Mohon tunggu...
Matthew Gilchrist D
Matthew Gilchrist D Mohon Tunggu... Auditor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Negara-negara Maju, Pencuri Berkedok Penelitian?

25 Agustus 2019   15:27 Diperbarui: 25 Agustus 2019   15:37 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Salam buat para pembaca Kompasiana! Pada kesempatan kali ini saya ingin membahas tentang kultur jaringan, dan apakah boleh negara-negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat melakukan penelitian kultur jaringan di negara lain dan dikembangkan di negara mereka sendiri? Mungkin dalam pelajaran Biologi SMP atau SMA kalian pernah mendengar kata-kata Kultur Jaringan. Tapi apa sih sebenarnya arti kultur jaringan itu?

Pertama-tama mari mendalami apa itu Kultur Jaringan dan sejarah dari Kultur Jaringan ini. Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi atau memisahkan bagian tertentu dari tanaman seperti sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dalam kondisi aseptik, sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali. Jadi, pada dasarnya kuktur jaringan merupakan salah satu metode reproduksi vegetatif buatan pada tanaman.

Penemuan teknik kultur jaringan dimulai pada tahun 1838 ketika ilmuwan bernama Schwann dan Schleiden mengemukakan teori totipotensi yang pada intinya mengatakan bahwa bahwa sel-sel bersifat otonom. Teori ini pada dasarnya menyatakan bahwa sel-sel tersebut mampu beregenerasi menjadi tanaman lengkap.

Teori yang dikemukakan ini merupakan dasar dari spekulasi seorang ilmuwan bernama Haberlandt pada awal abad ke-20 yang menyatakan bahwa jaringan tanaman dapat diisolasi dan dikultur dan berkembang menjadi tanaman normal dengan melakukan manipulasi terhadap kondisi lingkungan dan nutrisinya. Walaupun usaha Haberlandt menerapakan teknik kultur jaringan tanaman pada tahun 1902 pada akhirnya mengalami kegagalan, namun antara tahun 1907-1909 ilmuwan bernama Harrison, Burrows, dan Carrel berhasil mengkulturkan jaringan hewan dan manusia secara in vitro, atau di dalam sebuah gelas.

Pada awalnya, perkembangan teknik kultur jaringan tanaman berada di belakang teknik kultur jaringan manusia. Hal itu disebabkan oleh lambatnya penemuan hormon tanaman. Ditemukakannya auksin IAA pada tahun 1934 oleh Kgl dan Haagen-Smith telah membuka peluang yang besar bagi kemajuan kultur jaringan tanaman. Kemajuan ini berkembang semakin pesat setelah ditemukannya kinetin yang merupakan sebuah sitokinin pada tahun 1955 oleh Miller dan mitranya. Pada tahun1957, Skoog dan Miller mempublikasikan suatu tulisan "kunci" yang menyatakan bahwa interaksi kuantitatif antara auksin dan sitokinin berpengaruh menentukan tipe pertumbuhan dan peristiwa morfogenetik di dalam tanaman.

Walau kultur jaringan dapat memberi manfaat yang menguntungkan, jika kita tidak berhati-hati hal tersebut dapat menjadi ancaman bagi sebuah ekosistem. Saya akan memberikan 2 contoh apa yang dapat terjadi apabila suatu spesies invasif dari negara lain malah merusak ekosistem alami. Di sebuah danau bernama danau Caddo di Texas, Amerika Serikat mengalami bencana yang menyebabkan tanaman asli di danau tersebut menurun drastis jumlahnya. Hal ini disebabkan oleh tanaman Giant Salvinia atau yang kita kenal sebagai tanaman kiambang. Tanaman ini adalah gulma air yang berbahaya dan invasif yang dapat memblokir semua penetrasi sinar matahari ke badan air, mengubah seluruh ekosistem. Dalam kondisi ideal, dilaporkan bahwa salvinia raksasa dapat berlipat ganda setiap tiga hari.

Tanaman ini berasal dari Brazil bagian selatan dan masuk ke Danau Caddo pada tahun 2006, dan sejak saat itu berkembang biak dengan sangat pesat (blooming). Akibatnya tanaman-tanaman lokal di Danau Caddo pun mulai hilang karena tanaman kiambang ini dapat menutupi hingga 1.200 meter persegi perairan di Danau tersebut hingga kapal-kapal pun menjadi terjebak dan tidak dapat melewati bagian danau yang tertutupi oleh tanaman kiambang tersebut, dan alhasil ikan-ikan di perairan tersebut juga lama-lama menghilang.

Pada akhirnya, komunitas warga di sekitar Danau Caddo pun menanggulangi masaah tersebut dengan melepas predator alami tanaman kiambang ini. Mereka melepas kumbang yang berasal dari Brazil dan mereka akan memakan tanaman kiambang ini dan mereka membuat rumah hijau untuk membudidayakan kumbang-kumbang ini.

Daren Horton, anggota Bio-Control Alliance, merupakan salah satu orang yang mengatasi masalah tersebut. Dan dia memberikan pembaruan upaya mitigasi lokal, atas permintaan Hakim Kabupaten Hugh Taylor, Horton mencatat bahwa mereka telah menyelesaikan dua tahun operasi di Morley Hudson Weevil Greenhouse, yang terletak di Uncertain. Rumah kaca dibuka pada Agustus 2014 sebagai fasilitas pemeliharaan kumbang produksi tinggi pertama di dunia. "Secara keseluruhan kami telah melepas lebih dari 300.000 kumbang ke Danau Caddo," kata Horton.

Kasus kedua adalah munculnya masalah di Kolombia, dimana Kawanan kuda nil yang pernah dimiliki oleh almarhum pengedar narkoba Kolombia Pablo Escobar telah mengambil alih pedesaan dekat bekas peternakannya  dan tidak ada yang tahu apa yang harus dilakukan dengan mereka. Pablo Escobar menyelundupkan gajah, jerapah, dan hewan eksotis lainnya, di antaranya empat kuda nil - tiga betina dan satu jantan.

Pada 2007, 14 tahun setelah kematian Escobar, orang-orang di pedesaan Antiokhia, 200 mil di barat laut Bogota, mulai menelepon Kementerian Lingkungan Hidup untuk melaporkan penampakan binatang aneh. "Mereka menemukan makhluk di sungai yang belum pernah mereka lihat sebelumnya, dengan telinga kecil dan mulut yang sangat besar," kata Carlos Valderrama, dari badan amal Webconserva. Dia pergi untuk melihat, dan mendapati dirinya dihadapkan dengan tugas menjelaskan kepada penduduk desa yang terkejut bahwa ini adalah binatang dari Afrika. Seekor kuda nil.

Pernah ada upaya untuk memindahkan seekor bayi kuda nil dan berhasil tetapi memakan biaya hingga 5.000 USD. Kuda nil telah melarikan diri dari bekas peternakan Escobar dan pindah ke sungai utama Kolombia, Magdelena. Tersebar di area yang sedang tumbuh, tidak ada yang tahu persis berapa banyak di sana , tetapi perkiraan berkisar dari total populasi 40 hingga 60, kata Jonathan Shurin, ahli ekologi dari University of California San Diego yang mempelajari hewan-hewan itu. Setiap tahun ada banyak bayi, tetapi tidak diketahui berapa banyak yang mencapai usia dewasa. Namun, tak seperti tanaman kiambang di Danau Caddo, pecahnya populasi Kuda nil ini belum bisa diatasi.

Dengan adanya masalah-masalah seperti ini, saya tidak menjadi berkecil hati apabila negara-negara maju mengambil sel kultur jaringan (secara legal) dari tanaman tertentu dari negara lain dan dikembangkan di negara mereka sendiri, asalkan mereka dapat mencegah bahaya yang dapat terjadi seperti ang telah terjadi di Danau Caddo tadi.

Lagipula negara kita pun sudah sejak lama mengekspor tanaman hias lokal yang asli dari Indonesia ke negara-negara seperti Singapura, Malaysia, China, Jepang, Korea, Belanda, Amerika, Inggris, Kuwait, Hongkong, Taiwan, Thailand, Vietnam, Canada, dan lainnya. Mungkin jika dilihat dari sisi lain dimana negara maju lain dengan sengaja menyelundupkan kultur jaringan suatu tanaman di Indonesia dan dikembangkan sendiri di negara mereka malah akan menguntungkan mereka. Akan tetapi apabila manfaat dari hasil percobaan tersebut dapat bermanfaat untuk masyarakat dunia, kenapa tidak? Belum tentu penemuan tersebut dapat ditemukan oleh ilmuwan dari negara asalnya. Kita harus bersikap terbuka kepada hal-hal seperti ini, karena dengan adanya negara-negara maju yang mengeksplorasi tanaman-tanaman dari negara lain, berpotensi untuk menemukan suatu hal yang baru dan bisa saja positif.

Kita tidak seharusnya bersifat tertutup dan melarang adanya penelitian dari negara-negara maju. Lagipula dengan negara-negara maju yang akan melakukan penelitian tersebut, bukankah itu malah memperbesar kemungkinan adanya penemuan baru, mereka bukanlah negara-negara sembarangan melainkan unggul dalam bidang teknologi dan Pendidikan bukan?

Sekian pendapat saya mengenai penelitian Kultur Jaringan tanaman lokal oleh negara-negara maju. Terima kasih atas perhatian nya dan apabila ada kesalahan yang kurang berkenan, saya meminta maaf sebesar-besarnya.

DAFTAR PUSTAKA

www.nationalgeographic.com

www.bbc.com

 www.link.springer.com

 www.researchgate.net

 www.marshallnewsmessenger.com

 www.kumpulanilmukesahatan.blogspot.com

 www.biogen.litbang.pertanian.go.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun