Mohon tunggu...
Josua Sibarani
Josua Sibarani Mohon Tunggu... Konsultan - Pembelajar

Pembaca, Pembelajar, Mencoba Menulis

Selanjutnya

Tutup

Money

PPnBM Mobil Nol Persen, Pemerintah Bakar Uang?

6 April 2021   19:05 Diperbarui: 6 April 2021   19:12 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iwan Kawul/Radar Solo

Relaksasi Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) nol persen telah berlaku sejak 1 Maret lalu. Relaksasi tersebut membawa angin segar pada industri otomotif nasional. Hal ini membuat harga kendaraan-kendaraan baru mengalami penurunan secara signifikan.

Apakah PPnBM mobil nol persen ini membuat pemerintah merugi atau malah untung? Dampak PPnBM mobil nol persen memang dapat menyebabkan pendapatan negara dari pajak akan menurun.

Pemerintah memperkirakan penurunan rasio perpajakan untuk tahun fiskal 2021 sebesar 8,25 - 8,63 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Menurut Kompas (12/5/2020), angka tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2020 (11,5 persen) dan tahun 2019 (10,73 persen).

Semoga tidak juga membakar lebih besar subsidi BBM. Tengoklah Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2021, belanja subsidi pemerintah untuk BBM dan LPG 3 kg meningkat 32,6 persen menjadi Rp54,4 triliun dibandingkan dengan outlook belanja subsidi pada 2020 senilai Rp41,1 triliun. Adapun, dari total Rp54,4 triliun, sebesar Rp16,6 triliun akan dialokasikan untuk subsidi jenis BBM tertentu, sedangkan Rp37,8 triliun akan dialokasikan untuk subsidi LPG tabung 3 kg (Bisnis, 19/08/2020). 

Selain itu.  Industri otomotif nasional kembali bergairah. Ini terbukti. PT Toyota Astra Motor mencatat total 40.622 Surat Pemesanan Kendaraan (SPK) sepanjang Maret 2021. Angka ini meningkat 80 persen dibanding bulan sebelumnya yang hanya 22.496 SPK.

Bakar Uang

Praktik bakar uang pernah dilakukan Henry Ford. Ford gelisah. Saat industri otomotif mulai menggeliat. Tapi, banyak orang kehilangan pekerjaan dari bengkel kereta dan peternakan kuda.

Awal abad 20, industri otomotif membuat hanya berdasarkan pesanan (tailor-made). Akibatnya, hanya sekitar 200 orang yang bisa punya mobil pada tahun 1900. Bahkan, sampai tahun 1909 hanya 2.000 unit. Jumlah tersebut tidak cukup untuk melahirkan industri-industri penopang dari kaca, dealership, sampai ke sektor konstruksi dan pembiayaan.

Setelah Ford melakukan strategi "bakar uang", industri otomotif ini mulai berubah mencapai  skala ekonomis. Cara Ford "bakar uang", harga mobil Model T Ford seharga 1.000 dollar AS dimurahkan sepertiganya menjadi 350 dollar AS per unit. Maka, permintaan mobil pun melonjak menjadi 2 jutaan, tapi itu baru terjadi 14 tahun kemudian, tahun 1922 (Kasali, 2019).  

 

Siapa yang untung?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun