Mohon tunggu...
Josua Sibarani
Josua Sibarani Mohon Tunggu... Konsultan - Pembelajar

Pembaca, Pembelajar, Mencoba Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang Amir Sjarifoeddin, Sang Perdana Menteri Indonesia

19 Desember 2017   06:00 Diperbarui: 19 Desember 2017   18:26 1020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Amir_Sjarifoeddin

"Amir Sjarifoeddin mempunyai pengaruh besar di kalangan massa dan orang yang tak mengenal kata takut" -Netherlands Expeditionary Forces Intelligence Service (NEFIS), 9 Juni 1947.

Tepat hari ini, 19 Desember, 69 tahun yang lalu, Amir Sjarifoeddin gugur dieksekusi mati oleh bangsanya sendiri. Kata lain. Revolusi yang memakan anak kandungnya sendiri.

Amir Sjarifoeddin Harahap lahir di Medan, 27 April 1907 dari pasangan Djamin Baginda Soripada Harahap dan Basunu Siregar. Amir menikmati pendidikan di Europeesche Lagere School - sekolah dasar berbahasa Belanda - di Medan (1914-1921). Pada tahun 1921, Amir melanjutkan sekolah menengah di Leiden. 

Setelah lulus sekolah menengah, Amir melanjutkan ke pendidikan tinggi di Haarlem (1926). Di Belanda, Amir aktif berorganisasi pada Perhimpunan Siswa Gymnasium, Haarlem. Selain itu, beliau menjadi penggerak kelompok diskusi Kristen yang bernama Christelijte Studenten Vreeninging op Java (CSV op Java).  CSV op Java ini sebagai cikal bakal lahirnya Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI). 

Di Belanda, Amir menumpang di rumah Dirk Smink - seorang guru penganut Kristen Calvinis. Namun baru naik tingkat dua, tahun 1927, Amir pulang ke Indonesia. Lalu, Amir berhasil memperoleh gelar sarjana hukum di Batavia. Amir dibaptis di sebuah gereja - HKBP Kernolong - di Batavia pada 1931.

Ayah Amir - Djamin Baginda Soripada Harahap - sebagai murid juga di sekolah dasar berbahasa Belanda, Europeesche Lagere School (ELS) di Medan tahun 1893 dan lulus 1900.

Bahkan, kakek Amir - Sjarif Anwar gelar Sutan Gunung Tua - sudah mengenyam sekolah rakyat di Sipirok. Gurunya adalah Ludwig Ingwer Nommensen - seorang misionaris terhadap Suku Batak dan pendiri Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Kemudian, kakek Amir melanjutkan ke sekolah guru (kweekschool) di Tano Bato yang diasuh oleh Willem Iskander - tamatan dari Belanda.

Karier Amir Sjarifoeddin

Amir Sjarifoeddin dan Sanusi Pane membidani lahirnya Jong Bataks Bond (JBB) pada 24 Oktober 1926 di Bandung. Pada tahun 1928, Amir turut berpartisipasi sebagai bendahara pada Kongres Pemuda II. Beliau sebagai wakil dari JBB.

Amir Sjarifoeddin menjadi pimpinan redaksi majalah Perhimpunan Pemoeda Pelajar Indonesia (PPPI) selama tahun 1928-1930. Tahun 1931, Amir mendirikan Partai Indonesia (Partindo). Lalu, mendirikan Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) sembari menulis dan menjadi redaktur "Poedjangga Baroe".  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun