Mohon tunggu...
Jalu Wintang
Jalu Wintang Mohon Tunggu... Lainnya - A man who always thirst for knowledge

Tuliskan setiap jejak langkah dalam hidupmu atau kau akan hilang dalam pusaran zaman

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mencoba Ikut Konferensi International Model United Nations: Why Not ? (Day 1)

29 Juli 2021   21:54 Diperbarui: 9 Agustus 2021   14:51 1134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dokumen Pribadi

Sesi debat di Committee Session ini juga dilakukan dengan dua mode, yaitu Moderated Caucus dan Unmoderated Caucus. Kita mulai dulu dari Moderated Caucus. Dalam mode ini, penyelenggaraannya diawasi serta dikontrol langsung oleh Head Chair. Dialah yang akan menentukan delegasi mana saja yang berhak berbicara berdasar slot dan jumlah delegasi yang mengangkat tangan. Selain itu, dalam Moderated Caucus ini, saya dan teman-teman delegasi dibatasi waktu antara 60 hingga 90 detik saja. Untung aja dulu saya pernah ikut klub dan lomba debat, ya walaupun dulu waktu debat durasi speech minimal 4 menitan. Jadi, nggak kaget diberi durasi segitu (walau to be honest it's too fast hehehe). Memang benar-benar melatih manajemen waktu kalau di mode ini. Jujur saja, speech saya kali ini agak belepotan karena serasa dikejar waktu. Belum lagi ketika tiba giliran saya memberikan speech, eh kok ya barengan sama adzan Maghrib. Ya sudah... gas pol aja lah, yang penting lega udah pidato. Bahkan, teman saya, Fiki, tadi sempat bilang ke saya kalau pidato saya tadi ada backsound orang pujian wkwkwkwk.

Selanjutnya adalah Unmoderated Caucus. Ini adalah satu mode debat yang cenderung santai dan bebas. Di sini kita bisa menyatakan pendapat dan berdebat satu sama lain tanpa terikat durasi bicara. Sesi Unmoderated Caucus ini dilaksanakan dalam waktu maksimal 20 menit, tetapi untuk pelaksanaannya tidak begitu kaku seperti Moderated Caucus. Delegasi juga bebas berkomentar dan menyanggah argumen delegasi lainnya asalkan tetap dalam batas kesopanan. Topik yang diangkat pun bisa juga bebas. Kita bisa bicara soal E-Learning, kesejahteraan guru, atau kualitas pendidikan di masing-masing negara yang kita wakili.

Di sesi ini, saya sedikit berbicara di awal tentang bagaimana solusi untuk meningkatkan kualitas pendidikan menurut perspektif saya dan negara yang saya wakili tadi. Sisanya, saya lebih banyak mendengarkan dan menjadi observer. Begitu sesi selesai, Head Chair memberi waktu jeda untuk istirahat. Saya langsung segera shalat Maghrib dan makan malam.

Lalu, kegiatan masih berlanjut dengan berbagai diskusi dan perdebatan hingga pukul 20.00 WIB. Kami berdiskusi tentang berbagai macam topik permasalahan, seperti pro dan kontra E-Learning, peran pendidikan untuk kehidupan siswa, pengaruh kesejahteraan guru untuk memajukan pendidikan, dan masih banyak lagi. Setelah konferensi selesai, kami mendapat tugas untuk membuat semacam dokumen yang disebut Draft Resolution (DR). 

Dokumen ini berisi tentang pernyataan sikap, tindakan, serta strategi dan solusi atas permasalahan yang diperdebatkan dalam konferensi yang dibuat oleh seluruh delegasi di sidang IMUN kali ini. Dalam pembuatan dokumen, ada delegasi negara yang berperan sebagai Sponsor dan ada juga negara yang berperan sebagai Signatories. Negara yang menjadi Sponsor memiliki tanggung jawab lebih dalam penyusunan serta mempertahankan status DR pada saat sidang nanti. Sponsor dalam DR umumnya berisi 5 negara. Sedangkan untuk negara yang menjadi Signatories ia lebih bertanggung jawab dalam melakukan dukungan dan membantu dalam memberikan ide-ide yang akan menjadi poin penting dalam DR. Karena saya baru pertama kali mengikuti program ini, jadi saya lebih memilih menjadi Signatories dulu saja hehehe.

Untuk membuat Draft Resolution, langkah awal yang kami tempuh adalah membuat Bloc (kelompok kerja) terlebih dahulu. Dalam konferensi IMUN 65.0 kemarin, hanya ada satu bloc yang muncul. Karena itu, semua delegasi yang ada saling bekerja sama dan menyumbang pemikiran untuk menyusun DR. Atas usul dari delegasi Amerika Serikat, bloc ini kami namai "Sherbloc Holmes", yang sebenarnya adalah plesetan dari Sherlock Holmes. Setelah sepakat soal nama, kami sepakat untuk membuat semacam form online (Google Form) untuk mempermudah menampung ide dari masing-masing delegasi. Malam itu, saya tuangkan semua ide yang saya tulis sebelumnya di Position Paper. Kemudian, saya langsung istirahat untuk mempersiapkan konferensi di hari kedua esok harinya.

Bersambung......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun