Mohon tunggu...
Jalu Wintang
Jalu Wintang Mohon Tunggu... Lainnya - A man who always thirst for knowledge

Tuliskan setiap jejak langkah dalam hidupmu atau kau akan hilang dalam pusaran zaman

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Menikmati Kegilaan Cak Dlahom dalam Buku "Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya"

14 September 2022   22:19 Diperbarui: 14 September 2022   22:24 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : Dokumentasi Pribadi

Judul                         : Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya : Kisah Sufi dari Madura

Penulis                     : Rusdi Mathari

Penerbit                   : Buku Mojok

Tahun Terbit          : 2016

Jumlah Halaman  : xviii + 226 halaman

Rating                        : 4.5/5

Setelah sekian lama nganggur di rak buku kamar tidur, akhirnya selesai juga baca mahakarya Cak Rusdi Mathari ini. Maklum, belakangan ini jam membaca saya makin terkikis karena masih banyaknya total buku yang masih belum dibaca, sedangkan keinginan beli buku terus memuncak. 

Selain itu, gempuran tugas yang bejibun serta kewajiban untuk menyusun karya yang maha penting (karena status kelulusan saya dipertaruhkan), yaitu SKRIPSI membuat buku ini harus mengantri lebih lama untuk dibaca. 

Namun, masa itu akhirnya terlewati dan kini saya bisa dengan leluasa membaca buku yang saya beli setahun yang lalu ini, hehehe.... 

Jujur, saya beli buku ini karena rekomendasi dari salah satu kenalan saya di kampus. Kebetulan kami juga sering membaca buku terbitan Mojok dan juga baca berita di media online Mojok.co di internet. 

Tanpa pikir panjang, meluncurlah saya ke toko buku terdekat yang terkenal suka obral diskon itu.

Buku ini sebenarnya adalah kumpulan esai/artikel yang pernah ditulis oleh Cak Rusdi di media Mojok.co. Mungkin bagi yang pembaca media Mojok pasti paling tidak pernah membaca salah satu artikelnya. 

Walaupun berbentuk kumpulan artikel yang topiknya berbeda-beda, namun buku ini akan fokus pada perjalanan hidup Cak Dlahom, tokoh sentral dalam buku ini, beserta segala permasalahan yang terjadi di Desa Ndusel, sebuah desa fiktif yang terletak di daerah Madura. 

Buku ini mengandung kurang lebih 30 bab yang masing-masing membawa suatu persoalan yang berkaitan erat dengan kehidupan kita sehari-hari. Cerita dibangun dengan suasana semarak Bulan Ramadhan di desa tersebut. Hal itu juga terlihat dari jumlah bab dalam buku ini. 

Cak Dlahom disini digambarkan sebagai seorang figur yang "gila" dan terkesan tidak punya tujuan hidup. Paling tidak itulah bagaimana masyarakat memandang Cak Dlahom. Lha wong dari namanya aja udah keliatan kok, Dlahom (artinya bodoh). Sungguh malang penggambaranmu, cak..cak.. 

Namun, selain Cak Dlahom, ternyata ada satu tokoh side kick yang tak kalah krusialnya dalam membangun cerita. Dia adalah... Mat Piti salah satu tokoh dermawan yang sangat disegani di Desa Ndusel. 

Mat Piti inilah yang paling bisa memahami jalan pikiran dan "kegilaan" Cak Dlahom. Bahkan, tak jarang pula ia dibuat keheranan sekaligus takjub atas kelakuan-kelakuan Cak Dlahom yang nyeleneh itu.

Perilakunya yang "gila" ini digambarkan oleh sifat Cak Dlahom yang cenderung jujur dan blak-blakan kepada siapapun tanpa terkecuali. Bahkan, tak jarang ia menegur dan menasehati orang sekelas Pak Lurah secara langsung jika memang ada sesuatu hal yang melenceng dari kebenaran.

Walau demikian, melalui dialog-dialog yang terjalin antara Cak Dlahom dan Mat Piti itulah tersirat akan kritikan sekaligus tamparan, bagaimana melalui kata-katanya, mereka mempertanyakan sejauh mana level dan kualitas keimanan kita. Salah satunya tergambar dalam bab "Dia Sakit dan Kamu Sibuk Membangun Masjid".

 Alkisah di Desa Ndusel tersiar kabar duka dari salah satu warganya. Orang ini adalah istri dari Bunali, warga desa yang hidup sangat kekurangan secara ekonomi bahkan di bawah garis kemiskinan. 

Istri Bunali saat itu bekerja sebagai pembantu di rumah Pak Lurah. Begitu mendengar kabar tersebut, seluruh warga, terutama Pak Lurah, sangat berduka atas kematiannya. Prosesi pemakaman segera dilangsungkan. 

Begitu selesai, Cak Dlahom mulai melakukan aksinya. Dia membawa sekarung tanah yang diambil dari makam istri Bunali dan mengeluarkannya di pelataran masjid di desa itu. 

Dia terlihat sangat marah dan berkata "Silakan ambil semua tanah ini, almarhumah berpesan agar tanah ini digunakan untuk pembangunan masjid". Spontan aksinya tersebut membuat warga ternganga, bahkan ada juga yang marah.

Ternyata, aksi nyeleneh yang dilakukan Cak Dlahom didasarkan atas kegeramannya kepada warga yang hanya fokus berlomba-lomba untuk membangun masjid yang megah, alih-alih meningkatkan kepedulian terhadap warga sekitar terutama para fakir miskin seperti keluarga Bunali.

Cak Dlahom dalam cerita ini sering menggemakan betapa pentingnya bersedekah, walaupun terkadang caranya pun juga nyeleneh dan sangat membagongkan kalau kata anak zaman sekarang. 

Ada suatu kisah di buku ini dimana Cak Dlahom pergi ke depam masjid tanpa sehelai kain. Iya, telanjang bulat... Tentu saja jamaah yang memergoki Cak Dlahom melakukan "aksinya" ini dibuat terkaget-kaget, khususnya para jamaah wanita. Ketika ditanya, dia beralasan karena ingin menyedekahkan darahnya untuk nyamuk. 

Selain itu, ia pernah menegur dua marbot masjid, Warkono dan Busairi, karena mengeluh miskin sehingga tidak bisa bersedekah dan berzakat secara rutin seperti orang kaya macam Pak Lurah atau Pak RT di desa itu. Cak Dlahom berpesan kepada mereka bahwa sedekah yang istimewa di mata Allah itu adalah justru sedekah yang dikeluarkan orang-orang yang miskin.

Di balik tindak-tanduknya yang nyeleneh, dlahom, dan cenderung gila menurut masyarakat, banyak pesan yang tersirat dan patut kita renungkan. 

Dari semua kisah yang dituturkan Cak Rusdi di buku ini, kita disuguhkan berbagai macam topik dan persoalan mengenai akidah dan agama di sering terjadi di sekitar kita. Mulai dari persoalan ibadah, akidah, keimanan, dan masih banyak lagi. 

Di dalam kehidupan masyarakat, kita mungkin akan menemui orang-orang yang berpikiran "out of the box" seperti Cak Dlahom ini, sampai-sampai ia dicap gila oleh orang sekitarnya. 

Namun, sadarkah kita bahwa dunia ini memang gila ? Mungkin banyak orang-orang di luar sana atau bahkan di sekitar kita yang juga tidak kalah gilanya. 

Entah itu mungkin gila ibadah, gila pujian, gila pengakuan, gila jabatan, dan masih banyak lagi. Jadi, setelah melihat kelakuan Cak Dlahom dan masyarakat dewasa ini, sebenarnya siapa sih yang gila di antara kita ?

Sumber Foto : Dokumentasi Pribadi
Sumber Foto : Dokumentasi Pribadi
Selain berfokus pada Cak Dlahom, kehadiran tokoh-tokoh lain seperti adanya Romlah yang memiliki peran yang cukup signifikan dalam membangun keseluruhan kisah di buku ini. Selain sebagai pemanis cerita, nyatanya ia juga yang turut memperkuat karakter Cak Dlahom. 

Ada juga karakter seperti Gus Mut yang sangat setia berguru pada Cak Dlahom, Dullah yang mudah tersulut emosi, dan masih banyak lagi karakter lain yang turut serta menciptakan suasana yang asyik, kocak, dan penuh makna. Jika anda ingin memahami Islam namun dengan cara yang anti-mainstream, buku ini bisa anda jadikan pilihan.

Salam dan selamat membaca !!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun