokter Moewardi.
Pembukaan pameran berlangsung pagi hari, dimulai sekitar pukul 09.00 dengan lagu Indonesia Raya, sambutan, dan doa. Dari situ saya tahu bahwa Dokter Moewardi juga seorang pandu. Pamerannya sendiri bertema “Pengabdian Seorang Dokter Nasionalis” dan akan berlangsung hingga 20 November 2016 di aula Museum Sumpah Pemuda. Oh ya, museum ini beralamat Jalan Kramat Raya No. 106, tidak jauh dari perempatan Senen.
Lumayan juga saya mendapat brosur. Dari situ saya tahu Moewardi lahir pada 30 Januari 1907 di Dusun Randu Kuning, Kecamatan Pati Lor, Jawa Tengah. Ia pernah bersekolah di Hollandsch Inlandsche School (HIS) dan Europeesche Lagere School (ELS). Pada 1921 ia tamat dari ELS, lalu melanjutkan ke sekolah kedokteran di Batavia yang populer disebut STOVIA. Moewardi lulus sebagai dokter bumiputera pada 1933.
Selepas itu Moewardi bergabung dengan Jong Java Padvinder (JJP). Pada 1929 nama JJV diubah menjadi Pandu Kebangsaan. Selanjutnya Pandu Kebangsaan, Pandu Sumatera (PPS), dan Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie (INPO), melebur menjadi Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) pada 1930.
Dokter
Dari brosur diketahui pula Moewardi pernah mengabdi sebagai dokter. Sampai masa pendudukan Jepang, ia bertugas di CBZ, sekarang RSU Cipto Mangunkusumo. Ia pernah membuka praktek di Jalan Raden Saleh dengan bayaran sukarela. Begitu juga ketika berpindah ke Jalan Teuku Cik Ditiro.
Dokter Moewardi terkenal dengan sebutan Dokter Gembel. Ia memang senang bergaul dengan gembel daripada golongan atas. Tempat nongkrongnya di Tanah Abang (1930).
Barisan Pelopor
Pada masa pendudukan Jepang, Dokter Moewardi menjadi ketua Barisan Pelopor Daerah Batavia. Organisasi ini menjadi wadah dan sarana perjuangan para pemuda. Pada masa sekitar proklamasi, dokter Moewardi ikut mengambil keputusan untuk menculik Soekarno ke Rengasdengklok.
Moewardi mengerahkan Barisan Pelopor sebanyak mungkin ke lapangan IKADA. Setelah proklamasi, nama Barisan Pelopor diubah menjadi Barisan Pelopor Republik Indonesia (BPRI). Setelah dipindahkan ke Surakarta pada 1946, nama Barisan Pelopor diubah lagi menjadi Barisan Banteng.
Dokter Moewardi bersama Maruto Nitimiharjo dan Rustam Effendi membentuk Gerakan Revolusi Rakyat (GRR) pada 6 Juni 1948. GRR dinyatakan sebagai musuh oleh Front Demokrasi Rakyat (FDR). Konflik antara GRR dengan FDR berujung pada penculikan dokter Moewardi pada 12 September 1948. Sejak penculikan itu jenazah dokter Moewardi tidak pernah ditemukan. Dokter Moewardi dianugerahi gelar pahlawan nasional pada 1964.
Nah, kalau penasaran dengan kisah heroik dokter Moewardi, langsung aja deh ke TKP. Selain info tentang Dokter Moewardi, Anda bisa melihat pernak-pernik peninggalannya. Pameran berlangsung tiap hari, kecuali Senin tutup.